Adakah Hubungan Skizofrenia dengan Gen Manusia?

Ditinjau oleh  dr. Verury Verona Handayani   30 Juli 2020
Adakah Hubungan Skizofrenia dengan Gen Manusia? Adakah Hubungan Skizofrenia dengan Gen Manusia?

Halodoc, Jakarta - Skizofrenia merupakan gangguan otak yang digolongkan sebagai psikosis. Kondisi ini memengaruhi pemikiran, perasaan diri, dan persepsi seseorang. Gangguan ini biasanya semakin jelas terlihat pada saat remaja akhir atau dewasa awal. 

Salah satu tanda dan gejala skizofrenia adalah halusinasi. Halusinasi berupa suara adalah gejala yang paling umum terjadi pada pengidap skizofrenia. Namun, ada juga halusinasi penglihatan, bau, atau sensasi sentuhan. Kondisi ini didapatkan seseorang kemungkinan karena adanya riwayat dalam keluarga atau genetik. 

Baca juga: Ini Alasan Orang dengan Skizofrenia Bisa Bertindak Nekat

Benarkan Skizofrenia Berkaitan dengan Genetik?

Di luar kondisi dasar, DNA dalam sel tubuh ditranskripsi menjadi RNA yang kemudian diterjemahkan ke dalam protein (baik struktural dan enzimatik) yang menyelesaikan urusan dalam sel tubuh.

Sebuah studi yang meneliti berbagai gangguan kesehatan mental menemukan bahwa semua gangguan kesehatan mental atau kejiwaan memiliki komponen yang diwariskan atau genetik. Gangguan kecemasan, PTSD, OCD, dan gangguan depresi mayor sekitar 20-45 persen diwariskan. Ketergantungan alkohol dan anoreksia nervosa sebesar 50-60 persen diwariskan. Sedangkan gangguan bipolar, gangguan spektrum autisme, skizofrenia, dan ADHD berada di atas 75 persen diwariskan atau genetik. 

Varian risiko untuk gangguan kejiwaan dalam genetik bisa berjumlah ribuan tersebar di seluruh genom. Selain itu, ada beberapa kelainan genetik yang berasal dari salinan berulang potongan DNA tertentu. Keluarga dengan tingkat gangguan spektrum autisme, ADHD, dan skizofrenia yang tinggi, ditemukan memiliki variasi jumlah salinan genetik langka. Kecenderungan ini memengaruhi keluarga-keluarga lainnya terhadap gangguan kesehatan mental, termasuk skizofrenia. 

Baca juga: Pengidap Skizofrenia Sulit Melakukan Interaksi Sosial

Dalam skizofrenia, ditemukan bahwa variasi fungsional gen komplemen (protein imun inflamasi) berkorelasi dengan sinyal kuat dalam tubuh untuk meningkatkan risiko skizofrenia. Risiko ini dapat berdampak pada pemangkasan neuron dalam sistem peradangan otak. 

Ini adalah situasi ketika temuan genetik sejalan dengan patologi gangguan yang diketahui. Ini sejenis peradangan yang mengganggu perkembangan otak pada periode kritis (biasanya remaja akhir hingga dewasa awal). Temuan ini dapat membantu untuk memprediksi dan mungkin mencegah penyakit, jika kamu cukup tahu dan melakukan penanganan dini. 

Bagaimana Pengidap Skizofrenia Menjalani Hidup?

Orang dengan skizofrenia sering mengalami penurunan kemampuan di sekolah, tempat kerja, dan lingkungan sosial. Gangguan pemikiran dan konsentrasi, respons emosional tidak sesuai, ucapan dan perilaku tidak menentu, serta kesulitan dengan kebersihan pribadi dan tugas sehari-hari juga dapat terjadi. 

Orang dengan skizofrenia mungkin mengalami penurunan ekspresi wajah dan cenderung datar, dan dalam beberapa kasus menjadi tidak responsif (katatonik). Penyalahgunaan zat dan pikiran serta tindakan bunuh diri adalah hal yang umum terjadi pada pengidap skizofrenia. 

Masalah gerakan tertentu, seperti tremor, tics wajah, kekakuan, dan gerakan lambat yang tidak biasa (bradikinesia) atau ketidakmampuan untuk bergerak (akinesia) merupakan hal yang umum terjadi pada orang dengan skizofrenia. Dalam kebanyakan kasus, ini adalah bentuk efek samping obat-obatan yang diresepkan untuk membantu mengendalikan gangguan. Namun, pada beberapa individu yang memiliki gangguan ini menunjukkan kelainan gerakan sebelum memulai pengobatan dengan obat-obatan. 

Beberapa orang dengan skizofrenia juga memiliki gangguan fungsi intelektual riang, tapi skizofrenia tidak berkaitan dengan jenis perubahan fisik yang sama di otak, seperti yang terjadi pada orang dengan demensia seperti penyakit Alzheimer. 

Baca juga: Pikiran Negatif Memicu Gangguan Mental, Kok Bisa?

Perlu kamu ketahui juga, bahwa gangguan psikotik seperti skizofrenia berbeda dengan gangguan mood, termasuk depresi, dan gangguan bipolar, terutama yang memengaruhi emosi. Namun, gangguan ini sering terjadi bersamaan. Individu yang menunjukkan fitur kuat skizofrenia dan gangguan mood sering diberikan diagnosis gangguan skizoafektif. 

Itulah yang perlu kamu ketahui mengenai skizofrenia dan kaitannya dengan genetik. Jika kamu mengetahui adanya potensi atau faktor risiko, sebaiknya segera bicarakan pada dokter melalui aplikasi Halodoc untuk mengetahui penanganannya. Yuk, segera download aplikasi Halodoc sekarang!

Referensi:
Psychology Today. Diakses pada 2020. Genetics and Mental Illness
Genetic Home Reference. Diakses pada 2020. Schizophrenia


Mulai Rp25 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Dokter seputar Kesehatan