Alasan Ibu Tidak Boleh Membandingkan Anak dengan Temannya

Ditinjau oleh  Redaksi Halodoc   16 April 2018
Alasan Ibu Tidak Boleh Membandingkan Anak dengan TemannyaAlasan Ibu Tidak Boleh Membandingkan Anak dengan Temannya

Halodoc, Jakarta – Seringkali ibu beranggapan dengan membandingkan anak dengan temannya dapat memotivasi anak untuk lebih giat belajar. Padahal, justru bisa membuat anak merasa minder, lho.

Tanpa disadari dampak membandingkan pada anak bisa berkelanjutan dan memengaruhi tumbuh-kembang anak. Bisa saja ibu tidak melihat efeknya sekarang, tetapi ketika remaja dan dewasa, cara anak memandang dirinya bisa jadi salah dan memberikan penekanan pada hal-hal yang tidak semestinya.

Menurut Paul Schwartz, pakar psikologi tumbuh kembang anak mengatakan persahabatan memang memberikan kontribusi perkembangan sosial secara interaksi dan emosi. Pertemanan juga memberikan pengaruh yang kuat terhadap perilaku anak. Sehingga ibu tidak perlu secara langsung menegaskan perbedaan anak dan temannya dan meminta anak untuk berperilaku seperti temannya. (Baca juga: 5 Masalah yang Biasa Ditemui pada Ibu dengan Anak Bekerja)

Dampak membandingkan pada anak akan memberikan kontribusi tidak baik terhadap perkembangan perilaku dan cara anak memandang dirinya sendiri dan lingkungan sekitar. Berikut adalah beberapa alasan ibu tidak boleh membandingkan anak dengan temannya.

  1. Anak Punya Kemampuannya Sendiri

Anak punya kelebihannya sendiri jadi tidak logis kalau ibu menjadikan prestasi teman anak sebagai tolak ukur sebuah keberhasilan. Bisa jadi anak lemah di bidang menghitung tetapi punya kemampuan di bidang sosial. Anak punya kelebihannya sendiri dan sudah saatnya ibu lebih concern kepada kelebihan anak ketimbang kekurangannya.

  1. Membandingkan Hanya akan Menyempitkan Pola Pikir Anak

Ternyata kebiasaan membandingkan bisa memberikan dampak yang lebih luas lagi terhadap tumbuh-kembang anak. Salah satunya adalah membatasi pola pikir anak mengenai kesuksesan. Anak akan beranggapan jalan untuk berhasil satu-satunya adalah menjadi sama dengan pencapaian teman. Padahal ada banyak cara mencapai kesuksesan. Kesuksesan satu orang tidak menjadi ukuran pencapaian orang lainnya.

  1. Lebih Baik Mengapresiasi Apa yang Sudah Dicapai Anak

Dampak membandingkan pada anak bisa sangat fatal, apalagi kalau ibu meluputkan memberi apresiasi ke anak untuk apa yang sudah dicapainya. Ketimbang fokus pada apa yang belum berhasil dilakukan anak, lebih baik ibu fokus memberikan apresiasi pada apa yang sudah dilakukannya. Kalaupun belum maksimal, memuji anak bisa memberikan rangsangan untuk menjadi lebih baik ketimbang membandingkan hasil yang dicapai anak dengan temannya.

  1. Membandingkan Hanya Memberikan Kesan Ibu Terlalu Memahami Anak

Apakah ibu pernah memahami kalau kebiasaan membandingkan hanya memberi kesan seolah ibu tidak memahami anak dan egois? Ibu hanya menjadikan anak sebagai “piala” untuk dibanggakan kepada orang lain ketika berprestasi. Sehingga ibu mau anak untuk menjadi lebih ketimbang teman-temannya. Apa yang dilakukan ibu akan terekam di memori anak dan membuatnya merasa ibu hanya bangga saat anak berprestasi saja. Bisa jadi kalau ibu meneruskan kebiasaan membandingkan ini akan membuat anak terpacu.

Tapi pada akhirnya anak terpacu tidak secara positif melainkan negatif, karena ada rasa persaingan untuk memberikan kebanggaan pada orangtuanya. Yang terbaik adalah anak berprestasi karena memang kemauannya dan menghargai kualitasnya.

Bukan karena ingin bersaing dengan teman-teman ataupun mendapat pujian dari orangtuanya. Ketika anak mencapai keberhasilan karena rasa menghargai kemampuan diri sendiri, prestasi anak akan lebih abadi dan berguna untuk masa depannya kelak.

Kalau ibu ingin tahu lebih banyak mengenai cara paling pas untuk memotivasi anak tanpa menghambat tumbuh-kembangnya, bisa tanyakan langsung ke Halodoc. Dokter-dokter yang ahli di bidangnya akan berusaha memberikan solusi terbaik untuk ibu. Caranya, cukup download aplikasi Halodoc lewat Google Play atau App Store. Melalui fitur Contact Doctor orangtua bisa memilih mengobrol lewat Video/Voice Call atau Chat.




Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan