Apa Saja yang Terjadi saat PTSD Menyerang?

Ditinjau oleh  dr. Verury Verona Handayani   11 September 2020
Apa Saja yang Terjadi saat PTSD Menyerang? Apa Saja yang Terjadi saat PTSD Menyerang?

Halodoc, Jakarta - Post-traumatic stress disorder (PTSD) atau gangguan stres pasca trauma adalah gangguan kejiwaan yang dapat terjadi pada orang yang pernah mengalami atau menyaksikan peristiwa traumatis. Ini termasuk bencana alam, kecelakaan serius, aksi teroris, perang/pertempuran, pemerkosaan, ancaman pembunuhan, kekerasan seksual, atau cedera serius.

Gangguan kejiwaan ini paling banyak muncul setelah Perang Dunia I dan disebut sebagai shock shell. Sementara itu, usai Perang Dunia II gejala PTSD dikenal dengan sebutan “kelelahan tempur”. Namun, PTSD tidak hanya terjadi pada veteran perang, ia bisa terjadi pada semua orang, dari etnis, kebangsaan atau budaya apa pun, dan pada usia berapa pun. Penelitian menyebutkan bahwa wanita juga disebutkan dua kali lebih mungkin mengalami PTSD dibandingkan pria. Orang dengan ras di luar orang kulit putih non-Latin juga memiliki risiko yang lebih tinggi. 

Baca juga: Apa yang Harus Dilakukan saat Pasangan Alami PSTD

Begini Gejala PTSD

Gejala PTSD mungkin mulai dalam satu bulan setelah peristiwa traumatis, tetapi terkadang gejala mungkin tidak muncul hingga bertahun-tahun setelah peristiwa tersebut. Gejala-gejala ini menyebabkan masalah yang signifikan dalam situasi sosial, produktivitas dan dalam hubungan. Pengidapnya juga dapat mengganggu kemampuan orang lain untuk melakukan tugas normal sehari-hari.

Gejala PTSD umumnya dikelompokkan menjadi empat jenis: Sering mengingat hal buruk, penghindaran, perubahan negatif dalam pemikiran dan suasana hati, serta perubahan reaksi fisik dan emosional. Gejala juga dapat bervariasi dari waktu ke waktu atau berbeda dari orang ke orang.

Mengingat Hal-Hal Buruk 

Gejala saat orang mengingat hal-hal buruk ini bisa termasuk: 

  • Sering teringat kenangan menyedihkan yang berulang dan tidak diinginkan tentang peristiwa traumatis.
  • Menghidupkan kembali peristiwa traumatis seolah-olah terjadi lagi (kilas balik).
  • Mengalami mimpi buruk tentang peristiwa traumatis.
  • Tekanan emosional yang parah atau reaksi fisik terhadap sesuatu yang mengingatkan pengidapnya pada peristiwa traumatis.

Penghindaran

Gejala penghindaran mungkin termasuk:

  • Mencoba menghindari berpikir atau berbicara tentang peristiwa traumatis.
  • Menghindari tempat, aktivitas, atau orang yang mengingatkan pengidapnya pada peristiwa traumatis.

Baca juga: Benarkah PTSD Sebabkan Gangguan pada Tumbuh Kembang Anak?

Perubahan Negatif dalam Pemikiran dan Suasana Hati

Gejalanya bisa termasuk: 

  • Pikiran negatif tentang diri sendiri, orang lain, atau lingkungan sekitar.
  • Keputusasaan tentang masa depan.
  • Masalah ingatan, termasuk tidak mengingat aspek penting dari peristiwa traumatis.
  • Kesulitan menjaga hubungan dekat.
  • Merasa terpisah dari keluarga dan teman.
  • Kurangnya minat pada aktivitas yang pernah ia senangi.
  • Kesulitan mengalami emosi positif.
  • Merasa mati rasa secara emosional.

Perubahan Reaksi Fisik dan Emosional

Gejala perubahan reaksi fisik dan emosional mungkin termasuk:

  • Mudah terkejut atau ketakutan.
  • Selalu waspada terhadap bahaya.
  • Perilaku merusak diri sendiri, seperti terlalu banyak minum atau mengemudi terlalu cepat.
  • Kesulitan tidur.
  • Kesulitan berkonsentrasi.
  • Lekas ​​marah, ledakan amarah atau perilaku agresif.
  • Rasa bersalah atau malu yang luar biasa.

Gejala PTSD dapat bervariasi dalam intensitas dari waktu ke waktu. Oleh karena itu, segera tanyakan pada psikolog di Halodoc saat kamu atau orang terdekatmu baru saja mengalami peristiwa yang menyebabkan trauma. Dengan melakukan perawatan sejak dini, mungkin ini akan mencegah gejala menjadi semakin parah. 

Baca juga: Ketahui Fakta Penting tentang PTSD

PTSD Bisa DIcegah 

Sayangnya kita tidak bisa mencegah peristiwa-peristiwa tertentu dalam hidup. Setelah selamat dari peristiwa traumatis, banyak orang pada awalnya mengalami gejala seperti PTSD, seperti tidak dapat berhenti memikirkan apa yang terjadi. Ketakutan, kecemasan, kemarahan, depresi, rasa bersalah (semuanya adalah reaksi umum terhadap trauma). Namun, mayoritas orang yang terpapar trauma tidak mengalami gangguan stres pasca-trauma jangka panjang.

Oleh karena itu, penting untuk ,mendapatkan bantuan dan dukungan tepat waktu dapat mencegah reaksi stres normal menjadi lebih buruk dan berkembang menjadi PTSD. Ini mungkin berbicara kepada keluarga dan teman yang mau mendengarkan dan menawarkan penghiburan. Selain itu, pengidapnya juga bisa mencari ahli kesehatan mental untuk kursus terapi singkat. Beberapa orang mungkin juga merasa terbantu dengan memperkuat iman keagamaan mereka. Dukungan dari orang lain juga dapat membantu mencegah seseorang melakukan penyalahgunaan alkohol atau narkoba. 



Referensi:
American Psychiatric Association. Diakses pada 2020. What Is Posttraumatic Stress Disorder?
Mayo Clinic. Diakses pada 2020. Post-traumatic Stress Disorder (PTSD).
NHS UK. Diakses pada 2020. Post-traumatic Stress Disorder (PTSD). 

Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan