4 Faktor yang Meningkatkan Risiko Sindrom Brugada

Ditinjau oleh  Redaksi Halodoc   24 Juli 2019
4 Faktor yang Meningkatkan Risiko Sindrom Brugada4 Faktor yang Meningkatkan Risiko Sindrom Brugada

Halodoc, Jakarta - Imunitas tubuh memang semakin terbentuk seiring dengan bertambahnya usia. Namun, jika kamu tidak pandai menjaga kesehatan dan tidak disiplin dalam menerapkan pola hidup sehat, tetap saja penyakit dapat mudah menyerang tubuh. Salah satunya adalah sindrom brugada, yang lebih rentan menyerang dewasa dan remaja. Apa sih, sindrom brugada itu?

Sindrom brugada termasuk penyakit langka yang serius, karena membuat detak jantung menjadi lebih cepat dan berdetak tidak beraturan. Kondisi ini dikenal dengan aritmia. Jangan anggap remeh, aritmia membuat jantung tidak bisa memompa darah ke seluruh tubuh dengan normal dan bisa mengakibatkan komplikasi yang serius. Inilah mengapa sindrom brugada disebut dengan penyakit darurat medis. 

Apa Saja Faktor yang Meningkatkan Risiko Sindrom Brugada?

Kamu harus tahu bahwa sindrom brugada ini termasuk penyakit yang diturunkan. Artinya, faktor utama yang meningkatkan risiko seseorang mengalami sindrom ini adalah riwayat kesehatan keluarga. Jika ada salah satu dari anggota keluarga kamu yang mengalaminya, bisa saja kelainan jantung ini diturunkan kepada kamu. 

Baca juga: Ketahui Fakta Lengkap tentang Sindrom Brugada

Sayangnya, pengidap sindrom brugada tidak menyadari sedang mengidap penyakit tersebut karena tidak terdeteksinya gejala, sehingga sering penyakit ini terlambat didiagnosis. Jika kamu memiliki risiko ini, kamu bisa melakukan pemeriksaan dini di rumah sakit. Jika tidak sempat, kamu bisa memanfaatkan fitur cek lab di aplikasi Halodoc, sehingga cek lab bisa kamu lakukan kapan saja dan di mana saja. 

Selain karena keturunan, faktor lain yang meningkatkan risiko seseorang mengalami sindrom brugada, yaitu: 

  • Laki-laki. Ya, sindrom brugada berisiko terjadi pada laki-laki daripada perempuan. Namun, pada remaja dan anak, tingkatan risiko antara laki-laki dan perempuan sama tingginya. 

  • Ras. Jika kamu berasal dari ras Asia, risikonya lebih besar daripada ras lainnya. 

  • Demam. Demam memang tidak serta-merta membuat seseorang mengalami sindrom brugada. Namun, demam bisa mengiritasi jantung dan merangsang pingsan yang terjadi karena henti jantung mendadak, terutama jika terjadi pada anak-anak. 

Baca juga: Sindrom Brugada Berpotensi Sebabkan Kematian

Serangan jantung yang terjadi secara mendadak adalah komplikasi serius dan paling sering terjadi jika sindrom brugada tidak segera mendapatkan penanganan. Ini ditandai dengan tubuh yang kehilangan fungsi jantung, pernapasan, dan kesadaran secara mendadak. Lebih fatal lagi, kondisi ini sering terjadi ketika kamu sedang terlelap. 

Selain serangan jantung mendadak, komplikasi lain yang bisa terjadi pada sindrom brugada adalah pingsan. Sama halnya dengan serangan jantung, pingsan juga bisa terjadi tanpa disadari, sehingga kamu membutuhkan penanganan medis segera jika mengalaminya. Sindrom brugada ini termasuk dalam kondisi darurat medis, tetapi komplikasinya bisa dicegah jika dilakukan deteksi dan penanganan dini. 

Baca juga: Kenali 5 Gejala Sindrom Brugada

Meski mengidap sindrom brugada, kamu tetap bisa melakukan aktivitas sehari-hari. Kamu tetap bisa berolahraga, berhubungan intim, mengemudi, bahkan memiliki kesempatan untuk memiliki keturunan. Namun, ada hal lain yang harus kamu perhatikan jika berencana memiliki anak. Ingat, sindrom brugada adalah penyakit keturunan, jadi jika kamu atau pasangan memiliki risiko, anak juga sama berisikonya. Jadi, tidak ada salahnya mendiskusikan atau meminta pendapat dokter tentang hal ini.

Mulai Rp25 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Dokter seputar Kesehatan