Alasan Ibu Tidak Perlu Selalu Melarang-larang Anak

Ditinjau oleh  dr. Rizal Fadli   10 Oktober 2019
Alasan Ibu Tidak Perlu Selalu Melarang-larang AnakAlasan Ibu Tidak Perlu Selalu Melarang-larang Anak

Halodoc, Jakarta – Mendisiplinkan anak tidak harus selalu dengan cara berkata tidak. Menurut psikolog keluarga dan anak Audrey Ricker, Psy.D., melarang anak justru membuat anak serba takut ketika melakukan sesuatu. Apalagi orang tua kerap melarang anak disertai dengan ancaman.

Kebanyakan balita hanya menginginkan apa yang mereka inginkan, sehingga orang tua perlu tenang, tegas, tetapi tetap hangat. Misalnya, ketika anak minta es krim ada baiknya orang tua menawarkan camilan yang lebih sehat tanpa menjanjikan besok. Ingin tahu cara lebih baik untuk mendisiplinkan anak ketimbang selalu berkata tidak dan melarangnya, simak di sini!

Memahami Tahap Perkembangan Anak

Kenapa orang tua harus menghindari kata “tidak” ataupun “jangan”, ini dilakukan supaya orang tua lebih mengutamakan penggunaan kata-kata yang positif. Kalimat yang lebih mengimbau dapat membantu anak untuk tumbuh dan memiliki rasa hormat terhadap sebuah aturan. 

Sekitar usia satu tahun, anak-anak memasuki tahap “aku melakukannya”. Ini adalah ketika mereka mengembangkan rasa otonomi dan inisiatif dari usia 2–6 tahun.  Ini berarti bahwa fokus perkembangan mereka adalah untuk mengeksplorasi dan bereksperimen. 

Baca juga: Ini Perkembangan Ideal Anak dari 1 – 3 Tahun

Dapatkah orang tua bayangkan betapa membingungkannya bagi anak-anak untuk dihukum atas apa yang diprogramkan untuk dilakukan pada tahap perkembangan mereka? Anak-anak dihadapkan pada dilema, "Apakah mematuhi orang tua atau dorongan biologis untuk mengembangkan otonomi dan inisiatif dengan menjelajahi dan bereksperimen di dunia nyata?"

Tahap-tahap perkembangan ini tidak berarti anak-anak harus diperbolehkan melakukan apa pun yang mereka inginkan dengan cara apa pun. Namun, itu jadi menjelaskan kenapa orang tua harus mengembangkan metode parenting yang tegas bukannya mengendalikan dan terus mengatakan tidak.

Di usia 2–6 tahun adalah masa ketika kepribadian anak sedang dibentuk, sehingga yang harus dilakukan oleh orang tua adalah membantu anak menemukan jati diri ataupun citra diri yang benar. 

Pelarangan dan kata-kata tidak yang datang secara intens kepada anak hanya akan membebani anak akan rasa bersalah dan rasa malu. Ini akan menciptakan situasi yang mengecewakan dan sulit untuk dihadapi di masa dewasa.

Jangan pernah meremehkan kemampuan anak kecil, tetapi di sisi lain, perhatikan dengan cermat saat orang tua hendak memperkenalkan aturan dan memberikan arahan pada anak. Berikut ini hal-hal yang harus orang tua perhatikan:

  1. Apa yang diminati anak.
  2. Apa yang bisa dilakukan anak.
  3. Apa yang dibutuhkan anak untuk belajar.
  4. Jelaskan mengenai kenapa anak harus memilih apa yang disarankan orang tua karena ini dilakukan untuk menjaga anak. Pengawasan adalah upaya pengasuhan yang penting untuk menjadikan anak tumbuh mandiri dan dewasa.

Baca juga: Ini Tips Menjaga Kebersihan Kelamin Bayi

Mengasuh anak adalah tentang membesarkan anak-anak dengan integritas sambil juga mempersiapkan mereka ke dunia nyata. Dari mempelajari perbedaan antara bahasa positif dan negatif, orang tua dapat melakukan penyesuaian saat harus mengarahkan anak bagaimana harus berperilaku tanpa membuat anak merasa tersudut atau terhukum.

Ingin tahu lebih lanjut mengenai masalah psikologi lainnya, bisa tanyakan langsung ke Halodoc. Dokter yang ahli di bidangnya akan berusaha memberikan solusi terbaik untukmu. Caranya, cukup download aplikasi Halodoc lewat Google Play atau App Store. Melalui fitur Contact Doctor ibu bisa memilih mengobrol lewat Video/Voice Call atau Chat kapan dan di mana saja.

Referensi:
Smartkidsparenting.com. Diakses pada 2019. Why I Don’t Say No to My Children?
Extremely Good Parenting. Diakses pada 2019. How negative language impacts kids and why “no” should be limited.

Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan