2 Tes yang Digunakan untuk Mendeteksi Bell's Palsy

Ditinjau oleh  dr. Verury Verona Handayani   12 Oktober 2020
2 Tes yang Digunakan untuk Mendeteksi Bell's Palsy 2 Tes yang Digunakan untuk Mendeteksi Bell's Palsy

Halodoc, Jakarta – Kamu pasti tidak asing mendengar tentang penyakit Bell's Palsy. Ini merupakan kondisi yang menyebabkan wajah lumpuh. Bell's Palsy terjadi ketika ada pembengkakan pembengkakan saraf yang mengontrol otot di satu sisi wajah atau mungkin reaksi dari infeksi virus. 

Gejala Bell's Palsy adalah otot wajah yang melemah secara tiba-tiba. Dalam kebanyakan kasus, kelemahan tersebut bersifat sementara dan meningkat secara signifikan dalam beberapa minggu. Kelemahan ini membuat separuh wajah tampak terkulai, hanya bisa tersenyum satu sisi dan satu sisi mata tidak bisa tertutup. Gejala biasanya mulai membaik dalam beberapa minggu, dengan pemulihan total dalam waktu sekitar enam bulan.

Baca juga: Cedera Operasi Bisa Sebabkan Bell's Palsy

Tes untuk Mendeteksi Bell's Palsy

Tidak ada tes khusus untuk Bell's Palsy karena gejalanya mudah dideteksi. Dokter biasanya hanya akan melihat wajah dan meminta kamu untuk menggerakkan otot wajah dengan menutup mata, mengangkat alis, menunjukkan gigi, dan mengerutkan kening. Sebenarnya ada kondisi lain yang juga menyebabkan kelemahan otot wajah seperti stroke, infeksi, penyakit Lyme, dan tumor.

Jika dokter ragu dengan gejala-gejala yang ada, terdapat sejumlah tes yang bisa dilakukan untuk mendiagnosis Bell's Palsy, seperti:

  • Elektromiografi (EMG). Tes ini dapat memastikan adanya kerusakan saraf dan menentukan tingkat keparahannya dengan cara mengukur aktivitas listrik otot sebagai respons terhadap stimulasi dan sifat serta kecepatan konduksi impuls listrik di sepanjang saraf.
  • Pencitraan. Pencitraan resonansi magnetik (MRI) atau computer tomography (CT) bisa dilakukan untuk mencari sumber tekanan lain pada saraf wajah, seperti tumor atau patah tulang tengkorak.

Baca juga: Apakah Bell's Palsy Ada Kaitan dengan Stroke?

Berbagai Penyebab Bell's Palsy

Bell's Palsy terjadi ketika saraf kranial mengalami pembengkak atau tertekan, sehingga membuat otot wajah melemah atau lumpuh. Penyebab pasti Bell's Palsy tidak diketahui, tetapi banyak peneliti medis percaya bahwa kondisi ini dipicu oleh infeksi virus. Virus dan bakteri yang sering dikaitkan dengan perkembangan Bell's Palsy meliputi:

  • Herpes simpleks yang menimbulkan luka dingin.
  • HIV yang dapat merusak sistem kekebalan tubuh.
  • Sarkoidosis penyebab peradangan pada organ.
  • Virus herpes zoster yang sering menjadi penyebab cacar air.
  • Virus Epstein-Barr.
  • Penyakit Lyme, yaitu infeksi bakteri yang disebabkan oleh kutu.

Gejala Bell's Palsy

Gejala Bell's Palsy umumnya muncul secara tiba-tiba. Tanda dan gejalanya meliputi:

  • Satu sisi wajah tiba-tiba melemah atau lumpuh dengan cepat. Proses ini bisa terjadi dalam beberapa jam hingga hari.
  • Wajah terkulai dan kesulitan membuat ekspresi wajah, seperti menutup mata atau tersenyum.
  • Ngiler.
  • Nyeri di sekitar rahang dan di dalam atau di belakang telinga sisi yang terkena.
  • Peningkatan kepekaan terhadap suara di sisi yang terpengaruh.
  • Sakit kepala.
  • Kehilangan rasa.
  • Perubahan jumlah air mata dan air liur yang dihasilkan.

Baca juga: Jangan Keliru, Ketahui Mitos Tentang Bell's Palsy

Dalam kasus yang jarang terjadi, Bell's Palsy dapat memengaruhi saraf di kedua sisi wajah. Apabila mengalami gejala yang mirip Bell's Palsy dan ingin segera memeriksakan diri, kamu bisa membuat janji dengan dokter terlebih dahulu melalui aplikasi Halodoc sebelum ke rumah sakit. Tinggal pilih dokter di rumah sakit yang tepat sesuai dengan kebutuhan kamu lewat aplikasi.

Referensi:
Mayo Clinic. Diakses pada 2020. Bell's palsy.
Healthline. Diakses pada 2020. Bell’s Palsy: What Causes It and How Is It Treated?

Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan