Anak Mengalami Gangguan Makan, Kapan Harus ke Dokter?

Ditinjau oleh  dr. Fadhli Rizal Makarim   20 April 2021
Anak Mengalami Gangguan Makan, Kapan Harus ke Dokter?Anak Mengalami Gangguan Makan, Kapan Harus ke Dokter?

Halodoc, Jakarta - Gangguan makan pada anak dan remaja menyebabkan perubahan serius dalam kebiasaan makan yang berujung pada masalah kesehatan yang besar, bahkan mengancam nyawa. Secara umum, gangguan makan yang dapat menyerang anak ada tiga jenis, yaitu anoreksia, bulimia, dan binge eating.

Meski gangguan makan biasanya berkembang selama masa remaja atau awal masa dewasa, kondisi ini juga bisa mulai terjadi di usia anak-anak. Lantas, kapan harus ke dokter untuk memeriksakan gangguan makan yang dialami anak? Simak pembahasannya lebih lanjut.

Baca juga: Ketahui 5 Gangguan Makan yang Dianggap Aneh

Segera Bawa Anak ke Dokter Jika Ada Gejala Gangguan Makan

Gangguan makan pada anak dapat menyebabkan sejumlah masalah fisik yang serius dan bahkan kematian. Jika ibu melihat salah satu dari tanda-tanda gangguan makan pada anak, yang akan dijelaskan setelah ini, segera bawa anak ke dokter umum, dokter gizi anak, atau psikolog anak. 

Anak yang mengalami gangguan makan membutuhkan perawatan untuk membantu memulihkan kesehatan dan kebiasaan makannya yang tidak normal. Perawatan juga mencakup pembahasan masalah psikologis yang mendasarinya. 

Semakin cepat gangguan makan pada anak didiagnosis dan diobati, maka semakin baik. Jadi, ketika menjumpai gejala gangguan makan pada anak, segera gunakan aplikasi Halodoc untuk buat janji dengan dokter di rumah sakit.

Baca juga: Hobi Makan Tengah Malam, Bisa Jadi Gejala NES

Kenali Gejala Gangguan Makan pada Anak Sejak Dini

Sangat penting untuk mengenali gejala gangguan makan pada anak sedini mungkin. Termasuk mengenali jenis gangguan makan yang dialami anak. Secara umum, ada tiga jenis gangguan makan yang umum terjadi pada anak.

1. Anoreksia Nervosa

Kondisi ini terjadi ketika anak menolak untuk makan yang cukup karena ketakutan yang intens dan tidak rasional untuk menjadi gemuk. Gejalanya meliputi:

  • Kecemasan, depresi, perfeksionisme, atau menjadi sangat kritis terhadap diri sendiri, terutama penampilan.
  • Diet, bahkan ketika sudah cukup kurus atau ideal.
  • Olahraga berlebihan.
  • Ketakutan berlebihan akan kegemukan.
  • Menstruasi yang jarang atau berhenti.
  • Penurunan berat badan yang drastis.
  • Kebiasaan makan yang aneh, seperti menghindari makan, makan diam-diam, memantau setiap gigitan makanan, atau hanya makan makanan tertentu dalam jumlah kecil.
  • Minat yang tidak biasa pada makanan.

Anoreksia dapat menyebabkan beberapa masalah kesehatan yang serius, seperti kerusakan organ utama terutama otak, jantung dan ginjal, detak jantung tak teratur, menurunkan tekanan darah, denyut nadi, suhu tubuh, dan kecepatan pernapasan, serta penipisan tulang.

2. Bulimia

Gangguan makan selanjutnya yang perlu diwaspadai adalah bulimia. Bulimia terjadi ketika anak terlalu banyak makan dan memuntahkan kembali makanannya, atau menggunakan obat pencahar untuk mencegah penambahan berat badan.

Berikut ini gejala bulimia yang perlu diwaspadai orangtua:

  • Selalu muntah setelah makan.
  • Menyalahgunakan obat pencahar.
  • Gelisah.
  • Selalu makan banyak-banyak.
  • Makan diam-diam, atau memiliki kebiasaan makan yang tidak biasa.
  • Olahraga berlebihan.
  • Perubahan suasana hati.
  • Penekanan berlebihan pada penampilan fisik.
  • Selalu ke kamar mandi setelah makan.
  • Adanya jaringan parut pada buku-buku jari karena menggunakan jari untuk memuntahkan makanan.
  • Minat yang tidak biasa pada makanan.

Sama seperti anoreksia, bulimia juga dapat menyebabkan komplikasi serius, seperti penyakit asam lambung, karena makan banyak-banyak dan muntah dengan sengaja. Selain itu, ada juga risiko kerusakan email gigi, radang kerongkongan, dan pembengkakan kelenjar ludah di pipi.

3. Binge Eating

Gangguan makan pada anak berikutnya yang perlu diwaspadai, yaitu binge eating. Adapun beberapa gejala binge eating, yaitu:

  • Makan berlebihan tanpa terkendali dan sulit untuk berhenti.
  • Makan dalam jumlah banyak bahkan saat tidak lapar.
  • Merasa kesal atau bersalah setelah makan berlebihan.
  • Berat badan terus bertambah.

Banyak anak dengan gangguan makan berlebihan atau binge eating makan lebih cepat dari biasanya. Mereka mungkin makan diam-diam sehingga orang lain tidak melihat seberapa banyak mereka makan.

Tidak seperti bulimia, pengidap binge eating tidak membuat diri mereka sendiri muntah, menggunakan obat pencahar, atau banyak berolahraga untuk menebusnya.

Baca juga: Kenali Tanda dan Gejala Gangguan Makan Anak Sejak Dini

Mengapa Gangguan Makan pada Anak Bisa Terjadi?

Hingga kini, belum jelas penyebab pasti dari gangguan makan. Kondisi ini diyakini terjadi akibat kombinasi faktor biologis, perilaku, dan sosial. Misalnya, anak-anak mungkin terpengaruh oleh citra budaya yang menyukai tubuh yang terlalu kurus untuk menjadi cantik.

Selain itu, banyak anak dan remaja dengan gangguan makan bergumul dengan satu atau lebih masalah berikut ini:

  • Takut menjadi kelebihan berat badan.
  • Perasaan tidak berdaya.
  • Rendah diri.

Untuk mengatasi masalah tersebut, anak-anak mungkin mengadopsi kebiasaan makan yang berbahaya. Faktanya, gangguan makan sering kali sejalan dengan masalah kejiwaan lain seperti gangguan kecemasan, depresi, dan penyalahgunaan zat.

Itulah sebabnya penanganan untuk gangguan makan juga mencakup pemeriksaan psikologis. Sebagai orangtua, yang bisa dilakukan adalah mengenali gejala gangguan makan sedini mungkin, dan mendampingi anak menjalani pengobatan yang dibutuhkan.

Referensi:
WebMD. Diakses pada 2021. Eating Disorders in Children and Teens.
Kids Health. Diakses pada 2021. Eating Disorders.
Raising Children Network. Diakses pada 2021. Eating Disorders In Older Children And Teenagers.


Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan