Anak Terserang Difteri, Ibu Segera Lakukan 3 Hal Ini

Ditinjau oleh  dr. Fadhli Rizal Makarim   26 Agustus 2021
Anak Terserang Difteri, Ibu Segera Lakukan 3 Hal IniAnak Terserang Difteri, Ibu Segera Lakukan 3 Hal Ini

“Difteri adalah salah satu penyakit yang sering menyerang anak-anak. Penyakit ini disebabkan oleh infeksi bakteri. Ibu harus segera melakukan tindakan pengobatan segera jika anak mengalami difteri. Misalnya, memisahkan anak dari saudara lainnya karena difteri bisa menular dengan mudah.”

Halodoc, Jakarta – Selain diare, difteri juga merupakan penyakit yang sering menyerang anak-anak. Penyakit ini disebabkan oleh infeksi bakteri bernama Corynebacterium diphteriae. Perlu ibu ketahui, difteri pada anak perlu diobati segera. Pasalnya, penyakit ini bisa menyebabkan dampak serius, bahkan membahayakan nyawa, terutama pada anak-anak yang sistem imunnya masih rendah. Oleh karena itu, ibu perlu tahu hal-hal apa saja yang bisa dilakukan bila anak terserang difteri.

Difteri adalah infeksi bakteri yang biasanya memengaruhi selaput lendir hidung dan tenggorokan seseorang. Penyakit ini biasanya menimbulkan gejala berupa sakit tenggorokan, demam, pembengkakan kelenjar, dan kelemahan. Namun, gejala yang menjadi ciri khas difteri adalah terbentuknya lapisan tipis berwarna abu-abu yang menutupi tenggorokan dan amandel. Lapisan ini bisa menghalangi jalan napas, sehingga menyebabkan pengidapnya kesulitan bernapas.

Baca juga: Kenapa Difteri Lebih Mudah Menyerang Anak-anak?

Anak Mengalami Difteri, Ibu Harus Apa?

Anak-anak dan orang dewasa yang terserang difteri seringkali perlu dirawat inap di rumah sakit. Si Kecil mungkin juga akan ditempatkan di ruang isolasi karena difteri dapat menular dengan mudah kepada siapa pun yang belum mendapat imunisasi difteri.

Untuk mempercepat penyembuhan Si Kecil yang terserang difteri, ibu juga dapat melakukan beberapa perawatan berikut:

1. Memastikan Anak Banyak Beristirahat

Agar cepat sembuh, Si Kecil yang terserang difteri perlu banyak beristirahat. Anak sebaiknya tidak melakukan aktivitas fisik apapun, dan tetap beristirahat selama beberapa minggu atau sampai ia pulih sepenuhnya. Anak juga dianjurkan untuk tidak bersekolah dulu karena difteri dapat menular.

2. Berikan Makanan yang Lembut

Oleh karena difteri dapat menyebabkan rasa sakit dan kesulitan menelan, ibu bisa memberikan Si Kecil makanan yang lembut dan bernutrisi, seperti bubur, sup ayam, atau nasi tim.

3. Berikan Anak Vaksin Difteri

Setelah Si Kecil pulih dari difteri, ibu perlu memberikan vaksin difteri yang lengkap pada anak untuk mencegah anak terserang difteri kembali.

Difteri pada anak paling sering terjadi pada mereka yang tinggal di lingkungan kotor, tidak memiliki gizi baik, dan tidak mendapatkan imunisasi yang lengkap. Penyakit ini juga dapat menular dengan mudah melalui kontak fisik dengan pengidap difteri, kontak dengan barang yang sudah terkontaminasi bakteri, maupun melalui percikan air liur yang tersebar di udara saat pengidap batuk atau bersin.

Gejala Difteri pada Anak yang Perlu Ibu Kenali

Orangtua perlu mengetahui gejala difteri pada anak agar dapat segera melakukan penanganan apabila anak mengalami gejala tersebut. Gejala difteri biasanya baru muncul sekitar 2–5 hari setelah terinfeksi oleh bakteri. Sebagian pengidap dapat tidak mengalami gejala apapun, tetapi beberapa orang dapat mengalami gejala ringan yang mirip dengan gejala flu.

