Apakah Aman Menangani Kanker dengan Kedokteran Nuklir?

Ditinjau oleh  dr. Rizal Fadli   21 Juni 2019
Apakah Aman Menangani Kanker dengan Kedokteran Nuklir?Apakah Aman Menangani Kanker dengan Kedokteran Nuklir?

Halodoc, Jakarta – Bila mendengar tentang kanker, maka yang langsung terbayang adalah penyakit ganas yang bisa menyebabkan kematian. Namun, hal ini bukan berarti pengidap kanker tidak memiliki harapan hidup sama sekali. Kanker masih bisa diobati dan diperlambat perkembangannya dengan melakukan berbagai macam pengobatan dan perawatan.

Salah satu pengobatan yang terkenal untuk kanker adalah kemoterapi. Namun, selain kemo, kedokteran nuklir juga sudah sering digunakan untuk mengobati kanker. Hanya saja masih banyak orang yang ragu mengenai jaminan keamanan dari metode pengobatan kanker tersebut. Karena itu, yuk ketahui tentang kedokteran nuklir lebih jauh di sini.

Baca juga: Ini Metode Pengobatan untuk Pengidap Kanker

Apa Itu Kedokteran Nuklir?

Istilah nuklir memang masih sering dikaitkan dengan bom nuklir yang mematikan. Padahal, teknik nuklir sudah banyak digunakan dalam berbagai bidang, mulai dari pertanian sampai kesehatan. Di bidang medis sendiri, teknologi pemindaian berbasis nuklir dinilai mampu mendiagnosis penyakit dengan lebih akurat dibandingkan cara konvensional. Itulah sebabnya hampir semua rumah sakit di negara maju, termasuk di Indonesia, sudah memiliki unit kedokteran nuklir.

Kedokteran nuklir merupakan ilmu kedokteran yang menggunakan radioaktif terbuka dalam kegiatannya, baik untuk mendiagnosis maupun untuk mengobati penyakit atau dalam penelitian. Meskipun sudah dikembangkan di tanah air sejak tahun 1960-an, nyatanya citra menakutkan yang melekat pada kata nuklir masih belum hilang.

Menurut para ahli, kebanyakan masyarakat merasa takut begitu mendengar kata nuklir bila diminta melakukan pemeriksaan dengan kedokteran nuklir. Namun, setelah diberi penjelasan, barulah mereka mau melakukannya.

Manfaat Kedokteran Nuklir

Kedokteran nuklir sering digunakan untuk terapi, khususnya untuk penyakit tiroid dan hipertiroid yang berkaitan dengan fungsi kelenjar gondok yang berlebihan. Fungsi kedokteran nuklir lainnya adalah untuk mengobati pengidap yang mengalami nyeri tulang akibat penyebaran kanker. Namun, pemanfaatan kedokteran nuklir di Indonesia sejauh ini lebih banyak untuk mendiagnosis penyakit, sedangkan untuk terapi masih terbatas. Dibandingkan dengan teknik diagnostik radiasi lainnya, pemeriksaan dengan kedokteran nuklir justru jauh lebih nyaman, akurat, dan memiliki dampak paparan yang lebih kecil.

Teknik diagnostik dengan kedokteran nuklir yang banyak digunakan dalam dunia kedokteran, antara lain pencitraan medis PET (positron emission tomography), MRI (magnetic resonance imaging), CT-scan (computed tomography), dan masih banyak lagi. Sedangkan teknik diagnostik terakhir yang sedang dikembangkan adalah nano scan-PET.

Dengan teknologi tersebut, kini berbagai jenis kanker, serta gangguan jantung dan pembuluh darah juga bisa dideteksi lokasinya secara tepat, sehingga pengobatan pun bisa lebih efektif. Selain mengidentifikasi lokasi kanker, kedokteran nuklir juga bisa mengidentifikasi jenis kanker.

Pasalnya, tiap jenis kanker memiliki kecepatan laju pertumbuhan yang berbeda-beda, dan bagian organ tubuh tertentu yang mudah terkena penyebarannya.Dengan mengidentifikasi jenis dan lokasi kanker, dokter bisa mengantisipasi sifat kanker tersebut, sehingga dokter bersama pengidap bisa melakukan rencana pengobatan yang tepat.

Sementara itu, kedokteran nuklir sebagai terapi bermanfaat untuk menghancurkan sel kanker. Namun, radiasi dari terapi ini hanya bereaksi pada sel-sel kanker yang berlokasi di daerah yang terkena radiasi saja. Biasanya kedokteran nuklir dilakukan sebelum pembedahan untuk memperkecil tumor ganas atau setelah pembedahan untuk menghancurkan sel kanker yang mungkin tersisa.

Baca juga: Ketahui Fungsi Patologi Anatomi untuk Penanganan Kanker Payudara

Tingkat Keamanan Kedokteran Nuklir

Kekhawatiran banyak orang mengenai efek samping kedokteran nuklir yang dianggap bisa menimbulkan kanker lain, mandul, dan leukemia, ternyata sudah dipatahkan oleh berbagai studi yang panjang. Radiasi nuklir tidak memberi pengaruh yang signifikan terhadap kesehatan seseorang. Dampak dari paparan radiasinya pun sangat kecil.

Pada umumnya, peralatan yang digunakan tidak mengandung radiasi. Sementara pengidap sendiri pun diberikan sumber radiasi terbuka, tapi penggunaannya sesuai standar. Jadi, kedokteran nuklir dilakukan dengan prinsip kehati-hatian dan dalam batas aman.

Standar keamanan alat yang digunakan di Indonesia mengikuti standar IAEA (International Atomic Energy Agency) dan juga ICRP (International Commission on Radiological  Protection) dengan prinsip serendah dan seminimal mungkin.

Jadi, kamu enggak perlu takut lagi melakukan pemeriksaan atau terapi dengan menggunakan kedokteran nuklir, karena prosedur ini dianggap aman.

Baca juga: Pancarkan Radiasi, Apa Risiko Fluoroskopi yang Perlu Diwaspadai?

Untuk melakukan pemeriksaan kedokteran nuklir, sekarang kamu sudah bisa langsung membuat janji dengan dokter pilihan di rumah sakit sesuai domisili kamu dengan menggunakan aplikasi Halodoc. Mudah bukan? Yuk, download Halodoc sekarang juga di App Store dan Google Play.

Mulai Rp25 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Dokter seputar Kesehatan