Awas, Gejala Ini Tandai BPD Borderline Personality Disorder

Ditinjau oleh  Redaksi Halodoc   27 Maret 2019
Awas, Gejala Ini Tandai BPD Borderline Personality DisorderAwas, Gejala Ini Tandai BPD Borderline Personality Disorder

Halodoc, Jakarta – Perubahan suasana hati ekstrem sering dianggap sebagai gangguan bipolar. Namun, tahukah kamu jika kondisi ini disebut gangguan kepribadian ambang (borderline personality disorder/BPD)? Secara khusus, BPD adalah gangguan mental yang ditandai dengan perubahan suasana hati dan perilaku yang impulsif

Baca Juga: 4 Faktor Risiko pada Remaja yang Bisa Terkena Borderline Personality Disorder

Pengidap BPD memiliki cara pikir, cara pandang, dan perasaan yang berbeda dibandingkan orang lain. Hal ini memicu masalah bagi pengidap dalam menjalani hubungan dengan orang lain. Gangguan BPD lebih sering muncul ketika menjelang usia dewasa.

Mengenal Gejala Borderline Personality Disorder (BPD)

Gejala BPD dibagi menjadi empat golongan, yaitu:

  • Suasana hati tidak stabil. Seseorang dicurigai mengidap BPD jika memiliki suasana hati yang berubah-ubah dan sulit mengendalikan amarah.
  • Gangguan pola pikir dan persepsi. Maksudnya, pengidap BPD cenderung berpikir negatif atau paranoid. Hal ini sering menimbulkan reaksi berlebihan seperti panik, depresi, dan marah berlebihan meski tanpa sebab yang jelas.
  • Perilaku impulsif. Misalnya melukai diri sendiri, mencoba bunuh diri, penyalahgunaan obat terlarang, dan perilaku lain yang cenderung membahayakan dirinya sendiri.
  • Sulit menjalin hubungan dengan stabil. Pengidap BPD kesulitan menjalin hubungan, baik dengan teman, keluarga, atau kekasih. Tanpa disadari, pengidap BPD berperilaku yang menyebabkan masalah dalam suatu hubungan. Misalnya bersikap marah secara tiba-tiba.

Perlu diketahui bahwa tidak semua pengidap BPD mengalami gejala yang sama. Sebagian orang mungkin hanya mengalami beberapa gejala dengan tingkat keparahan, frekuensi, dan durasi yang berbeda. Pasalnya gejala BPD tergantung pada kondisi psikis dan gangguan yang dialami seseorang.

Baca Juga: Ini Bedanya Gangguan Bipolar dan Borderline Personality Disorder

Penyebab dan Faktor Risiko Borderline Personality Disorder (BPD)

Penyebab BPD belum diketahui secara pasti. Namun, ada beberapa faktor yang diduga menjadi penyebab BPD. Di antaranya adalah:

  • Faktor lingkungan, misalnya riwayat pelecehan atau trauma masa kecil.
  • Faktor genetik. Seseorang yang memiliki riwayat keluarga dengan gangguan kepribadian (seperti kecemasan) berisiko lebih besar mengidap BPD.
  • Kelainan pada otak, terutama pada area pengatur impuls dan emosi.
  • Ciri kepribadian tertentu. Maksudnya, tipe kepribadian lebih berisiko mengidap BPD dibandingkan yang lain. Misalnya seseorang dengan kepribadian agresif dan impulsif.

Diagnosis dan Pengobatan Borderline Personality Disorder (BPD)

Jika kamu merasa memiliki gejala yang sudah disebutkan, jangan asal diagnosis. Pasalnya BPD harus didiagnosis melalui pemeriksaan medis. Biasanya dokter akan menanyakan riwayat kesehatan pengidap dan keluarga. Kemudian bila ditemukan adanya perilaku yang sesuai dengan gejala BPD, dokter melakukan pemeriksaan fisik.

Setelah diagnosis ditetapkan, dokter biasanya meresepkan obat untuk mengurangi gejala dan komplikasi yang mungkin muncul. Di antaranya adalah obat antidepresan, antipsikotik, dan obat penyeimbang suasana hati. Selain itu, pengidap BPD bisa menjalani beberapa jenis terapi untuk membantu proses pemulihan, antara lain:

  • Dialectical behavior therapy (DBT). Dokter mengajak pengidap berdialog, tujuannya untuk membantunya mengendalikan emosi, menerima tekanan, dan memperbaiki hubungan dengan orang lain. Terapi DBT bisa dilakukan sendiri atau berkelompok.
  • Mentalization-based therapy (MBT), menitikberatkan metode berpikir sebelum bereaksi. Terapi ini dilakukan dalam jangka panjang, sekitar 18 bulan, diawali dengan rawat inap guna mengadakan sesi individu setiap hari. Rawat jalan bisa dilakukan setelahnya.
  • Schema-focused therapy. Terapi ini membantu pengidap BPD mengenali kebutuhan yang tidak terpenuhi pada periode awal hidup. Terapis membantu pengidap memfokuskan diri pada usaha pemenuhan kebutuhan melalui cara yang lebih positif. Tujuan terapi ini serupa dengan transference-focused psychotherapy (TFP).
  • General psychiatric management. Terapi ini membantu pengidap memahami masalah emosi yang terjadi dengan mempertimbangkan perasaan interpersonal. Terapi dipadukan dengan pemberian obat, terapi kelompok, penyuluhan keluarga, atau perorangan.
  • Systems training for emotional predictability and problem-solving (STEPPS). Merupakan terapi kelompok bersama anggota keluarga, teman, atau pasangan yang dilakukan selama 20 minggu. Biasanya dijadikan sebagai terapi tambahan bersama psikoterapi lainnya.

Baca Juga: 5 Prosedur untuk Atasi Borderline Personality Disorder (BPD)

Itulah fakta BPD yang perlu diketahui. Kalau kamu merasa memiliki gejala serupa, jangan ragu berbicara pada psikolog atau psikiater Halodoc. Kamu bisa menggunakan fitur Talk to A Doctor yang ada di aplikasi Halodoc untuk menghubungi dokter kapan saja dan di mana saja via Chat, dan Voice/Video Call. Yuk, segera download aplikasi Halodoc di App Store atau Google Play!

Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan