Alami PTSD, Kapan Waktu Terbaik untuk ke Psikolog?

Ditinjau oleh  dr. Fadhli Rizal Makarim   08 September 2020
Alami PTSD, Kapan Waktu Terbaik untuk ke Psikolog?Alami PTSD, Kapan Waktu Terbaik untuk ke Psikolog?

Halodoc, Jakarta - Apakah dirimu pernah melihat seseorang yang mengalami gangguan mental pasca mengalami peristiwa atau kejadian traumatis? Nah, kondisi ini disebut post traumatic stress disorder atau PTSD. 

Gangguan mental yang satu ini terbilang serius, sebab bisa memicu berbagai komplikasi bila dibiarkan tanpa penanganan. Misalnya gangguan kecemasan, depresi, ketergantungan alkohol, hingga penyalahgunaan zat-zat terlarang. 

Pertanyaannya, kapan sebaiknya pengidap PTSD perlu menemui psikolog? 

Baca juga: Benarkah PTSD Bisa Disebabkan karena Trauma Perceraian?

Pengalaman Traumatis yang Terus Teringat

PTSD merupakan kondisi kejiwaan yang dipicu oleh kejadian tragis yang pernah dialami atau disaksikan seseorang. Contohnya, peristiwa traumatis pada bencana alam, kecelakaan lalu lintas, tindak kejahatan, atau pengalaman di medan perang. 

Singkat kata, PTSD membuat pengidapnya amat sulit untuk bisa melupakan pengalaman traumatis. Pengidapnya seakan-akan mengulang kembali kejadian tersebut. Bahkan, ingatan traumatis tersebut sering kali hadir dalam mimpi buruk. Nah, hal ini yang membuat pengidapnya tertekan secara emosional. 

Pada kebanyakan kasus, PTSD lebih sering memengaruhi wanita ketimbang pria. Alasannya, wanita lebih sensitif terhadap perubahan daripada pria sehingga akan mengalami emosi yang lebih intens. Namun, hal yang perlu digarisbawahi adalah PTSD bisa menyerang semua golongan usia, bahkan anak-anak. 

Baca juga: Orang di Bidang Militer Lebih Rentan Terhadap PTSD

Kapan Pengidap PTSD Perlu Menemui Psikolog? 

Seseorang yang mengalami kejadian traumatis atau mengidap PTSD akan mengalami beragam keluhan. Gejala PTSD ini bisa berupa rasa takut, sedih, cemas berlebihan, hilangnya semangat untuk beraktivitas, mimpi buruk yang terus berulang, hingga mengalami syok.

Reaksi tiap orang bisa berbeda-beda ketika menghadapi kejadian traumatis, meski hal yang dialami serupa. Ada yang mampu menanggapinya dengan baik, tapi ada pula yang bisa berujung pada gangguan psikologis, seperti depresi atau PTSD. 

Oleh sebab itu, mereka yang mengalami peristiwa traumatis amat disarankan untuk melakukan konsultasi dengan psikolog atau psikiater. Tujuannya jelas, agar peristiwa traumatis tersebut tak meninggalkan trauma psikologis yang mendalam. Lantas, kapan sebaiknya pengidap PTSD perlu menemui psikolog?

Menurut para ahli di National Institutes of Health (NIH) peristiwa traumatis memang bisa menyebabkan stres dan depresi. Namun, tak semua perasaan tertekan masuk ke dalam gejala PTSD. Oleh sebab itu, coba ungkapkan perasaan tersebut pada kerabat atau teman dekat. 

Nah, andaikan perasaan tak kunjung membaik atau justru makin tertekan, segera temui psikolog atau psikiater. NIH dan National Health Service UK merekomendasikan, segera cari bantuan profesional jika:

  • Sudah merasa kewalahan.
  • Berpikir untuk menyakiti diri sendiri atau orang lain.
  • Tidak dapat mengontrol perilaku.
  • Memiliki gejala PTSD yang sangat mengganggu.
  • Masih mengalami masalah mental selama empat minggu setelah melalui peristiwa traumatis. 

Kamu juga bisa bertanya langsung pada psikiater atau psikolog melalui aplikasi Halodoc menyoal PTSD atau gangguan kejiwaan lainnya, kapan saja dan di mana saja.

Baca juga: Ketahui Fakta Penting tentang PTSD

Gegara Trauma hingga Profesi Tertentu

Sampai kini, penyebab PTSD tak diketahui dengan pasti. Namun, ada beberapa kondisi yang diduga kuat bisa memicu terjadinya gangguan jiwa ini. Misalnya, mengalami ancaman atau melihat kematian, luka parah, pelecehan atau kekerasan seksual, hingga mempelajari tentang suatu kejadian yang melibatkan kematian. 

Di samping itu, menurut NIH dan sumber-sumber lain ada faktor lainnya yang bisa memicu PTSD, yaitu:

  1. Pernah mengalami trauma di masa kecil
  2. Menghadapi stres berat setelah kejadian tertentu seperti kehilangan orang yang dicintai, rasa sakit dan cedera, kehilangan pekerjaan, pasca kejadian bencana alam.
  3. Mengalami trauma jangka panjang.
  4. Memiliki riwayat gangguan mental dan penyalahgunaan zat-zat terlarang.
  5. Memiliki anggota keluarga yang mengidap PTSD atau gangguan mental lain. 
  6. Mewarisi aspek kepribadian atau temperamen tertentu. 
  7. Profesi yang menimbulkan potensi seseorang untuk mengalami kejadian traumatis. Misalnya, tim SAR atau tentara.

Itulah sebabnya, penting untuk mengetahui pemicu terjadinya PTSD agar menemukan penanganan yang tepat. Selain kesehatan fisik, menjaga kesehatan mental juga sama pentingnya. Jangan tunda pemeriksaan kesehatan mental di rumah sakit pilihan, terlebih lagi ketika gejala yang dialami sudah mengganggu kualitas hidup sehari-hari.

Referensi:
National Institutes of Health - MedlinePlus. Diakses pada 2020. Post-Traumatic Stress Disorder
Mayo Clinic. Diakses pada 2020. Diseases and Conditions. Post-Traumatic Stress Disorder (PTSD).  
NHS - UK. Diakses pada 2020. Post-traumatic stress disorder (PTSD)

Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan