Apakah Penyakit Sapi Gila Menular?

Ditinjau oleh  dr. Verury Verona Handayani   09 Agustus 2020
Apakah Penyakit Sapi Gila Menular?Apakah Penyakit Sapi Gila Menular?

Halodoc, Jakarta – Penyakit sapi gila atau Creutzfeldt-Jakob (vCJD), adalah nama umum untuk penyakit otak yang sangat langka dan mematikan. Penularannya adalah dengan mengonsumsi produk daging sapi yang terinfeksi. 

Penyakit sapi gila tidak bisa menular dari orang ke orang melalui kontak biasa. Penularannya adalah ketika kamu mengonsumsi jaringan saraf dari sapi yang terinfeksi. Itupun tidak langsung merasa sakit. Informasi selengkapnya mengenai penyakit sakit gila bisa dibaca di sini!

Bagaimana Penularan Sapi Gila dan Gejalanya

Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya penularan penyakit sapi gila adalah ketika mengonsumsi sapi yang terinfeksi. Mengonsumsi daging sapi yang terinfeksi dapat memicu gejala sebagai berikut: 

Baca juga: Ini Komplikasi Kesehatan Akibat Penyakit Sapi Gila

1. Kesemutan, rasa terbakar, atau tusukan di wajah, tangan, kaki, dan tungkai. Namun, tidak semua gejala ini mengarah pada penyakit sapi gila. 

2. Demensia.

3. Perilaku psikotik.

4. Mengalami masalah saat menggerakkan bagian tubuh tertentu. Ketika penyakit semakin parah, seseorang tidak dapat berjalan lagi.

5. Koma.

Jika seseorang memakan jaringan saraf dari sapi yang terinfeksi, dia mungkin tidak langsung merasa sakit. Waktu yang dibutuhkan untuk munculnya gejala setelah terkena penyakit ini tidak diketahui secara pasti, tetapi para ahli berpendapat bahwa itu memakan waktu bertahun-tahun.

Informasi selengkapnya mengenai penyakit sapi gila bisa ditanyakan langsung pada dokter di Halodoc. Dokter yang ahli di bidangnya akan berusaha memberikan solusi terbaik. Caranya, cukup download aplikasi Halodoc lewat Google Play atau App Store. Melalui fitur Contact Doctor kamu bisa memilih mengobrol lewat Video/Voice Call atau Chat.

Tidak ada tes tunggal untuk mendiagnosis penyakit sapi gila. Dokter mungkin berpikir bahwa seseorang memiliki penyakit sapi gila berdasarkan di mana orang itu tinggal, gejalanya, dan riwayat kesehatannya di masa lalu. 

Baca juga: Daging Sapi dan Kambing, Mana yang Lebih Baik?

Tes pencitraan, seperti MRI, dapat dilakukan untuk memeriksa perubahan otak yang disebabkan penyakit sapi gila. Seperti dilansir dari Peace Health, para peneliti sekarang mencoba mengembangkan tes darah yang dapat mendeteksi penyakit sapi gila. Saat ini biopsi otak adalah satu-satunya cara untuk memastikan diagnosis penyakit sapi gila.

Pencegahan Penyakit Sapi Gila

Penyakit sapi gila sangat jarang terjadi di Amerika Serikat. Kasus terbanyak terjadi di Eropa, khususnya di Inggris. Badan pemerintah Amerika Serikat telah mengambil banyak langkah untuk menjaga keamanan makanan di AS salah satunya adalah mengatur pemberian pakan ternak untuk menjaga sapi agar aman dari penyakit ini. 

Pencegahan juga dilakukan dengan cara mencegah sapi dan produk sapi berisiko tinggi memasuki AS dari negara lain. Langkah-langkah ini dan lainnya telah berhasil dengan sangat baik untuk mencegah penyakit sapi gila masuk ke AS.

Baca juga: 5 Trik Memasak Daging Kambing yang Sehat

Data kesehatan dari Family Doctor menyebutkan penyakit sapi gila tidak menular. Itu tidak dapat ditularkan dengan berada di sekitar seseorang yang mengidap penyakit ini. Menjaga kebersihan tidak dapat mencegah terjadinya penularan penyakit ini.

Tidak ada obat untuk penyakit sapi gila. Para dokter fokus pada pemberian nasihat kepada pasien dan perawat mereka untuk mendapatkan dukungan yang semestinya. Hidup dengan penyakit sapi gila berarti belajar beradaptasi dengan perubahan dan komplikasi kerusakan otak. Saat penyakit memburuk, kemandirian pengidapnya akan hilang. Mereka tidak lagi bisa mengurus diri sendiri. 

Referensi:
Peace Health. Diakses pada 2020. Mad Cow Disease.
Family Doctor.org. Diakses pada 2020. Mad Cow Disease.


Mulai Rp25 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Dokter seputar Kesehatan