Seperti yang sudah disebutkan di atas, gejala difteri yang paling khas adalah lapisan abu-abu tebal yang terbentuk pada tenggorokan dan amandel. Selain itu, beberapa gejala lain yang juga dapat menyertai adalah:

  • Demam.
  • Hidung meler.
  • Sakit tenggorokan.
  • Suara serak.
  • Kesulitan bernapas.
  • Detak jantung meningkat.
  • Terdengar suara nyaring saat anak bernapas.
  • Pembesaran kelenjar getah bening di leher.
  • Pembengkakan langit-langit mulut.

Baca juga: Kenali 3 Cara Mudah Cegah Gejala Difteri

Pengobatan untuk Difteri pada Anak

Difteri adalah penyakit serius yang tidak boleh disepelekan, karena dapat menyebabkan komplikasi yang berbahaya. Contohnya seperti peradangan pada otot dan katup jantung, dan gangguan irama jantung. Dalam beberapa kasus, difteri bisa menyebabkan saluran pernapasan tertutup oleh selaput tenggorokan yang dapat membuat pengidap tidak bisa bernapas. Itulah sebabnya difteri perlu ditangani segera.

Berikut pengobatan yang dapat diberikan oleh dokter untuk mengatasi difteri pada anak:

  • Antitoksin. Dokter akan memberikan suntikkan antitoksin pada anak maupun orang dewasa yang terserang difteri. Obat ini akan disuntikkan langsung ke dalam vena atau otot dengan tujuan untuk menetralkan racun difteri yang sudah beredar di tubuh. Sebelum menyuntikkan antitoksin, dokter akan melakukan tes alergi kulit terlebih dahulu untuk memastikan bahwa pengidap tidak memiliki alergi terhadap antitoksin.
  • Antibiotik. Selain dengan antitoksin, difteri juga bisa diobati dengan antibiotik, seperti penisilin atau eritromisin. Antibiotik bermanfaat untuk membunuh bakteri dalam tubuh dan membersihkan infeksi.

Baca juga: Vaksin DPT Cegah Difteri Bukan Cuma pada Anak-Anak

Difteri Anak Bisa Dicegah

Mencegah difteri sangat tergantung dengan pemberian vaksin difteri/ tetanus/ pertusis pada anak-anak (DTaP) dan remaja dan orang dewasa yang tidak diimunisasi (Tdap). Setelah dosis tunggal Tdap, remaja dan orang dewasa juga harus mendapatkan suntikan booster dengan vaksin difteri/ tetanus (Td) setiap 10 tahun. Kebanyakan kasus difteri terjadi pada orang yang belum menerima vaksin sama sekali atau belum menerima vaksin dalam dosis lengkap.

Ibu hamil juga direkomendasikan untuk mendapatkan vaksin Tdap selama paru kedua setiap kehamilan, terlepas apakah ibu hamil sudah mendapatkan vaksin sebelumnya atau belum, atau kapan vaksin itu terakhir diberikan. Berikut jadwal imunisasi untuk mencegah difteri:

  • Vaksin DTaP pada usia 2, 4, dan 6 bulan.
  • Dosis booster diberikan pada 12 hingga 18 bulan.
  • Dosis booster diberikan lagi pada 4 hingga 6 tahun.
  • Vaksin Tdap diberikan pada 11-12 tahun.
  • Suntikan booster dari Td diberikan setiap 10 tahun setelah itu untuk menjaga perlindungan.
  • Vaksin Tdap selama paruh kedua kehamilan setiap wanita hamil.

Meskipun sebagian besar anak-anak menoleransi dengan baik, vaksin kadang-kadang menyebabkan efek samping ringan seperti kemerahan di tempat suntikan. Anak juga bisa mengalami demam atau menjadi rewel. Namun, orangtua wajib memberikan dosis imunisasi. Orangtua bisa mendiskusikannya terlebih dahulu kepada dokter spesialis anak di Halodoc mengenai kapan waktu tepat anak mendapatkan vaksin. 

Nah, itulah 3 hal yang bisa ibu lakukan saat anak terserang difteri. Untuk melakukan pemeriksaan terkait gejala difteri yang dialami anak, langsung saja buat janji dengan dokter di rumah sakit pilihan kamu dengan menggunakan aplikasi Halodoc. Yuk, download Halodoc sekarang juga.

Referensi: 
Mayo Clinic. Diakses pada 2021. Diphtheria.
Kids Health. Diakses pada 2021. Diphtheria.
Stanford Children. Diakses pada 2021. Diphtheria in Children.

Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan