3 Pertanyaan Mengenai Virus Corona yang Belum Terpecahkan

Ditinjau oleh  dr. Rizal Fadli   27 Agustus 2020
3 Pertanyaan Mengenai Virus Corona yang Belum Terpecahkan3 Pertanyaan Mengenai Virus Corona yang Belum Terpecahkan

Halodoc, Jakarta - Sudah lima bulan sejak Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan virus corona sebagai pandemi, penduduk dunia masih belum tahu sampai kapan virus ini bisa benar-benar hilang. Tak hanya merenggut hingga 800 ribu lebih nyawa manusia, tak terhitung kerugian materi yang disebabkan oleh virus corona ini. 

Meski vaksin sudah pada tahap pengujian kepada manusia, yang berarti sebentar lagi siap diedarkan ke seluruh manusia, kenyataannya masih banyak hal yang belum diketahui tentang virus ini. Lantas, apa saja sih hal-hal mengenai virus corona yang hingga kini kita belum ketahui secara pasti? Simak ulasannya berikut!

Baca juga: Sampai Kapan Pandemi Corona akan Berlangsung? Ini Perkiraan Para Ahli

Kapan Vaksin yang Aman dan Efektif Tersedia? 

Ini mungkin salah satu pertanyaan terbesar di benak banyak orang. Vaksin mungkin merupakan cara paling efektif untuk mengembangkan kekebalan tubuh manusia, sehingga virus tidak dapat menyebar lebih jauh lagi. 

Hampir 170 kandidat vaksin sedang dikembangkan di bawah pengawasan WHO. Enam di antaranya dalam uji coba fase tiga yang krusial, di mana ribuan sedang diberikan dosis vaksin. Biasanya, vaksin membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk berkembang. Namun, proyeksi optimis menunjukkan vaksin SARS-CoV-2 dapat tersedia pada akhir 2020 atau awal 2021, tetapi distribusi skala luas akan memakan waktu.

Dr. Anna Durbin, Professor di John Hopkins Bloomberg School of Public Health mengatakan kepada ABC News, "Saya yakin kita akan dapat mengetahui apakah satu atau lebih vaksin efektif melawan COVID-19 pada akhir tahun." Namun, ia kurang yakin bahwa dosisnya akan cukup kelak untuk menjangkau semua populasi yang berisiko. Selain itu, jika vaksin sudah tersedia pun, masalah tidak langsung berhenti. Masyarakat juga harus bersedia untuk diberikan vaksin terutama dalam "otorisasi penggunaan darurat". 

Kepercayaan masyarakat terhadap vaksin juga sangat penting karena cukup banyak orang yang harus divaksinasi. Diperkiraan antara 40-70 persen dari populasi harus diberikan vaksin untuk mengaktifkan kekebalan kawanan. Dengan vaksin yang sempurna pun, mendistribusikannya ke milyaran orang bukanlah hal yang mudah.

Baca juga: Agar Sehat, Pastikan Sistem Imun Tubuh Siap Hadapi New Normal

Apakah Anak-Anak Memiliki Kerentanan yang Sama dengan Orang Dewasa?

Pemahaman tentang infeksi virus corona pada anak-anak terus berkembang selama pandemi. Selama ini, kasus menunjukkan bahwa anak-anak tidak terinfeksi sebanyak orang dewasa dan dengan intensitas yang lebih rendah. Namun, Centers for Disease Control and Prevention (CDC) mengeluarkan laporan terbaru tentang infeksi COVID-19 pada anak-anak. CDC mengatakan bahwa anak-anak dapat menyebarkan virus secara efektif dalam pengaturan tertentu. Jumlah virus yang dilepaskan oleh anak-anak juga tampaknya lebih tinggi daripada orang dewasa.

Penelitian ini pun jadi menahan otoritas setempat untuk membuka kembali sekolah. Dr. John Brownstein, ahli epidemiologi di Boston Children's Hospital, menambahkan bahwa penelitian CDC, dan penelitian terbaru lainnya dari Massachusetts General Hospital menegaskan bahwa kekurangan atau gejala non-spesifik pada anak-anak yang terinfeksi membuat strategi pengendalian menjadi lebih sulit. 

Virus corona juga ternyata berisiko menyebabkan reaksi inflamasi parah yang khusus yang disebut Multisystem Inflammatory Syndrome Sindrom (MIS-C). Pada sejumlah kecil anak, sistem kekebalan menjadi terlalu cepat dan ini dapat merusak jantung. MIS-C jelas bisa mematikan. Meski begitu, untungnya kebanyakan anak yang didiagnosis dengan kondisi ini menjadi lebih baik dengan perawatan medis yang tepat.

Bisakah Seseorang Terinfeksi Virus Corona untuk Kedua Kali?

Ada dua hal yang dapat memengaruhi tingkat infeksi ulang, yakni durasi kekebalan virus corona dan seberapa banyak virus bermutasi. Namun, ilmuwan belum tahu berapa lama kekebalan itu bertahan.

Infeksi ulang memang sangat mungkin terjadi pada kasus flu biasa. Namun, tampaknya ini tidak terjadi dengan SARS atau MERS, yang merupakan dua virus corona lainnya yang terkait erat dengan virus penyebab COVID-19.

Ada juga kasus infeksi SARS-CoV-2 di mana orang dites positif, kemudian dites negatif, dan kemudian hasil tesnya kembali positif. Ini mungkin bukan karena infeksi ulang, tetapi mungkin juga karena hasil tes negatif palsu. Namun, infeksi untuk yang kedua kali kasusnya masih sangat jarang. 

Baca juga: Akses Layanan Rapid Test Drive Thru Bisa Dilakukan Melalui Halodoc

Membasmi virus corona dari muka bumi nyatanya bukan hanya menjadi tugas tenaga kesehatan dan pemangku jabatan pemerintahan. Ini adalah tugas bersama, dan semua orang harus turut serta membantu dengan caranya sendiri. Pastikan untuk tetap melakukan physical distancing, menjaga pola hidup sehat, dan rutin membersihkan tangan dengan air dan sabun.

Namun, jika kamu khawatir gejala penyakit yang kamu alami mirip dengan gejala COVID-19, kamu bisa tanyakan dulu pada dokter di Halodoc. Dokter akan membantu memastikan apakah gejala yang kamu alami akibat infeksi virus corona atau bukan. Dengan begini, kamu jadi lebih aman karena tak perlu keluar rumah untuk menemui dokter. Ambil smartphone-mu sekarang, dan nikmati kemudahan bicara dengan dokter di aplikasi Halodoc!

Referensi:
ABC News. Diakses pada 2020. 5 Unanswered Medical Questions About Coronavirus
Centers for Disease Control and Prevention. Diakses pada 2020. Coronavirus Disease 2019 (COVID-19).
Massachusetts General Hospital. Diakses pada 2020. Mass General Study Finds Children Have High COVID-19 Viral Load Despite Mild or No Symptoms.


Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan