3 Mitos Tentang Bintitan yang Perlu Diluruskan

Ditinjau oleh  dr. Rizal Fadli   12 Oktober 2020
3 Mitos Tentang Bintitan yang Perlu Diluruskan3 Mitos Tentang Bintitan yang Perlu Diluruskan

Halodoc, Jakarta - Mata merupakan salah satu organ paling penting dalam tubuh manusia. Kesehatan organ ini perlu diperhatikan lebih guna menunjang segala aktivitas yang kamu lakukan. Ada salah satu masalah pada mata yang kerap disalahartikan, yaitu bintitan. Banyak orang berkata jika bintitan terjadi karena terlalu banyak mengintip. Apakah hal tersebut benar adanya? Atau hanya mitos belaka? Berikut penjelasan medisnya!

Baca juga: Inilah 7 Hal yang Bisa Memicu Bintitan

Mitos Bintitan yang Tidak Perlu Dihiraukan

Bintitan memiliki istilah medis, yaitu hordeolum. Kondisi ini akan memicu pembengkakan di kelopak mata akibat infeksi. Bukan hanya pembengkakan saja, gejala akan disertai dengan kemerahan dan rasa perih pada area yang terkena. Lantas, apa saja mitos bintitan yang tidak perlu dipercayai? Berikut ini sejumlah mitos tersebut:

1.Bintitan Terjadi karena Suka Mengintip

Ini adalah mitos yang paling banyak dipercaya oleh orang. Nyatanya, hal ini tidak benar adanya. Bintitan terjadi dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satunya adalah infeksi bakteri Staphylococcus aureus. Bakteri tersebut sebenarnya tidak berbahaya, tetapi jika terjebak di kelenjar kelopak mata, maka akan memicu timbulnya infeksi.

2.Jangan Dilihat, Bintitan Bisa Menular

Kamu pasti sudah tidak asing dengan kata-kata berikut, “Dia bintitan, jangan lihat matanya! Nanti bisa tertular bintitan”. Hal tersebut hanya mitos belaka, karena bintitan tidak mudah menular hanya dengan saling berpandangan. Penularan bintitan bisa terjadi karena tanganmu bersentuhan dengan cairan bintitan pengidap. Jadi, jika kamu bersalaman dengan pengidap yang belum mencuci tangan setelah memegang bintitnya, maka bakteri dapat berpindah ke tanganmu.

3.Bintitan Sembuh dalam Waktu yang Lama

Mitos lain yang berkembang adalah, bintitan sembuh dalam waktu yang lama. Faktanya, bintitan bisa sembuh dengan sendirinya dalam waktu 1–2 minggu. Jangka waktu 2 minggu terbilang tidak lama. Pengidap bisa saja sembuh dengan lebih cepat jika mendapat penanganan yang tepat dan melakukan perawatan dengan rutin.

Jangan mudah percaya dengan mitos kesehatan yang beredar, apalagi jika mitos tersebut tidak masuk akal. Terkadang hal tersebut menyesatkan. Untuk memastikan kebenaran berita simpang siur yang kamu dengar, diskusikan langsung dengan dokter di aplikasi Halodoc, ya!

Baca juga: Sama-Sama Menyerang Mata, Ini Perbedaan Bintitan dan Kalazion

Adakah Langkah Pencegahan yang Dapat Dilakukan?

Bintitan merupakan penyakit yang bisa menyerang siapa saja. Selain pembengkakan dan rasa perih, gejala akan disertai dengan mata berairan dan sensitif terhadap cahaya serta terasa gatal. Berikut ini beberapa langkah yang dapat kamu lakukan guna mencegah bintitan:

  • Jangan mengorek atau mengucek mata saat tangan kotor.
  • Bilas muka sampai bersih setelah menggunakan make up.
  • Jangan memencet bintitan.
  • Jangan menggunakan lensa kontak.
  • Jaga kebersihan lensa kontak.
  • Cuci tangan sebelum memakai lensa kontak.
  • Memakai kacamata saat bepergian agar mata tidak terpapar benda asing.
  • Jangan menggunakan handuk secara bergantian.
  • Jangan menggunakan kosmetik yang telah kadaluarsa.

Baca juga: Adakah Perbedaan Antara Blefaritis dan Bintitan?

Bintitan memang bisa sembuh dengan sendirinya tanpa pengobatan. Meski begitu, risiko terjadinya komplikasi tetaplah ada. Jika bintitan memengaruhi kemampuan dalam melihat, mengalami demam, bintitan tidak hilang dalam waktu dua minggu, serta pembengkakan dan kemerahan menyebar disertai dengan keluarnya darah, segera periksakan diri di rumah sakit terdekat untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan.

Referensi:
Aao.org. Diakses pada 2020. What Are Chalazia and Styes?
Mayo Clinic. Diakses pada 2020. Sty.


Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan