Anak Susah Tidur, Mungkinkah Pertanda Korban Bully?

Ditinjau oleh  Redaksi Halodoc   13 September 2018
Anak Susah Tidur, Mungkinkah Pertanda Korban Bully?Anak Susah Tidur, Mungkinkah Pertanda Korban Bully?

Halodoc, Jakarta – Seharusnya sekolah menjadi rumah kedua bagi anak, tempat ia berlindung, mengenyam pendidikan, dan bermain. Namun bagi sebagian besar anak, sekolah malah jadi salah satu tempat paling menakutkan dalam hidupnya. Apa penyebabnya?

Bullying atau perundungan telah lama menjadi momok bagi anak di usia sekolah. Menurut laporan UNICEF tahun 2015, 40 persen anak Indonesia mengalami bullying di sekolah. Sementara menurut laporan ICRW (International Center for Research on Women) juga pada tahun yang sama, hampir 84 persen anak di Indonesia mengalami tindak kekerasan di sekolah yang berakar dari tindakan bullying.

Sayangnya, tindakan kekerasan ini terjadi tanpa sepengetahuan guru atau pihak berwenang lainnya di sekolah. Pada banyak kasus, anak korban bullying pun tidak berani memberi tahu siapa pun tentang kondisi yang dialaminya karena diancam oleh oknum penindas.

Memang tidak mudah mengetahui apakah anak kita menjadi korban atau tidak, apalagi jika anak jarang berkomunikasi terbuka. Beberapa tanda bisa terlihat dengan jelas, misalnya anak yang terlihat murung dan malas sekolah. Ada beberapa tanda-tanda lainnya yang tidak selalu mudah diidentifikasi, seperti pada poin di bawah ini:

1. Tidak Mau Pergi Ke Sekolah

Apabila biasanya anak selalu senang ke sekolah, lalu beberapa hari belakangan malah susah bangun pagi dan menolak ke sekolah, itu bisa jadi pertanda ada hal yang tidak beres. Sebaiknya Ibu memperhatikan alasan yang ia gunakan untuk tidak pergi ke sekolah. Misalnya sakit atau tidak enak badan.

Sementara bagi anak remaja, pantaulah melalui gurunya. Anak remaja cenderung akan melewatkan kelas Bersama dengan teman-temannya. Pakar perundungan dan konsultan pencegahan di Houston, Donna Clark-Love menyarankan orangtua tetap memantau perilaku anak di akhir pekan.

2. Sering Mengeluh Sakit Kepala dan Perut

Sakit kepala dan sakit perut menjadi gejala fisik dari stres dan kecemasan yang diasosiasikan dengan bullying. Anak juga mudah berpura-pura merasa sakit kepala atau perut sebagai alasan untuk tidak pergi ke sekolah atau kegiatan lainnya. Jika anak secara rutin mengeluhkan gejala tersebut secara rutin, ajak ia berdiskusi.

3. Perubahan Pergaulan

Ini bisa jadi indikasi lainnya, terutama pada remaja wanita. Tandanya, anak menolak untuk bermain dengan teman-teman yang biasa main bersama. Ini bisa menjadi tanda bullying dalam kelompok pertemanan.

Ibu akan sering menemukan gadis-gadis “jahat” dalam kelompok pertemanan. Terkadang, hal ini sulit diidentifikasi oleh anak sebagai bullying. Orangtua bisa tetap pura-pura tidak tahu, tapi tetap berhubungan dengan orangtua temannya. Sehingga, orangtua akan menyadari ketika anak tersebut menjadi korban bullying di kelompoknya.

4. Susah Tidur

Saat seorang anak gugup atau cemas tentang apa yang akan terjadi di sekolah keesokan harinya, ia akan cenderung susah tidur. Ini bisa juga dilihat dari sikap anak yang tampak lelah dan tidak seperti biasanya pada waktu sarapan.

Hal ini bisa menjadi tanda anak memiliki masalah tidur di malam hari. Kelelahan juga bisa muncul dengan cara lain, misalnya kurang fokus. Kemudian, hal ini bisa mengindikasikan banyak hal, seperti masalah, stres, hingga bullying

5. Reaksi Emosional

Apabila anak menunjukkan reaksi emosional intensif saat diajak bicara tentang sekolah atau kegiatan lain yang ia ikuti, ini juga menjadi tanda bahwa anak menyimpan kecemasan terhadap kegiatan-kegiatan tersebut.

6. Enggan Berinteraksi dengan Keluarga

Apabila seorang anak tidak secerewet biasanya atau mereka langsung pergi ke kamar setelah pulang sekolah, bisa jadi ada indikasi sesuatu yang tidak benar. Bereaksi berlebihan terhadap saudaranya juga bisa menjadi tanda bullying.

Dalam kasus anak korban bullying, orangtua jangan pernah takut untuk berbuat salah demi kewaspadaan. Karena tidak semua anak akan otomatis mengakui penganiayaan yang ia terima di luar rumah, serta tidak berarti juga anak Ibu membutuhkan bantuan untuk masalah kesehatan mental tersebut. Bekerjasamalah dengan orang-orang profesional untuk membantu anak ada seperti dokter anak atau psikolog.

Berdiskusi dengan dokter ahli di Halodoc bisa jadi jalan terbaik untuk Ibu. Tanpa perlu keluar rumah, ibu bisa menceritakan masalah yang anak Ibu alami pada psikolog di Halodoc. Untuk itu, segeralah download aplikasi Halodoc untuk mendapatkan saran terbaik.

Baca juga: