3 Faktor Risiko Munculnya Sindrom Sjogren

Ditinjau oleh  Redaksi Halodoc   16 Februari 2019
3 Faktor Risiko Munculnya Sindrom Sjogren3 Faktor Risiko Munculnya Sindrom Sjogren

Halodoc, Jakarta – Sindrom sjogren adalah kelainan genetik yang tergolong dalam penyakit  autoimun. Kondisi ini terjadi ketika sistem kekebalan tubuh sendiri menyerang kelenjar penghasil cairan, seperti, kelenjar air liur atau air mata.

Sindrom sjogren dikenal memiliki gejala pada mata dan mulut, yaitu menyebabkan kedua bagian tersebut terasa kering. Meski demikian, sindrom ini jarang ditemukan sebagai penyakit yang berdiri sendiri, sebab biasanya bersamaan dengan penyakit arthritis rheumatoid dan lupus pada pengidapnya.

Pada mata, penyakit ini bisa menyebabkan gejala berupa mata kering yang disertai dengan sindrom, seperti terbakar, terasa gatal, ataupun berpasir. Sedangkan di mulut, sindrom sjogren bisa membuat pengidapnya merasakan sensasi penuh dalam mulut, sehingga kesulitan menelan dan berbicara.

Baca juga: Gejala yang Terjadi pada Perempuan Saat Mengalami Sindrom Sjogren

Selain kedua gejala tersebut, sindrom sjogrem bisa menyebabkan pengidapnya mengalami nyeri, bengkak, dan kekakuan sendi. Pembengkakan pada kelenjar ludah, ruam dan kekeringan pada kulit, batuk kering terus-menerus, serta rasa lemas atau kelelahan yang berkelanjutan pun sering terjadi.

Namun, hingga kini masih belum diketahui secara jelas kenapa kinerja sistem kekebalan tubuh menjadi kacau dan berbalik menyerang sel-sel sehat di dalam kelenjar penghasil cairan. Dugaan sementara adalah kondisi ini disebabkan oleh kelainan genetik dengan adanya infeksi sebagai pemicunya, baik infeksi bakteri maupun virus. Selain itu, ada berbagai faktor risiko yang diduga berkaitan dengan sindrom sjogren. Di antaranya:

1. Usia

Salah satu faktor yang bisa meningkatkan risiko sindrom sjogren menyerang adalah usia. Orang yang sudah berusia di atas 40 tahun disebut memiliki kemungkinan lebih besar mengalami penyakit autoimun ini.

2. Jenis Kelamin

Selain usia, jenis kelamin ternyata juga bisa memengaruhi risiko penyakit ini terjadi. Kabar buruknya, wanita disebut lebih berisiko mengalami sindrom sjogren dibanding pria.

Baca juga: Waspadai 8 Gejala yang Memicu Penyakit Sindrom Sjogren

3. Riwayat Penyakit Autoimun

Orang yang memiliki riwayat penyakit autoimun lain juga lebih mudah mengalami sindrom sjogren. Penyakit autoimun lain yang sering dikaitkan dengan sindrom ini adalah rheumatoid arthritis atau lupus.

Penyebab dan Diagnosis Sindrom Sjogren

Meski belum diketahui penyebab pastinya, tapi sindrom sjogren bisa terjadi karena sistem kekebalan tubuh mengalami disfungsi dan berbalik menyerang sel-sel sehat dalam kelenjar-kelenjar penghasil cairan, seperti kelenjar air mata dan kelenjar saliva. Selain itu, ada juga yang menyebut bahwa kondisi ini bisa terjadi karena dipicu oleh infeksi virus atau bakteri.

Untuk mendiagnosis penyakit ini, dokter akan melakukan pemeriksaan dan menanyakan apakah mata dan mulut yang kering telah terjadi lebih dari 3 bulan. Pemeriksaan juga akan melihat apakah ada penggunaan obat tetes mata yang sering dan pertanyaan-pertanyaan yang merujuk pada gejala-gejala sindrom sjogren.

Pada tahap selanjutnya, beberapa pemeriksaan lanjutan mungkin akan dilakukan. Mulai dari tes darah yang dilakukan untuk mengetahui keberadaan anti-RO (SS-A) dan anti-LA (SS-BS), antibodi yang ditemukan dalam pengidap sindrom Sjogren. Ada juga tes schirmer yang dilakukan untuk memeriksa produksi air mata, hingga tes saliva (skintigrafi dan sialogram). Biopsi bibir juga dapat dilakukan untuk mengecek keberadaan kumpulan sel-sel inflamasi yang merupakan indikasi sindrom Sjogren.

Baca juga: Inilah yang Terjadi pada Tubuh Saat Terkena Sindrom Sjogren

Cari tahu lebih lanjut seputar sindrom turner dan cara menanganinya dengan bertanya kepada dokter di aplikasi Halodoc. Kamu bisa menghubungi dokter melalui Video/Voice Call dan Chat. Dapatkan informasi seputar kesehatan dan tips hidup sehat dari dokter terpercaya. Yuk, download Halodoc sekarang di App Store dan Google Play!




Mulai Rp25 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Dokter seputar Kesehatan