Alergi Telur adalah Penyakit Turunan, Benarkah?

Ditinjau oleh  dr. Fadhli Rizal Makarim   12 Juni 2019
Alergi Telur adalah Penyakit Turunan, Benarkah?Alergi Telur adalah Penyakit Turunan, Benarkah?

Halodoc, Jakarta - Alergi terjadi karena tanggapan dari sistem kekebalan tubuh terhadap suatu zat yang biasanya tidak membahayakan yang dikenal dengan alergen. Reaksi ini muncul setelah alergen masuk ke dalam tubuh melalui makanan, sentuhan, atau hirupan langsung, misalnya alergi telur. Lantas, benarkah gangguan kesehatan satu ini terjadi karena diturunkan atau ada hal lainnya?

Alergi Telur, Bagaimana Bisa Terjadi?

Reaksi sistem kekebalan tubuh yang berlebihan bisa menyebabkan terjadinya alergi makanan. Dalam kasus alergi telur, sistem imunitas tubuh salah mengidentifikasi protein dalam telur sebagai suatu zat yang berbahaya. Ketika masuk ke dalam tubuh, antibodi memberikan sinyal untuk melepas histamin dan bahan kimia lain yang memicu terjadinya gejala alergi.

Baik bagian kuning maupun putih telur bisa memicu terjadinya alergi, tetapi dari keduanya, alergi telur di bagian putihnya lebih umum terjadi. Reaksi alergi telur ini dapat terjadi pada bayi yang sedang menyusu jika ibu konsumsi telur sebelumnya.

Baca juga: Alergi Telur, Hindari 8 Jenis Makanan Ini

Gejala alergi telur bervariasi dari orang ke orang, dan biasanya terjadi tepat setelah telur selesai dikonsumsi. Gejalanya bisa berupa radang kulit atau gatal, hidung tersumbat, pilek, dan bersin, gejala pencernaan, kram mual, dan muntah. Gejalanya bisa berupa radang kulit atau gatal, hidung tersumbat, pilek, dan bersin, gejala pencernaan, kram mual, muntah, dan gejala-gejala asma (batuk, mengi, sesak napas).

Benarkah Penyakit Ini Diturunkan?

Faktanya, beberapa faktor tertentu yang memicu tingginya risiko terjadinya alergi telur, di antaranya:

  • Usia. Alergi telur paling rentan terjadi pada anak-anak. Seiring dengan pertambahan usianya, sistem pencernaan anak menjadi lebih matang dan reaksi alergi terhadap makanan, termasuk telur akan lebih berkurang.

  • Dermatitis atopik. Anak-anak dengan jenis reaksi kulit ini lebih mungkin terserang alergi makanan seperti alergi telur dibandingkan anak-anak dengan jenis kulit yang normal.

  • Riwayat keluarga. Seseorang berisiko untuk mengalami alergi telur jika salah satu atau kedua orangtua pernah mengalami hal yang sama, atau jenis alergi lainnya, seperti demam, gatal-gatal, atau eksim.

Baca juga: Hati-Hati, 2 Hal Ini Bisa Sebabkan Alergi Telur

Meski begitu, alergi yang diturunkan bukan sama persis. Sederhananya, jika orangtua memiliki alergi makanan, dalam hal ini alergi telur, maka keturunannya memiliki risiko mengidap alergi, meskipun jenisnya bisa berbeda. Jadi, memang benar alergi diturunkan, tetapi bukan berarti anak mengalami alergi yang sama dengan orangtuanya.

Waspada Komplikasinya

Komplikasi alergi telur yang paling signifikan adalah mengalami reaksi alergi parah yang membutuhkan injeksi epinefrin dan perawatan darurat. Reaksi sistem kekebalan yang sama yang menyebabkan kondisi lainnya. Jika kamu mengalami alergi telur, bisa saja orang tua kamu memiliki alergi terhadap makanan lain, alergi terhadap hewan peliharaan, atau asma.

Baca juga: Ini 4 Cara Sederhana Agar Anak Terhindar Alergi Telur

Jadi, sekarang kamu sudah tahu bahwa alergi telur memang bisa diturunkan, tetapi bisa saja orang tua atau anak kamu tidak memiliki alergi yang sama denganmu sekarang. Supaya lebih jelas, kamu bisa bertanya langsung pada dokter. Tidak harus mengantre, pakai saja aplikasi Halodoc, dan kamu bisa bertanya sepuasnya pada dokter ahli apa saja. Yuk, download aplikasi Halodoc sekarang juga!

Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan