Adakah Efek Samping yang Disebabkan oleh Cuci Darah?

Ditinjau oleh  dr. Fadhli Rizal Makarim   21 April 2021
Adakah Efek Samping yang Disebabkan oleh Cuci Darah?Adakah Efek Samping yang Disebabkan oleh Cuci Darah?

Halodoc, Jakarta – Cuci darah atau dialisis adalah perawatan yang biasanya digunakan untuk orang yang mengalami gagal ginjal. Prosedur ini menggantikan peran ginjal yang sudah tidak bisa lagi berfungsi sebagaimana mestinya.

Adapun ginjal merupakan organ yang berperan penting untuk menyaring darah, membuang produk limbah berbahaya dan kelebihan cairan, lalu mengubahnya menjadi urine untuk dikeluarkan dari tubuh.

Namun, pada pengidap gagal ginjal, organ ini tidak mampu lagi melakukan pekerjaan tersebut dengan memadai, sehingga cuci darah perlu dilakukan. Meskipun bermanfaat, ada beberapa efek samping yang bisa disebabkan oleh cuci darah.

Baca juga: Siapa yang Perlu Lakukan Cuci Darah?

Efek Samping Cuci Darah

Perlu diketahui terlebih dahulu bahwa metode cuci darah dibagi menjadi 2, yaitu hemodialisis dan dialisis peritoneal. Hemodialisis dilakukan dengan mengalihkan darah ke mesin eksternal untuk disaring sebelum dikembalikan ke dalam tubuh.

Sementara dialisis peritoneal dilakukan dengan memompa cairan dialisis ke dalam ruang di dalam perut untuk mengeluarkan produk limbah dari darah yang melewati pembuluh yang melapisi bagian dalam perut. Efek samping cuci darah tergantung pada metode cuci darah yang dilakukan.

Baik hemodialisis dan dialisis peritoneal sama-sama bisa menyebabkan efek samping berupa kelelahan bila dilakukan dalam jangka panjang. Efek samping yang umum terjadi ini diperkirakan disebabkan oleh kombinasi dari faktor-faktor berikut:

  • Kehilangan fungsi ginjal normal.
  • Efek dialisis pada tubuh.
  • Pembatasan diet terkait dengan dialisis.
  • Stres dan kecemasan yang sering dialami banyak pengidap gagal ginjal.

Untuk mengatasi kelelahan, kamu bisa berbicara dengan ahli gizi untuk mengetahui diet atau pengaturan makanan seperti apa yang bisa meningkatkan kadar energi kamu. Olahraga teratur juga bisa membantu mengatasi efek samping ini.

Meskipun sulit untuk berolahraga ketika sedang merasa lelah akibat menjalani cuci darah, melakukan olahraga ringan cukup ampuh untuk meningkatkan kekuatan tubuh kamu. Olahraga yang dianjurkan untuk pengidap gagal ginjal, antara lain jalan kaki, berlari, bersepeda, dan berenang.

Selain kelelahan, masing-masing metode cuci darah juga bisa menimbulkan efek samping yang berbeda. Berikut efek samping hemodialisis:

  • Tekanan Darah Rendah

Tekanan darah atau hipotensi adalah salah satu efek samping hemodialisis yang paling umum. Kondisi ini dapat disebabkan oleh penurunan kadar cairan selama cuci darah. Tekanan darah rendah bisa menyebabkan mual dan pusing. Untuk meredakan gejala tekanan darah rendah tersebut, penuhi kebutuhan cairan harian kamu dengan memperbanyak minum air.

  • Sepsis

Orang yang mendapatkan perawatan hemodialisis berisiko lebih tinggi untuk mengalami sepsis atau keracunan darah. Kondisi ini memungkinkan bakteri masuk ke dalam tubuh dan menyebar melalui darah, serta berpotensi menyebabkan kegagalan banyak organ. Hati-hati, bila kamu mengalami demam tinggi hingga di atas 38 derajat Celcius, segera pergi ke rumah sakit.

  • Kram Otot

Selama menjalani hemodialisis, beberapa orang bisa mengalami kram otot yang biasanya terjadi di kaki bagian bawah. Hal ini diduga disebabkan oleh reaksi otot terhadap kehilangan cairan yang terjadi selama hemodialisis.

  • Kulit Gatal

Gatal-gatal pada kulit juga menjadi efek samping cuci darah yang umum. Hal ini disebabkan oleh penumpukan mineral dalam tubuh yang terjadi selama cuci darah.

Selain itu, hemodialisis juga bisa menyebabkan efek samping lain berupa sulit tidur atau insomnia, nyeri tulang dan sendi, penurunan gairah seksual dan disfungsi ereksi, mulut kering, dan kecemasan.

Baca juga: Hal yang Perlu Diperhatikan setelah Lakukan Hemodialisa

Sementara itu, metode cuci darah dengan menggunakan dialisis peritoneal bisa menimbulkan efek samping berupa:

  • Peritonitis

Efek samping yang umum dari menjalani dialisis peritoneal adalah infeksi bakteri pada peritoneum atau peritonitis. Kondisi ini bisa terjadi bila peralatan dialisis tidak dijaga kebersihannya. Akibatnya, bakteri yang menempel pada peralatan tersebut bisa menyebar ke peritoneum, yaitu lapisan tipis jaringan yang melapisi bagian dalam perut. 

Tanda dan gejala peritonitis yang mesti diwaspadai, antara lain sakit perut, demam tinggi hingga 38 derajat Celcius, merasa nyeri atau tidak enak badan, dan kedinginan.

  • Hernia

Orang yang menjalani dialisis peritoneal berisiko lebih tinggi mengalami hernia. Hal ini karena menahan cairan di dalam rongga peritoneum berjam-jam selama proses cuci darah bisa menyebabkan ketegangan pada otot-otot perut.

Gejala utama hernia adalah munculnya benjolan di perut. Benjolan tersebut mungkin tidak terasa sakit dan hanya ditemukan pada saat pemeriksaan.

  • Penambahan Berat Badan

Cairan dialisat yang digunakan selama dialisis peritoneal mengandung molekul gula yang beberapa di antaranya diserap ke dalam tubuh. Hal ini meningkatkan konsumsi kalori harian hingga beberapa ratus kalori sehari.

Bila kamu tidak mengimbangi kalori ekstra ini dengan mengurangi jumlah kalori yang kamu makan dan berolahraga secara teratur, berat badan kamu bisa bertambah.

Baca juga: 3 Pertanyaan Umum Seputar Cuci Darah

Itulah efek samping cuci darah yang perlu diketahui. Bila kamu masih ingin bertanya mengenai cuci darah, jangan ragu untuk menanyakannya pada dokter melalui aplikasi Halodoc. Kamu bisa menghubungi dokter kapan saja melalui Video/Voice Call dan Chat. Yuk, download aplikasi Halodoc sekarang juga di App Store dan Google Play.

Referensi:
National Health Service. Diakses pada 2021. Dialysis.


Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan