Ajarkan Anak Kemandirian untuk Cegah Sindrom Cinderella Complex

Ditinjau oleh  Redaksi Halodoc   16 Februari 2019
Ajarkan Anak Kemandirian untuk Cegah Sindrom Cinderella ComplexAjarkan Anak Kemandirian untuk Cegah Sindrom Cinderella Complex

Halodoc, Jakarta – Sikap manja anak kecil sering dianggap wajar, apalagi jika dilakukan oleh anak perempuan. Alasannya pada usia tersebut, seorang anak belum bisa melakukan apapun secara mandiri. Sebenarnya sifat ini bukan hal yang perlu dipermasalahkan, kecuali berlanjut hingga dewasa. Sebab pada kasus unik, anak perempuan yang tidak diajarkan kemandirian rentan mengidap sindrom Cinderella Complex.

Baca Juga: Kenali Sindrom Peter Pan Vs Sindrom Cinderella Complex pada Anak

Sindrom Cinderella Complex Bukan Kondisi Psikologis Resmi

Istilah sindrom Cinderella Complex pertama kali dicetuskan oleh Colette Dowling, seorang terapis asal New York sekaligus penulis buku "The Cinderella Complex". Hingga kini istilah yang menunjukkan ketakutan wanita hidup mandiri belum secara resmi diakui sebagai kondisi psikologis. Meski begitu, konsep ini menarik untuk diketahui lebih lanjut tentang apa dan bagaimana cara mencegahnya.

Pengidap sindrom Cinderella Complex berkeinginan untuk diurus, diayomi, dan dilindungi oleh seorang pria. Keinginan ini muncul karena merasa tidak percaya diri dengan kemampuannya dalam mengambil keputusan dan menjalani hidup seorang diri, tanpa pertolongan dari “pangeran” impiannya. Kebanyakan pengidap sindrom ini terbiasa hidup manja kecil, tidak dibiasakan menyelesaikan masalah seorang diri, tidak diajarkan menerima kenyataan hidup, dan sering diceritakan kisah dongeng yang berakhir bahagia karena kehadiran pangeran tampan.

Baca Juga: Sindrom Cinderella Complex Bisa Terjadi Karena Helicopter Parenting

Cegah Sindrom Cinderella Complex dengan Ajarkan Si Kecil Kemandirian

1. Tanamkan Kepercayaan Diri

Anak perempuan perlu diajari kepercayaan diri sejak dini, bukan keraguan untuk mengambil keputusan dan bertindak. Jika ibu memiliki anak perempuan, hindari membatasi ruang gerak dan ekspresinya hanya karena ia berjenis kelamin perempuan. Misalnya “Anak perempuan kok begitu?”, “Anak perempuan enggak boleh main panas-panasan, nanti kulitnya hitam”, dan kritikan lain yang membuatnya rendah diri. Pada dasarnya, semua anak bebas berekspresi, berkreasi, dan beraktivitas apapun jenis kelaminnya.

2. Kembangkan Minat dan Bakat

Sama seperti anak laki-laki, minat dan bakat Si Kecil perlu digali sejak dini. Hindari mengkritik kegemaran Si Kecil hanya karena identik dengan aktivitas anak laki-laki, seperti sepak bola, bermain mobil-mobilan, dan bela diri. Hindari memaksakan Si Kecil melakukan kegiatan yang dianggap lebih cocok dilakukan anak perempuan, seperti main musik, main boneka, dan menari.

Membatasi pilihan minat dan bakat justru membuat Si Kecil melakukannya setengah hati dan tidak bisa menggapai potensinya secara maksimal. Karena sekali lagi, tidak ada kegiatan yang dikhususkan untuk anak perempuan atau anak laki-laki. Semua batasan ini muncul hanya karena terbiasa dan dibiarkan turun-menurun.

3. Mencoba Hal Baru

Biarkan Si Kecil mencoba hal baru agar ia bisa beradaptasi dengan keberagaman dan belajar sesuatu di luar zona nyaman. Jika ia terbiasa berangkat sekolah diantar mobil, sesekali coba antar dengan sepeda atau transportasi umum.

4. Biarkan Si Kecil Ambil Keputusan

Meski masih kanak-kanak, Si Kecil sudah bisa diajak mengambil keputusan. Hal ini perlu dilakukan agar suatu hari, ia tumbuh menjadi sosok mandiri dan tidak menggantungkan hidupnya dengan orang lain. Ibu bisa mengajaknya mengambil keputusan yang sederhana. Misalnya membiarkan ia memilih di antara dua atau beberapa pilihan.

5. Bantu Si Kecil Memahami Pikiran dan Perasaannya

Bukan hanya orang dewasa yang punya konflik pikiran dan perasaan, tapi Si Kecil juga. Maka itu, ibu perlu membantu Si Kecil memahami pikiran dan perasaannya, termasuk membantu mencari solusi agar kondisinya lebih baik. Misalnya saat ia malas belajar, ibu bisa bertanya “Kenapa adik malas belajar” dan dengarkan alasannya. Setelah itu, bantu ia memahami konsekuensi dan mencari solusi dari sikapnya.

Baca Juga: Pola Asuh Anak Sebabkan Sindrom Cinderella Complex, Ini Penjelasannya

Jika Si Kecil menunjukkan tanda sindrom Cinderella Complex, jangan ragu bicara pada dokter Halodoc untuk mendapatkan saran penanganan yang tepat. Ibu bisa menggunakan fitur Contact Doctor yang ada di Halodoc untuk bertanya pada dokter kapan saja dan di mana saja via Chat, dan Voice/Video Call. Yuk, segera download aplikasi Halodoc di App Store atau Google Play!

Mulai Rp25 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Dokter seputar Kesehatan