Alami Perikoronitis, Haruskah Gigi Dicabut?

Ditinjau oleh  dr. Gabriella Florencia   01 Agustus 2019
Alami Perikoronitis, Haruskah Gigi Dicabut?Alami Perikoronitis, Haruskah Gigi Dicabut?

Halodoc, Jakarta - Semua orang pasti sepakat bahwa saat gigi sakit, rasanya ingin terus istirahat di rumah dan tidak bersemangat dalam melakukan aktivitas. Rasa nyeri dapat membuat tidak nyaman. Pada beberapa kasus, sakit gigi bisa menyebabkan gusi bengkak sehingga membuat pengidapnya malu. Jangan sepelekan sakit gigi karena hal ini dapat menyebabkan pembengkakan kelenjar limfa pada leher dan membuat kesulitan membuka mulut, ini merupakan gejala dari penyakit perikoronitis.

Perikoronitis adalah gangguan pada mulut, yakni saat jaringan gusi membengkak dan terinfeksi di sekitar gigi bungsu, geraham ketiga, dan geraham terakhir. Perikoronitis umumnya muncul pada akhir masa remaja atau awal usia 20 tahun. Cara mencegahnya perlu ketelatenan dalam menjaga kebersihan mulut dan gigi. Jika kamu pernah mengalami perikoronitis dan kemudian kambuh, maka mencabut gigi adalah pilihan yang disarankan untuk mencegahnya kembali menyerang.

Baca Juga: Pentingnya Perawatan Mulut dan Gigi agar Terhindar dari Perikoronitis

Mengapa Seseorang Bisa Alami perikoronitis?

Dalam buku Manual of Minor Oral Surgery for the General Dentist dijelaskan perikoronitis adalah infeksi yang terjadi pada jaringan lunak yang mengelilingi mahkota gigi impaksi sebagian. Infeksi ini disebabkan karena flora normal dari rongga mulut dan adanya bakteri yang berlebihan pada jaringan lunak perikoronal. Keduanya menyebabkan ketidakseimbangan antara area mulut dan pertumbuhan bakteri. Bila tidak dirawat, infeksi menyebar pada kepala dan leher. 

Tidak hanya itu, ditemukan sebuah fakta bahwa wanita lebih sering mengalami perikoronitis meskipun alasan tepatnya masih diteliti lebih jauh. Para ahli mengemukakan perikoronitis yang dialami oleh wanita terjadi pada saat pre-menstruasi dan post-menstruasi. Selain itu, wanita hamil juga mungkin mengalami perikoronitis pada trimester kedua. 

Sementara itu, faktor yang meningkatkan seseorang mengalami perikoronitis adalah:

  • Siklus menstruasi yang tidak teratur;

  • Banyaknya bakteri di mulut akibat kurang menjaga kebersihan mulut;

  • Anemia;

  • Stres. Stres menyebabkan penurunan saliva sehingga menyebabkan penurunan lubrikasi dari saliva dan meningkatkan akumulasi plak;

  • Keadaan fisik yang lemah;

  • Gangguan pernapasan.

Jika kamu merasakan gejala dari perikoronitis, sebaiknya segera temui dokter gigi di rumah sakit terdekat rumahmu untuk mendapatkan tindakan. Tidak sulit, kamu bisa membuat janji dengan dokter secara online melalui Halodoc. Penanganan yang cepat dan tepat adalah hal yang penting untuk mencegah komplikasi.

Baca Juga: Alasan Ibu Hamil Rentan Terkena Perikoronitis 

Lantas, Bagaimana Cara Mengobati Perikoronitis?

Pada banyak kasus, perikoronitis dengan gejala yang ringan diatasi di rumah tanpa antibiotik. Kamu hanya perlu menyikat area dengan menyeluruh dan lembut dengan kepala sikat gigi yang kecil guna menghancurkan plak atau makanan yang terjebak.

Tidak hanya itu, irrigator air mulut dapat digunakan untuk membersihkan sisa makanan yang terjebak di bawah operkulum dengan efektif. Kamu bisa berkumur dengan air garam hangat untuk membantu meredakan area. Selain itu, larutan hidrogen peroksida dapat digunakan sebagai obat kumur atau cairan irigasi untuk membantu mengurangi bakteri pada area.

Baca Juga: 3 Komplikasi yang Dapat Terjadi saat Cabut Gigi Bungsu

Sementara itu, untuk mencegahnya, kamu bisa melakukan pencabutan gigi impaksi pada pasien di bawah usia 25-26 tahun. Hal ini penting untuk menjaga kesehatan tubuh, mencegah nyeri, dan mencegah terjadinya perikoronitis.

 

Mulai Rp25 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Dokter seputar Kesehatan