4 Fakta tentang Vampire Disease

Ditinjau oleh  Redaksi Halodoc   22 Oktober 2018
4  Fakta tentang Vampire Disease4  Fakta tentang Vampire Disease

Halodoc, Jakarta - Sosok vampir yang ada di film yang selama ini kamu tonton sesungguhnya tidak lebih dari sekadar fiksi belaka. Namun, ternyata ada penyakit yang membuat seseorang terlihat dan bertingkah laku seperti vampir, berkulit pucat pasi seperti mayat hidup, dan sebisa mungkin menghindari sinar matahari. Jika mereka tidak menghindar dari sinar matahari, kulitnya akan terbakar hingga melepuh.

Dalam istilah medis, penyakit vampir in disebut dengan porfiria alias xeroderma pigmentosum (XP). Faktanya, satu dari 1 juta orang di dunia ini mengalami kondisi “vampire disease”. Untuk mengenal lebih dalam mengenai vampire disease, berikut fakta yang perlu kamu ketahui:

1. Berawal dari Gangguan Produksi Heme

 

 

Vampire disease atau yang dikenal dengan nama medis porfiria, merupakan sekelompok gejala yang timbul saat proses pembentukan heme tidak berjalan sempurna. Heme merupakan bagian penting dari hemoglobin, yaitu protein pengantar oksigen dan pengikat zat besi dalam darah.

Pada kondisi normal, pembentukan heme membutuhkan serangkaian proses kimia yang melibatkan banyak jenis enzim. Jika salah satu enzim yang dibutuhkan kurang, proses ini akan terganggu. Akibatnya, terjadilah ketidakseimbangan enzim pembentuk darah akibat penumpukan senyawa kimia yang disebut porfirin. penumpukan porfirin ini akan menimbulkan gejala dan disebut porfiria.

  1. Penyakit Warisan Orangtua

Heme mengandung  besi dan memberi warna merah pada darah. Produksi heme terjadi di hati dan sumsum tulang, serta melibatkan banyak enzim yang berbeda. Kekurangan enzim-enzim tersebut menyebabkan penimbunan komponen kimia tertentu yang terlibat dalam pembentukan heme. Tipe porfiria tertentu ditentukan dengan enzim mana yang mengalami kekurangan.

Kebanyakan tipe porfiria merupakan warisan dari orangtua. Sekitar setengah kasus terjadi ketika ada satu gen yang berubah, dan itu diturunkan dari orangtua. Risiko terjadinya porfiria atau mewariskan porfiria kepada anak tergantung dari tipe spesifik porfiria.

Porfiria kutanea tarda (PCT), di sisi lain, merupakan penyakit yang didapat (akuisita), bukan diwariskan. Meskipun kekurangan enzim dapat menyebabkan PCT dan itu diturunkan, kebanyakan orang yang diwarisi justru tidak memberikan gejala.

  1. Menyerang Sistem Saraf dan Kulit

Porfiria dapat menyerang sistem saraf maupun kulit, atau bahkan bisa keduanya, tergantung dari jenisnya. Gejala dari tiap jenis penyakit ini pun sangat bervariasi pada setiap orang tergantung dari tingkat keparahannya. beberapa orang bahkan diketahui tidak menimbulkan gejala apa pun.

  1. Sangat Sensitif pada Cahaya

Penyakit ini menyerang jaringan kulit dan memicu sensitivitas berlebihan terhadap sinar matahari. Bahkan, beberapa orang juga sensitif terhadap cahaya buatan, seperti lampu ruangan yang terlalu terang. Karena hal tersebut, penyakit jenis ini sering memunculkan gejala-gejala seperti:

  • Kulit memerah dan melepuh pada bagian yang terpapar.
  • Sering muncul nyeri dan bengkak yang tiba-tiba.
  • Kulit tipis sehingga mudah rusak dan membutuhkan waktu lama untuk sembuh.
  • Sensasi terbakar atau terasa perih pada kulit, bahkan jika terkena cahaya lampu.
  • Kulit berwarna lebih gelap dan berambut pada area tertentu, misalnya pada bekas luka melepuh.
  • Mata merah teriritasi dan pandangan kabur akibat paparan UV.

Gejala porfiria biasanya pertama kali muncul pada usia dini, ditandai dengan kulit melepuh dan gosong terbakar parah setelah hanya beberapa menit terpapar matahari. Wajah dan kulit yang terkena sinar matahari sebentar saja akan cepat mengering dan menampakkan bintik-bintik kemerahan. Salah satu cara pencegahan agar gejala penyakit ini tidak muncul adalah dengan melindungi tubuh sebaik mungkin dari paparan sinar matahari.

Jika kamu mengetahui ada anggota keluarga yang berpotensi mengalami vampire disease, sebaiknya segera diskusikan pada dokter di Halodoc. Tubuh masing-masing orang berbeda, selalu diskusikan kondisi kesehatan dengan dokter di Halodoc. Diskusi dan tanya-jawab dengan dokter menjadi lebih praktis melalui aplikasi Halodoc, kamu bisa memilih via Chat atau Voice/Video Call kapan dan di mana pun. Yuk, segera download aplikasinya sekarang!

Baca juga:



Mulai Rp25 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Dokter seputar Kesehatan