Ketahui Dampak Jika Sering Berteriak dan Menghukum Anjing

Ditinjau oleh  Redaksi Halodoc   26 Desember 2020
Ketahui Dampak Jika Sering Berteriak dan Menghukum AnjingKetahui Dampak Jika Sering Berteriak dan Menghukum Anjing

Halodoc, Jakarta - Anjing memang bisa menjadi teman terbaik di rumah atau partner paling oke untuk berolahraga. Namun, hewan tetap saja punya instingnya sendiri yang terkadang terlihat sebagai suatu kenakalan bagi pemiliknya. Ketika itu terjadi, kamu disarankan untuk tidak berteriak atau bahkan menghukum anjing kesayangan, lho. Mengapa?

Menurut sebuah studi yang diterbitkan di Plos One, menerapkan bentuk pelatihan asertif pada anjing, seperti memberikan hukuman ternyata berdampak buruk pada kondisi kesehatan mental anjing. Para peneliti mengungkapkan, anjing yang dilatih dengan metode permusuhan ini akan memiliki kesejahteraan yang lebih buruk, jika dibandingkan dengan anjing yang dilatih dengan penghargaan.

Dampak Berteriak dan Menghukum Anjing

Tidak hanya itu, pelatihan dengan konsep permusuhan ini biasanya menggunakan alat yang cenderung menyakiti, seperti kerah kejut. Sebelumnya, penelitian ini sudah pernah dilakukan, tepatnya untuk anjing laboratorium dan anjing polisi. 

Baca juga: Anjing Kesayangan Pilih-Pilih Makanan, Ini Tips Mengatasinya

Studi terbaru ini berfokus pada anjing pendamping atau peliharaan yang dipimpin oleh Ana Catarina Vieira de Castro, seorang ahli biologi dari Universidade de Porto, Portugal. Hewan yang digunakan sebagai objek penelitian diambil dari sekolah pelatihan yang ada di Porto. Sekitar 42 ekor anjing yang berasal dari tiga sekolah pelatihan menggunakan pelatihan yang berbasis penghargaan, seperti memberi camilan atau mainan.

Selanjutnya, sekitar 50 ekor anjing dari empat sekolah pelatihan lainnya dilatih dengan menggunakan metode aversif, seperti menyentak tali, menghukum, atau berteriak. Masing-masing anjing direkam selama sekitar 15 menit dan air liur diambil sebagai sampel untuk menilai tingkatan stres selama pelatihan. 

Tidak hanya itu, peneliti juga melakukan analisis terhadap perilaku anjing selama sesi pelatihan gina mendapatkan perilaku stres, seperti menjilat bibir, menguap, mengangkat kaki, hingga menjerit. Hasilnya, anjing yang diberikan pelatihan berbasis hukuman menunjukkan tingkat stres yang lebih tinggi yang ditunjukkan dengan perilaku menjilat bibir dan menguap. 

Baca juga: Fakta Seputar Vitamin dan Suplemen untuk Anjing

Selain itu, anjing dengan pelatihan ini memiliki kadar kortisol yang lebih tinggi secara signifikan pada air liurnya dibandingkan dengan saat anjing sedang beristirahat. Berbeda dengan anjing yang diberikan pelatihan dengan metode penghargaan, mereka menunjukkan perilaku stres yang lebih sedikit dengan kadar kortisol yang lebih rendah. hormon kortisol adalah salah satu hormon yang disekresikan sebagai respon terhadap stress. Sehingga kenaikan kadar kortisol pada hewan juga digunakan untuk melihat adanya stress.

Lalu, peneliti pun melakukan pengamatan terhadap efek jangka panjang dari stres yang dialami hewan. Sebulan setelah pelatihan, 79 ekor anjing kemudian dilatih kembali untuk mengasosiasikan mangkuk yang berada di sisi ruangan dengan camilan berupa sosis. Apabila mangkuk ada di sisi tersebut, artinya ada camilan. Jika tidak, berarti sebaliknya. 

Lalu, peneliti memindahkan mangkuk ke lokasi acak dan ambigu guna mengetahui seberapa cepat anjing akan mencari camilannya. Kecepatan yang tinggi diartikan sebagai antisipasi anjing terhadap suapan yang lezat, sementara kecepatan yang lebih lambat diartikan sebagai pesimisme anjing terhadap isi dari mangkuknya. 

Sudah bisa dipastikan, anjing yang menerima perlakukan tidak menyenangkan selama pelatihan akan mendekati mangkuk dengan kecepatan lambat. Sebaliknya, anjing yang menerima perlakukan penghargaan dengan sangat cepat menemukan lokasi mangkuk. Hal ini menunjukkan bahwa anjing lebih bahagia dan terhindar dari stres ketika diberikan pelatihan yang disertai penghargaan. 

Baca juga: 9 Manfaat Memelihara Anjing untuk Kesehatan Anak

Jadi, mulai sekarang, latihlah anjingmu dengan kasih sayang dan kurangi berteriak bahkan menghukumnya apabila mereka melakukan kesalahan. Perhatikan pula kondisi kesehatan anjingmu. Apabila ada kondisi yang tidak biasa pada hewan kesayanganmu ini, segera buka aplikasi Halodoc dan tanyakan langsung pada dokter hewan agar anjingmu segera mendapatkan penanganan. Yuk, lebih sayang pada hewan peliharaan!



Referensi: 
Science Alert. Diakses pada 2020. Heartbreaking Study Shows The Long-Term Effects of Yelling at Your Dog.
Anna Catarina, et al. 2020. Diakses pada 2020. Does training method matter? Evidence for the negative impact of aversive-based methods on companion dog welfare. PLoS ONE 15(12): e0225023.

Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan