5 Pemahaman Keliru Penyakit Skizofrenia yang Dipercaya Orang Awam

Ditinjau oleh  Redaksi Halodoc   20 Desember 2018
5 Pemahaman Keliru Penyakit Skizofrenia yang Dipercaya Orang Awam5 Pemahaman Keliru Penyakit Skizofrenia yang Dipercaya Orang Awam

Halodoc, Jakarta - Seperti halnya penyakit-penyakit yang menyerang fisik, penyakit psikis juga ada banyak sekali macamnya. Salah satu yang mungkin paling familiar di telinga adalah skizofrenia. Ya, dalam berbagai film atau buku bertema psikologi, tokoh dengan gangguan kejiwaan skizofrenia kerap diceritakan sebagai tokoh yang berperilaku mengerikan, sering berhalusinasi, seolah telah kehilangan kontak dengan realitas. Namun, perwujudan penyakit ini dalam film atau buku sering kali memunculkan berbagai pemahaman keliru mengenai penyakit kejiwaan ini.

Secara umum, skizofrenia dijelaskan sebagai gangguan mental kronis yang memengaruhi cara seseorang berpikir, merasakan (berempati), dan berperilaku. Pengidap biasanya akan mengalami kesulitan dalam membedakan antara dunia nyata dan khayalan. Hal ini dikarenakan gejala umum skizofrenia sering mencakup pengalaman psikotik, seperti mendengar suara-suara tak berwujud, halusinasi, atau delusi.

Agar tidak salah sangka, yuk simak beberapa pemahaman keliru tentang skizofrenia, yang selama ini mungkin dipercaya orang awam.

1. Sama dengan Kepribadian Ganda

Halusinasi yang kerap dialami oleh pengidap membuat penyakit ini sering dikaitkan, bahkan dianggap sama, dengan kepribadian ganda atau gangguan disosiatif. Padahal, hal ini sangatlah keliru. Skizofrenia dan kepribadian ganda adalah dua hal yang berbeda.

Sebab, yang dialami oleh pengidap skizofrenia umumnya adalah halusinasi, yang sering kali membuatnya sulit membedakan antara dunia nyata dan khayalan. Sementara itu, orang dengan kepribadian ganda ditandai dengan dimilikinya dua atau lebih kepribadian yang berbeda, dan masing-masing kepribadian tersebut dapat secara bergantian mengambil alih kesadaran sang pengidap.

2. Halusinasi Adalah Satu-satunya Gejala Skizofrenia

Skizofrenia merupakan penyakit yang memengaruhi beberapa fungsi otak, seperti kemampuan berpikir jernih, mengelola emosi, membuat keputusan, dan berhubungan dengan orang lain. Bahkan sering kali, pengidap akan mengalami kesulitan dalam mengorganisir pikiran mereka atau membuat koneksi logis.

Meski merupakan gejala utama, halusinasi bukan satu-satunya gejala skizofrenia. Gejala lain yang dapat timbul adalah delusi, alias waham, yang bisa diartikan sebagai memegang teguh keyakinan yang salah.

3. Merupakan Penyakit yang Diwariskan dari Orangtua

Genetik memang memiliki peran dalam menentukan faktor risiko seseorang mengidap penyakit ini. Namun, jika hanya salah satu dari orangtua yang memiliki riwayat penyakit mental ini, kemungkinan seseorang untuk mengidap skizofrenia tidak bisa dikatakan 100 persen. Bahkan, sekalipun orangtua memiliki riwayat penyakit ini, risiko seseorang untuk mengidap kondisi yang sama hanya sekitar 10 persen. Oleh karena itu, penyakit ini tidak bisa dikatakan sebagai penyakit yang diwariskan secara genetik sepenuhnya.

4. Tidak dapat Disembuhkan

Skizofrenia, seperti banyak gangguan mental lainnya, bisa diobati. Meskipun hingga saat ini belum ditemukan obat untuk menyembuhkan skizofrenia secara total, terapi berupa perawatan psikososial atau rehabilitasi yang efektif dapat membuat pengidap skizofrenia memiliki kehidupan yang produktif, sukses, dan mandiri. Dengan obat dan terapi yang tepat, sekitar 25 persen dari pengidap skizofrenia akan sembuh sepenuhnya.

Beberapa terapi psikososial yang dapat bermanfaat bagi pengidap skizofrenia adalah terapi keluarga, pengobatan komunitas asertif, dukungan pekerjaan, remediasi kognitif, pelatihan keterampilan, terapi perilaku kognitif (CBT), intervensi modifikasi perilaku, dan intervensi psikososial untuk penggunaan zat, dan pengaturan berat badan.

5. Pengidap Skizofrenia Berbahaya bagi Masyaraka

Pada beberapa kasus, pengidap kerap diasingkant dari masyarakat, karena dianggap berbahaya. Padahal, pengidapnya yang mendapat pengobatan medis yang memadai tidak akan berbahaya bagi orang di sekitarnya. Mengasingkan atau membatasi akses pengidap skizofrenia dalam pengobatan medis hanya akan memperburuk keadaannya.

Itulah sedikit penjelasan tentang beberapa pemahaman keliru terhadap skizofrenia. Jika kamu membutuhkan informasi lebih lanjut soal hal ini atau gangguan kesehatan lainnya, jangan ragu untuk mendiskusikannya dengan dokter pada aplikasi Halodoc, lewat fitur Contact Doctor, ya. Mudah kok, diskusi dengan dokter spesialis yang kamu inginkan pun dapat dilakukan melalui Chat atau Voice/Video Call. Dapatkan juga kemudahan membeli obat menggunakan aplikasi Halodoc, kapan dan di mana saja, obatmu akan langsung diantar ke rumah dalam waktu satu jam. Yuk, download sekarang di Apps Store atau Google Play Store!

Baca juga:

Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan