4 Mitos Tentang Vaginismus yang Tak Perlu Dipercaya

Ditinjau oleh  dr. Fadhli Rizal Makarim   17 Mei 2021
4 Mitos Tentang Vaginismus yang Tak Perlu Dipercaya4 Mitos Tentang Vaginismus yang Tak Perlu Dipercaya

Halodoc, Jakarta – Vaginismus adalah suatu kondisi yang memengaruhi otot-otot vagina. Ia bisa mengencang ketika terjadi penetrasi hubungan seksual atau saat hendak memakai tampon. Alhasil, kondisi ini membuat penetrasi vagina terasa sakit dan terkadang tidak mungkin untuk dilakukan.

Untungnya kondisi ini semakin dikenal luas, sehingga ada pengobatan yang bisa ditempuh untuk mengatasinya. Selain itu, masyarakat luas juga perlu paham apa itu vaginismus, sehingga mereka terhindar dari berbagai macam kesalahpahaman tentang vaginismus. 

Baca Juga: Inilah 6 Cara yang Tepat Jaga Kebersihan Miss V

Mitos Tentang Vaginismus

Selain masalah psikologis, vaginismus juga bisa disebabkan oleh infeksi akibat hubungan intim yang menyakitkan. Oleh sebab itu, sebaiknya bertemu dengan dokter untuk mengetahui yang menyebabkan vaginismus. Ini karena penyebab vaginismus bisa bervariasi tergantung masalah apa yang sedang dihadapi.

Kini juga banyak beredar mitos vaginismus yang sebenarnya tidak benar. Supaya tidak keliru, yuk ketahui mitos vaginismus berikut:

Mitos: Senam Kegel Menyembuhkan Vaginismus

Senam kegel, dilakukan dengan benar, adalah teknik penguatan yang bagus untuk otot-otot dasar panggul bagi banyak wanita dan pria. Namun, seseorang yang mengalami vaginismus bukanlah orang yang tepat untuk berlatih senam kegel. 

Saat seorang wanita alami vaginismus, latihan kegel harus dihindari dulu pada awalnya. Kemudian, ia bisa diperkenalkan untuk membantu fungsi otot panggul dan inti secara keseluruhan selama gerakan tubuh tertentu. Di awal, fokus pengobatan seharusnya pada kemampuan untuk secara sadar mengenali dan mengendurkan otot dasar panggul.

Cara terbaik adalah menerima perawatan dari ahli terapi fisik kesehatan wanita khusus yang dapat memandu melalui teknik perumpamaan dan biofeedback.

Mitos: Dilator Vagina Digunakan untuk 'Meregangkan' Otot

Dilator adalah alat yang sangat membantu bagi pengidap vaginismus. Namun, fungsinya dalam proses pengobatan tidak begitu banyak untuk "meregangkan" otot-otot kaku dasar panggul. Otot dasar panggul sudah cukup mampu meregang jauh melebihi apa yang dibutuhkan untuk hubungan seksual. 

Masalah dengan vaginismus adalah, sistem saraf pusat (otak dan semua sistem terkait termasuk sumsum tulang belakang dan saraf) mengirimkan sinyal ke otot-otot panggul untuk menahan diri untuk apa yang dianggapnya atau 'diingat' sebagai menyakitkan: penetrasi vagina. Meksi begitu, beberapa dokter juga akan tetap menyarankan penggunaan dilator yang dibarengi dengan terapi dan konseling.

Baca juga: Alami Vaginismus, Ini Cara agar Tetap Mesra dengan Pasangan

Mitos: Bisa Sembuh Tanpa Perlu Diobati

Mitos yang paling sering beredar adalah vaginismus bisa sembuh sendiri tanpa perlu diobati. Anggapan ini tentunya salah besar, bahkan berisiko membuat pengidapnya tidak segera mengobati kondisi yang ada. Padahal, vaginismus sering dipicu oleh masalah psikologis maupun fisiologis pengidapnya, sehingga sulit menikmati hubungan intim. Vaginismus yang mendapat perawatan, bahkan menurunkan peluang besar penyakit ini kambuh kembali.

Mitos: Vaginismus Terjadi Jika Penis Pasangan Terlalu Besar

Mitos terakhir menyebutkan bahwa vaginismus sering terjadi pada wanita yang memiliki pasangan dengan penis yang terlalu besar. Padahal, ukuran penis tidak tidak ada hubungannya dengan gejala vaginismus. Vaginismus terjadi ketika otot-otot vagina menegang, sehingga tidak ada ruang untuk penetrasi meski pasangan memiliki ukuran penis yang tidak terlalu besar. 

Ingat, berhubungan intim juga bertujuan untuk mencari kesenangan dan kepuasan, bukan rasa sakit. Apabila kamu mengalami rasa sakit saat penetrasi meski sudah melakukan foreplay atau relaksasi lainnya, sebaiknya segera bicara dengan dokter atau seksolog.

Kamu bisa juga segera buat janji dengan dokter di rumah sakit terdekat untuk mendiskusikan hal ini langsung pada ahlinya. Buat janji rumah sakit pun kini bisa dilakukan lewat Halodoc sehingga kamu jadi tak perlu lagi buang waktu untuk antre di rumah sakit untuk melakukan pemeriksaan.

Baca Juga: 3 Tips Mengharumkan Miss V

Bagaimana Mengobati Vaginismus?

Pengobatan untuk vaginismus biasanya mencakup beberapa hal, seperti:

Terapi dan Konseling Seks

Pengobatan ini akan melibatkan pendidikan tentang anatomi tubuh dan apa yang terjadi selama gairah dan hubungan seksual. Kamu juga akan mendapatkan informasi tentang otot-otot yang terlibat dalam vaginismus. Ini dapat membantu memahami bagaimana bagian-bagian tubuh bekerja dan bagaimana tubuh merespons.

Sementara itu, konseling mungkin melibatkan kamu sendiri atau dengan pasangan. Bekerja dengan seorang konselor yang mengkhususkan diri pada gangguan seksual mungkin bisa membantu. Teknik relaksasi dan hipnosis juga dapat meningkatkan relaksasi dan membantu kamu merasa lebih nyaman saat berhubungan.

Dilator Vagina

Dokter atau konselor mungkin merekomendasikan belajar menggunakan dilator vagina di bawah pengawasan seorang profesional. Tempatkan dilator berbentuk kerucut di vagina. Dilator akan semakin membesar sehingga akan membantu otot-otot vagina meregang dan menjadi fleksibel.

Untuk meningkatkan keintiman, mintalah pasangan membantu memasukkan dilator. Setelah menyelesaikan perawatan dengan satu set dilator, kamu dan pasangan dapat mencoba berhubungan kembali.

Terapi Fisik

Jika kamu kesulitan menggunakan dilator sendiri, dapatkan rujukan ke ahli terapi fisik yang memiliki spesialisasi di dasar panggul. Mereka dapat membantu kamu dengan cara:

  • Mempelajari lebih lanjut tentang cara menggunakan dilator.
  • Belajar tentang teknik relaksasi yang mendalam.

Referensi:
Healthline. Diakses pada 2021. Vaginismus.
Pain Down There. Diakses pada 2021. 3 Myths About Vaginismus.
The Health Site. Diakses pada 2021. 3 Myths About Vaginismus That You Need to Stop Believing.

Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan