4 Faktor Penyebaran Flu Burung

Ditinjau oleh  Redaksi Halodoc   01 Desember 2018
4 Faktor Penyebaran Flu Burung4 Faktor Penyebaran Flu Burung

Halodoc, Jakarta – Flu burung adalah salah satu jenis influenza yang biasa ditularkan dari burung ke manusia. Ada dua jenis virus yang menjadi pemicu penyakit ini, yaitu H5N1 dan H7N9, penyakit ini masih menjadi momok hingga saat ini.

Virus ini sebenarnya merupakan jenis virus yang menyerang unggas, baik itu unggas liar maupun unggas yang diternak, seperti ayam, bebek, angsa, ataupun burung. Flu burung bisa menular melalui kontak langsung dengan unggas yang sakit atau lingkungan yang sudah terkontaminasi. Nyatanya, ada faktor yang bisa meningkatkan risiko penyebaran flu burung, di antaranya:

1. Kontak dengan Unggas

Risiko penularan flu burung bisa meningkat karena kontak langsung dengan unggas yang sudah terinfeksi. Entah unggas yang masih hidup atau yang sudah mati. Selain itu, kontak dengan cairan tubuh unggas yang terinfeksi virus juga bisa meningkatkan risiko sakit. Misalnya, terkontaminasi ludah atau tidak sengaja menghirup percikan cairan tubuh dari unggas.

2. Terkontaminasi Kotoran Unggas

Kontak dengan debu dari kotoran unggas yang sakit juga bisa menyebabkan penyebaran virus flu burung. Kontaminasi bisa disebabkan oleh kotoran unggas yang sudah mengering atau yang tidak sengaja terhirup.

3. Menyantap Daging Unggas

Menyantap daging atau telur unggas yang tidak dimasak sampai matang juga bisa menjadi penyebab penularan virus flu burung. Oleh karena itu, sangat penting untuk selalu memerhatikan dan memasak daging unggas serta telur hingga benar-benar matang, sehingga risiko penularan virus flu burung pun bisa dicegah.

4. Tidak Menjaga Kebersihan

Risiko penularan virus flu burung juga bisa meningkat jika tidak menjaga kebersihan. Selain itu, oleh karena mengunjungi pasar unggas yang memiliki tingkat kebersihan buruk.

Gejala dan Pencegahan Virus Flu Burung

Setelah menginfeksi tubuh, virus flu burung membutuhkan waktu sekitar 3—5 hari sebelum akhirnya menunjukkan gejala. Waktu ini disebut sebagai masa inkubasi. Umumnya, gejala yang muncul setelah infeksi ini berupa demam, sakit kepala, pegal-pegal, batuk, pilek, hingga sesak napas. Meski begitu, biasanya ada beberapa “gejala awal” yang sering muncul terlebih dahulu, seperti muntah, sakit perut, diare, mimisan, gusi berdarah, hingga nyeri dada.

Saat terinfeksi virus flu burung, seseorang harus segera mendapatkan pengobatan. Pasalnya, terlambat menangani kondisi ini bisa berpotensi menimbulkan komplikasi yang dapat membahayakan nyawa, mulai dari infeksi paru-paru, hingga gagal multi organ, misalnya gangguan jantung dan disfungsi ginjal.

Berita buruknya, penyebaran virus flu burung cukup sulit untuk dicegah. Meski demikian, ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk memperkecil risiko virus flu burung menjangkiti seseorang. Mulai dari menjaga kebersihan tangan dengan rutin mencuci tangan, hingga menjaga kebersihan kadang apabila memelihara unggas.

Tak hanya itu, pastikan juga untuk selalu mengonsumsi daging atau telur unggas yang dimasak dengan baik. Mencegah penularan virus flu burung juga bisa dilakukan dengan menghindari konsumsi unggas liar hasil buruan, sebab tidak diketahui penyakit apa saja yang mungkin ada di tubuh unggas tersebut.

Mencegah penularan virus flu burung juga bisa dilakukan dengan rutin mendapatkan vaksin. Meski belum ada vaksinasi yang spesifik untuk virus flu H5N1, tapi melakukan vaksinasi flu tiap tahun untuk menurunkan risiko terjadinya mutasi virus.

Punya masalah kesehatan dan butuh saran dokter segera? Pakai aplikasi Halodoc saja! Dokter bisa dihubungi melalui Video/Voice Call dan Chat. Dapatkan tips menjaga kesehatan dan rekomendasi beli obat dari dokter terpercaya. Yuk, download Halodoc sekarang di App Store dan Google Play.

Baca juga:

Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan