Katanya Disebabkan Unggas, Inilah Asal Mula Flu Burung

Ditinjau oleh  Redaksi Halodoc   27 Januari 2019
Katanya Disebabkan Unggas, Inilah Asal Mula Flu BurungKatanya Disebabkan Unggas, Inilah Asal Mula Flu Burung

Halodoc, Jakarta – Flu burung adalah infeksi virus yang dapat menginfeksi tidak hanya burung, tetapi juga manusia dan hewan lainnya. H5N1 adalah bentuk flu burung yang paling umum. Ini mematikan bagi burung dan dapat dengan mudah memengaruhi manusia dan hewan lain yang bersentuhan dengan pembawa.

Menurut World Health Organization (WHO), H5N1 pertama kali ditemukan di manusia pada tahun 1997, dan telah membunuh hampir 60 persen dari mereka yang terinfeksi. Saat ini, virus ini tidak diketahui menyebar melalui kontak antar manusia. Namun, beberapa ahli khawatir bahwa H5N1 dapat menimbulkan risiko menjadi ancaman pandemi bagi manusia.

Meskipun ada beberapa jenis flu burung, namun H5N1 adalah virus flu burung pertama yang menginfeksi manusia. Infeksi pertama terjadi di Hong Kong pada tahun 1997. Wabah ini terkait dengan penanganan unggas yang terinfeksi.

Baca juga: Perkembangan Pengobatan Flu Burung

H5N1 muncul secara alami di unggas air liar, tetapi dapat menyebar dengan mudah ke unggas domestik. Penyakit ini ditularkan ke manusia melalui kontak dengan kotoran burung yang terinfeksi, sekresi hidung, atau sekresi dari mulut maupun mata.

Mengkonsumsi unggas atau telur yang dimasak dengan benar dari unggas yang terinfeksi tidak menularkan flu burung, tetapi telur tidak boleh disajikan berair. Daging dianggap aman jika telah dimasak pada suhu internal 73,9 derajat Celsius.

H5N1 memiliki kemampuan untuk bertahan hidup dalam waktu yang lama. Burung yang terinfeksi H5N1 terus melepaskan virus dalam feses dan air liur selama 10 hari. Menyentuh permukaan yang terkontaminasi dapat menyebarkan infeksi.

Orang-orang memiliki risiko besar terinfeksi flu burung jika:

  1. Seorang petani unggas.

  2. Seorang pelancong yang mengunjungi daerah yang terkena dampak.

  3. Seseorang terkena unggas yang terinfeksi.

  4. Seseorang yang makan unggas atau telur yang kurang matang.

  5. Seorang petugas kesehatan yang merawat pasien yang terinfeksi

  6. Anggota rumah tangga dari orang yang terinfeksi

Berbagai jenis flu burung dapat menyebabkan gejala yang berbeda. Akibatnya, perawatan dapat bervariasi. Dalam kebanyakan kasus, pengobatan dengan obat antivirus, seperti oseltamivir (Tamiflu) ataupun zanamivir (Relenza) dapat membantu mengurangi keparahan penyakit. Namun, obat harus diminum dalam waktu 48 jam setelah gejala pertama kali muncul.

Baca juga: 14 Langkah Pencegahan Flu Burung

Virus yang menyebabkan bentuk flu manusia dapat mengembangkan resistensi terhadap dua bentuk paling umum dari obat antivirus, seperti amantadine dan rimantadine (Flumadine). Obat-obatan ini tidak boleh digunakan untuk mengobati penyakit.

Keluarga atau orang lain yang berhubungan dekat dengan pengidap sangat mungkin juga membutuhkan antivirus sebagai tindakan pencegahan, bahkan jika mereka tidak sakit. Pengidapnya akan ditempatkan dalam isolasi untuk menghindari penyebaran virus ke orang lain. Dokter dapat memasangkan mesin pernapasan jika pengidapnya mengalami infeksi parah.

Komplikasi infeksi flu burung tergantung pada tingkat keparahan infeksi dan jenis virus influenza yang menyebabkannya. H5N1 memiliki tingkat kematian yang tinggi, sedangkan jenis lainnya tidak. Beberapa potensi komplikasi termasuk:

Baca juga: Beginilah Cara Penyebaran Flu Burung

  1. Sepsis (kemungkinan respons inflamasi fatal terhadap bakteri dan kuman lain)

  2. Pneumonia

  3. Kegagalan organ

  4. Gangguan pernapasan akut.

Kalau ingin mengetahui lebih banyak mengenai asal mula flu burung, serta bagaimana pencegahan dan pengobatannya, bisa tanyakan langsung ke Halodoc. Dokter-dokter yang ahli di bidangnya akan berusaha memberikan solusi terbaik untukmu. Caranya, cukup download aplikasi Halodoc lewat Google Play atau App Store. Melalui fitur Contact Doctor, kamu bisa memilih mengobrol lewat Video/Voice Call atau Chat.

Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan