Apa yang Terjadi Jika Mengidap Cinderella Complex?

Ditinjau oleh  dr. Fadhli Rizal Makarim   11 September 2020
Apa yang Terjadi Jika Mengidap Cinderella Complex?Apa yang Terjadi Jika Mengidap Cinderella Complex?

Halodoc, Jakarta - Kamu tentu sudah tidak asing dengan dongeng Cinderella, bukan? Dongeng klasik karya Charles Perrault ini bisa ditemukan di dunia nyata, lho. Nama Cinderella digunakan untuk menyebut sebuah sindrom pada wanita, yang membuatnya selalu ingin dilindungi. Sindrom ini bernama Cinderella complex. 

Istilah Cinderella complex ini pertama kali dicetuskan oleh Colette Dowling, seorang terapis asal New York sekaligus penulis buku The Cinderella Complex, setelah menemukan konflik mendalam pada wanita, yang berhubungan dengan kemandirian. Ia menjelaskan bahwa sejak lahir, wanita umumnya tidak dididik untuk menghadapi ketakutannya, dan tidak diajarkan mengatasi segala masalahnya sendiri.

Baca juga: Kenali Sindrom Peter Pan Vs Sindrom Cinderella Complex pada Anak

Ini yang Terjadi Jika Mengidap Cinderella Complex

Wanita yang mengidap Cinderella complex akan mendambakan pasangan hidup yang bagaikan pangeran dalam kisah Cinderella. Seseorang yang bisa melindungi, menyelamatkan, mengayomi, dan memastikan semua kebutuhan hidupnya tercukupi. 

Jika dijelaskan lebih lanjut Cinderella complex mengarah pada perilaku yang tidak efektif dalam pekerjaan, merasa cemas akan kesuksesan, dan takut kemandiriannya akan menghilangkan esensi feminitas dalam dirinya sebagai seorang wanita.

Beberapa karakteristik yang dimiliki wanita dengan Cinderella complex, yaitu:

  • Kurang percaya diri.
  • Merasa selalu ketergantungan dan ingin dilindungi oleh pasangannya.
  • Merasa takut meninggalkan zona nyaman.
  • Selalu mengidealkan pasangan.

Jika kamu atau orang terdekat ada yang memiliki karakteristik Cinderella complex tersebut, segera download aplikasi Halodoc untuk melakukan sesi konseling dengan psikolog, kapan dan di mana saja. Ceritakanlah apa yang menjadi keluhanmu dan psikolog akan memberi saran terbaik untuk membantu kamu keluar dari kebiasaan tersebut.

Namun, satu-satunya cara terbaik untuk memerangi Cinderella complex sebetulnya adalah mencoba mencari kebahagiaan sendiri, yang tidak perlu bersumber dari pasangan. Lakukanlah hal-hal yang menyenangkan untuk dirimu sendiri, tanpa harus menunggu seseorang datang untuk mengubah kenyataan dan membuatmu merasa senang. 

Baca juga: Manja dan Delusional, Waspada Sindrom Cinderella Complex

Penyebab Cinderella Complex

Jika dilihat secara kultural dan historis, pria dianggap bertanggung jawab untuk menyediakan kebutuhan rumah tangga, sedangkan wanita yang menyiapkannya untuk keluarga. Namun, seiring perkembangan zaman, wanita kini memiliki keleluasaan lebih dalam menentukan jalan hidupnya, seperti berkarier mandiri dan memiliki pendidikan tinggi.

Meski begitu, sebuah citra akan wanita kadung terbentuk di masyarakat, yaitu wanita dambaan biasanya memiliki sikap dan perilaku halus, lemah lembut, rela menderita, dan setia.

Secara sistematis pula, wanita dididik bahwa akhir bahagia atau happy ending dalam dongeng bisa menjadi kenyataan. Suatu saat nanti mereka akan “diselamatkan” oleh seorang pria yang sempurna. Hal ini yang kemudian membuat wanita dibesarkan untuk bergantung pada seorang pria, merasa lemah dan ketakutan tanpa dampingan pria di sisi mereka.

Secara tidak sadar, wanita selalu diajarkan untuk percaya bahwa mereka tidak bisa berdiri sendiri, karena terlalu rapuh, terlalu lembut, dan membutuhkan perlindungan. Kebalikan dari seorang pria yang sejak kecil mungkin diajarkan bahwa penyelamat hidupnya adalah dirinya sendiri dan keputusan yang ia buat. 

Secara tidak langsung, pandangan ini memaksa wanita untuk bergantung pada laki-laki, dan diharapkan dapat menjadi seorang pribadi yang selalu patuh pada kekuasaan pria. Selain itu, kecenderungan wanita untuk bergantung pada pria, juga bisa disebabkan oleh pola asuh dari orangtua sejak kecil.

Baca juga: Enggak Seindah Dongeng, Hati-Hati Gejala Sindrom Cinderella Complex

Sewaktu kecil, anak perempuan cenderung lebih sedikit menerima dorongan untuk menjadi mandiri, ditambah pola asuh orangtua yang lebih protektif pula, serta sedikit tekanan untuk membangun identitas diri yang kuat. Hubungan antar anak perempuan dan orangtua yang cenderung lebih harmonis, juga memiliki andil kuat dalam kurangnya eksplorasi anak terhadap nilai-nilai kemandirian. 

Akibatnya, anak perempuan cenderung memiliki keterampilan hidup yang alakadarnya dan rasa percaya diri yang kurang, karena mereka hanya tahu cara menggantungkan hidup pada orang lain. Sementara itu, anak laki-laki ditempa sangat keras untuk menguasai diri sendiri dan lingkungan sekitar, serta dipaksa untuk meninggalkan sikap manja dan ketergantungan, karena kedua sikap ini dianggap identik dengan kewanitaan.

Referensi:
Women’s Health and Wellness. Diakses pada 2020. Psychology Behind The Cinderella Complex.
Women’s Wellbeing and Mental Health. Diakses pada 2020. The Cinderella Complex.
New York Times Magazine. Diakses pada 2020. The Cinderella Syndrome.
Exploring Your Mind. Diakses pada 2020. The Cinderella Complex.


Mulai Rp25 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Dokter seputar Kesehatan