Alasan Pengidap Gangguan Narsistik Rentan Kena Bipolar

Ditinjau oleh  dr. Fadhli Rizal Makarim   24 Maret 2021
Alasan Pengidap Gangguan Narsistik Rentan Kena BipolarAlasan Pengidap Gangguan Narsistik Rentan Kena Bipolar

Halodoc, Jakarta - Seseorang yang memiliki kepribadian narsistik mungkin sulit dibedakan dari seseorang yang mengalami bipolar. Meskipun kedua gangguan mental ini terlihat mirip, penting untuk mengetahui perbedaan di antara keduanya. 

Gangguan bipolar adalah kondisi kesehatan mental seumur hidup, yang menyebabkan perubahan suasana hati yang parah dari tinggi (mania atau hipomania) ke posisi terendah (depresi). Sementara narsistik juga merupakan gangguan kepribadian seumur hidup dengan ciri-ciri rasa harga diri tinggi, selalu ingin dikagumi, dan kurang empati pada orang lain. 

Baca juga: Percaya Diri atau Narsistik? Ketahui Bedanya

Hubungan Gangguan Narsistik dengan Bipolar

Beberapa ciri utama gangguan bipolar dan narsisme tumpang tindih. Akibatnya, pengidap bipolar sering kali mengalami gangguan kepribadian narsistik. Namun, ada perdebatan tentang seberapa banyak kondisi tersebut tumpang tinding atau apakah sebenarnya terjadi secara terpisah.

Kebanyakan ahli mengatakan, kedua kondisi tersebut terjadi secara terpisah, tapi orang dengan gangguan bipolar bisa menunjukkan ciri-ciri kepribadian narsistik.

Misalnya, seseorang menunjukkan tanda-tanda narsisme selama bipolar fase hipomania ringan hingga sedang. Ia mungkin secara khusus menunjukkan persepsi besar tentang diri. Orang dengan gangguan bipolar yang mengalami suasana hati seperti itu mungkin tidak memiliki gangguan kepribadian narsistik. Sebaliknya, ia menunjukkan narsisme selama satu atau beberapa suasana hati. 

Untuk mengetahui gambaran yang lebih baik tentang hubungan antara bipolar dan gangguan kepribadian narsistik, sebaiknya bandingkan gejala keduanya. Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, gejala gangguan bipolar bervariasi, tapi umumnya, meliputi:

  • Mania dan Hipomania:
  1. Sikap optimis yang tidak normal
  2. Gelisah
  3. Peningkatan energi
  4. Rasa percaya diri yang berlebihan (euforia)
  5. Kebutuhan tidur yang menurun
  6. Banyak bicara ekstrem
  7. Banyak berpikir
  8. Mudah teralihkan
  9. Buruk dalam mengambil keputusan
  • Episode Depresi Mayor:
  1. Suasana hati tertekan
  2. Kehilangan minat pada sema aktivitas
  3. Penurunan atau kenaikan berat badan yang signifikan
  4. Insomnia atau terlalu banyak tidur
  5. Gelisah atau lamban
  6. Kehilangan energi
  7. Merasa tidak berharga atau bersalah
  8. Kurang konsentrasi
  9. Ragu
  10. Memikirkan, merencanakan, atau mencoba bunuh diri.

Sementara itu, seseorang yang memiliki gangguan kepribadian narsistik memiliki gejala:

  • Rasa mementingkan diri yang sangat besar.
  • Mengharapkan untuk diakui sebagai atasan tanpa alasan untuk menjamin perlakuan tersebut.
  • Membesar-besarkan bakat dan prestasi masa lalu.
  • Merasa disibukkan oleh fantasi tentang kesuksesan dan kekuasan, kecerdasan, ketampanan, atau pasangan yang sempurna.
  • Berpikir bahwa mereka lebih unggul dan hanya bisa dikaitkan dan dipahami orang-orang dengan keunggulan yang sama.
  • Butuh akan kekaguman yang konstan.
  • Merasa berhak.
  • Memanfaatkan orang lain untuk mendapatkan apa yang diinginkan.
  • Tidak mampu atau tidak mau mengenali kebutuhan dan perasaan orang lain.
  • Bertingkah sombong atau angkuh. 

Baca juga: Narsisistik Lebih Dari Sekadar Suka Selfie, Ketahui Faktanya

Bagaimana Pengidap Bipolar dengan Narsistik Mengontrol Narsistiknya?

Setiap orang memiliki kepribadian yang berbeda. Kepribadian itu biasanya tidak banyak berubah seumur hidup. Kepribadian hanya mungkin berkurang atau lebih intens beberapa hari, tapi tidak berubah. 

Begitu juga dengan gangguan bipolar dan narsisme. Seseorang mungkin lebih menunjukkan narsisme pada waktu-waktu tertentu, terutama selama episode manik atau hipomanik. Sehingga orang di sekitar mungkin tidak memperhatikan narsistik sepanjang waktu. 

Ada cara mengontrol atau mengatasi kedua kondisi tersebut. Psikoterapi adalah pengobatan yang efektif untuk gangguan bipolar dan gangguan kepribadian narsistik. Fokus terapi harus pada:

  • Atur suasana hati dan kecenderungan narsistik.
  • Kurangi intensitas episode manik dan hipomanik.
  • Atasi narsisme dalam terapi saat tidak bergejala.

Baca juga: 12 Ciri Pengidap Gangguan Kepribadian Narsistik 

Bagi yang memiliki kedua kondisi, penting untuk memahami penyebab emosi. Hal ini bisa mengarah pada pembentukan dan pemeliharaan hubungan dengan orang lain agar lebih bermanfaat.

Jika kedua kondisi sudah sangat mengganggu, jangan sungkan untuk meminta pertolongan psikolog melalui aplikasi Halodoc. Yuk, download aplikasi Halodoc sekarang juga!

Referensi:
Healthline. Diakses pada 2021. Bipolar and Narcissism: What’s the Connection?
Psychology Today. Diakses pada 2021. The Relationship Between Narcissism and Bipolar Disorder


Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan