Alasan Kebiasaan Makan Sabun Tanda Idap Gangguan Mental

Ditinjau oleh  dr. Verury Verona Handayani   15 Desember 2020
Alasan Kebiasaan Makan Sabun Tanda Idap Gangguan MentalAlasan Kebiasaan Makan Sabun Tanda Idap Gangguan Mental

Halodoc, Jakarta – Orang dengan gangguan pica secara kompulsif memakan makanan yang tidak memiliki nilai gizi, salah satunya adalah sabun. Gangguan ini dapat menyebabkan konsekuensi serius akibat kebiasaan makan benda-benda yang beracun. 

Gangguan ini paling sering terjadi pada anak-anak dan wanita hamil dan biasanya bersifat sementara. Pica juga kerap terjadi pada orang yang memiliki disabilitas intelektual. Jika itu terjadi, kondisinya bisa lebih parah dan bertahan lama, sehingga mengakibatkan gangguan perkembangan yang parah. Informasi selengkapnya bisa dibaca di sini!

Baca juga: 5 Jenis Gangguan Makan yang Paling Sering Menyerang Wanita

Pica Bisa Dipicu Kekurangan Zat Besi

Tidak ada penyebab tunggal pica. Dalam beberapa kondisi seperti kekurangan zat besi, seng, atau nutrisi lain bisa jadi terkait dengan pica. Kekurangan zat besi, bisa menjadi penyebab pica pada wanita hamil.

Meskipun tidak sepenuhnya pasti, beberapa peneliti berspekulasi bahwa pica adalah cara tubuh menunjukkan kebutuhan nutrisi yang hilang. Kekurangan zat besi, kalsium, seng, dan vitamin C dan D telah ditemukan pada pengidap pica. 

Namun, interaksi ini tidak serta merta menjelaskan mengapa beberapa orang memiliki keinginan untuk makan non-makanan yang tidak memberikan manfaat gizi atau bahkan mengganggu penyerapan gizi. Perilaku mencari perhatian juga menjadi alasan orang bisa mengalami gangguan pica. 

Kemudian, mengidam yang tidak biasa mungkin merupakan tanda bahwa tubuh sedang mencoba untuk mengisi kembali tingkat nutrisi yang rendah. Orang dengan kondisi kesehatan mental tertentu, seperti skizofrenia dan gangguan obsesif-kompulsif (OCD), dapat mengembangkan pica sebagai mekanisme koping.

Beberapa orang bahkan mungkin menikmati dan mendambakan tekstur atau rasa dari item non-makanan tertentu, dalam hal ini bisa jadi sabun. Diet dan malnutrisi sama-sama bisa menyebabkan pica. Soalnya, makan makanan non-makanan dapat membantu mendapatkan sensasi kenyang.

Ada beberapa bukti yang menunjukkan bahwa dalam budaya dan kelompok sosial tertentu, mengonsumsi bahan yang bukan makanan dianggap sebagai sesuatu yang normal. Stres juga menjadi penjelasan mengapa orang bisa menikmati makan yang bukan termasuk makanan. 

Mengonsumsi non-makanan tertentu dapat menyebabkan kondisi serius mulai dari keracunan, infeksi parasit, penyumbatan usus, sampai tersedak. Bagaimana mendiagnosis kondisi pica? Mendiagnosis kondisi pica dibutuhkan kejujuran dari orang yang diduga mengidap kondisi ini.

Baca juga: Ketahui Perbedaan Binge Eating Disorder dan Bulimia

Dokter biasanya akan menguji darah untuk melihat apakah kamu memiliki kadar seng atau zat besi yang rendah. Ini dapat membantu dokter mengetahui apakah kamu memiliki kekurangan nutrisi yang mendasari, seperti kekurangan zat besi. Kekurangan nutrisi terkadang terkait dengan pica.

Informasi selengkapnya mengenai gangguan pica bisa ditanyakan langsung ke Halodoc. Kamu bisa menanyakan masalah kesehatan apapun dan dokter terbaik di bidangnya akan memberikan solusi. Caranya, cukup download aplikasi Halodoc lewat Google Play atau App Store. Melalui fitur Contact Doctor kamu bahkan bisa memilih mengobrol lewat Video/Voice Call atau Chat.

Penanganan Gangguan Pica

Biasanya, penanganan pica dimulai dari mengobati komplikasi yang diperoleh dari mengonsumsi item non-makanan tersebut. Misalnya, jika kamu mengalami keracunan timah akibat makan serpihan cat, dokter mungkin meresepkan terapi khelasi. Demikian juga jika kamu mengalami keracunan karena makan sabun.

Jika ternyata kamu mengalami pica karena ketidakseimbangan nutrisi, dokter mungkin meresepkan suplemen vitamin atau mineral. Misalnya, dokter akan merekomendasikan mengonsumsi suplemen zat besi secara teratur jika ternyata kamu didiagnosis mengidap anemia defisiensi besi.

Baca juga: Lebih Baik Cuci Tangan dengan Sabun Khusus atau Sabun Mandi?

Pastinya dokter akan menyarankan kamu menjalani evaluasi psikologis untuk menentukan apakah kamu mengidap menderita OCD atau kondisi kesehatan mental lainnya. Pada dasarnya, penanganan gangguan pica tergantung pada diagnosis. Obat dan terapi akan diresepkan tergantung pada kondisi yang mendasari. 

Jika pengidap gangguan pica memiliki cacat intelektual atau kondisi kesehatan mental tertentu, pengobatan untuk mengatasi masalah perilaku juga dapat membantu mengurangi atau menghilangkan keinginan mereka untuk makan makanan yang tidak bergizi.

Mencari pertolongan medis disarankan jika kamu mulai memperhatikan gejala fisik seperti kehilangan nafsu makan, sakit perut, mual, sembelit, diare, atau kembung. Ini mungkin tanda bahwa ada penumpukan zat di saluran pencernaan atau telah menelan zat berbahaya.

Referensi:
Healthline. Diakses pada 2020. Everything You Need to Know About Pica.
Journal of Clinical Psychopharmacology. Diakses pada 2020. Sapophagia (Compulsive Soap Eating) and Attention-Deficit/Hyperactivity Disorder in a Child Responsive to Clonidine.

Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan