4 Fakta Seputar Infeksi Superbug Kebal Antibiotik

3 menit
Ditinjau oleh  dr. Fadhli Rizal Makarim   23 November 2022

"Infeksi superbug yang kebal antibiotik menimbulkan gejala yang mirip seperti infeksi biasa. Meski begitu, hal ini tetap tidak boleh disepelekan karena superbug berpotensi serius."

4 Fakta Seputar Infeksi Superbug Kebal Antibiotik4 Fakta Seputar Infeksi Superbug Kebal Antibiotik

Halodoc, Jakarta – Infeksi superbug adalah infeksi patogen (bakteri, virus, parasit dan jamur) yang yang tidak dapat dibunuh oleh berbagai jenis antibiotik. Patogen tersebut mengembangkan kemampuannya untuk melawan obat antibiotik sehingga sulit dimusnahkan. Kondisi ini sedang mewabah di India sejak Oktober 2022 lalu.

Kondisi ini menyebabkan 60 ribu kematian pada bayi  di India yang baru dilahirkan setiap tahunnya. Bukan hanya di India saja, kasus ini ternyata mengalami peningkatan di berbagai negara. Melansir The Lancet, pada 2019 lalu, tercatat 1,27 juta kematian di seluruh dunia akibat resistensi antibiotik. 

Sederet Fakta Soal Infeksi Superbug

Berikut fakta-fakta seputar infeksi superbug:

1. Penyebab utamanya bakteri

Walaupun bisa disebabkan oleh virus, parasit dan jamur, infeksi superbug umumnya disebabkan oleh bakteri. Setiap spesiesnya bahkan berpotensi untuk menjadi superbug. Kondisi tersebut semakin marak akibat penggunaan antibiotik yang kurang tepat. 

Ketika seseorang tidak mengonsumsi antibiotik tidak sesuai anjuran, maka bakteri tidak akan sepenuhnya menghilang dan tersisa dalam tubuh. Jenis bakteri yang tersis mampu berevolusi untuk bertahan hidup.

2. Jenis bakteri penyebab infeksi

Melansir dari Center for Disease Prevention and Control (CDC), Amerika Serikat, terdapat 18 bakteri dan jamur yang resisten terhadap antibiotik. Beberapa di antaranya adalah jamur Candida, Salmonella nontifoid , Tuberculosis yang resisten obat, dan lain-lain. Selain itu, waspadai tiga jenis jenis keluarga bakteri yang masuk kedalam karakter kritis, seperti:

  • Enterobacteriaceae (CRE). Bakteri ini menyebabkan kematian sebesar 50 persen pada pengidapnya.
  • Acinetobacter baumannii. Bakteri ini memicu risiko penyakit pneumonia dan infeksi darah.
  • Pseudomonas aeruginosa. Bakteri ini dapat menyebar melalui peralatan medis yang terkontaminasi dan tidak bersih. 

3. Gejalanya mirip seperti sakit biasa

Tanda dan gejala infeksi superbug ternyata mirip dengan sakit pada umumnya. Meski begitu, setiap pengidapnya bisa mengalami gejala yang berbeda-beda. Kendati demikian, gejala umumnya berupa:

  • Demam ringan.
  • Kelelahan.
  • Diare.
  • Batuk.
  • Badan tidak nyaman.
  • Nyeri sendi.

Meski serupa dengan gejala infeksi lainnya, infeksi superbug tidak akan membaik meskipun telah diobati antibiotik. 

Waspadai gejala yang lebih serius, seperti

  • Gangguan pernapasan.
  • Batuk yang tidak membaik lebih dari satu minggu.
  • Sakit kepala yang parah.
  • Demam semakin memburuk.
  • Gangguan penglihatan.
  • Mengalami ruam dan pembengkakan.

4. Bisa dicegah

Meskipun kondisi ini berbahaya, kamu bisa mencegahnya dengan langkah-langka berikut ini:

  • Rutin mencuci tangan.
  • Penuhi kebutuhan vaksinasi keluarga.
  • Gunakan antibiotik sesuai anjuran dan saran dokter.
  • Konsumsi makanan dengan tingkat kematangan yang optimal.
  • Lakukan kegiatan seksual yang sehat dan aman.
  • Jaga luka tetap bersih.
  • Rutin memeriksa kesehatan secara berkala.
  • Mengoptimalkan imunitas tubuh.

Punya keluhan kesehatan? Segera periksakan diri ke dokter untuk mendapat diagnosis yang tepat. Kalau kamu berencana mengunjungi rumah sakit, buat janji rumah sakit melalui aplikasi Halodoc supaya lebih mudah dan praktis. Jangan tunda untuk memeriksakan diri sebelum kondisinya semakin memburuk. Download Halodoc sekarang juga!

Banner download aplikasi Halodoc
Referensi:
Mayo Clinic. Diakses pada 2022. What Are Superbugs and How Can I Protect Myself From Infection?
Healthline. Diakses pada 2022. All About Superbugs and How to Protect Yourself from Them.
Very Well Health. Diakses pada 2022. What Is a Superbug Infection?

Mulai Rp25 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Dokter seputar Kesehatan