Bagaimana Cara Menghadapi Orang dengan Sindrom Peter Pan?

Ditinjau oleh  dr. Fadhli Rizal Makarim   21 Agustus 2020
Bagaimana Cara Menghadapi Orang dengan Sindrom Peter Pan?Bagaimana Cara Menghadapi Orang dengan Sindrom Peter Pan?

Halodoc, Jakarta – Pernah mendengar tentang sindrom Peter Pan? Dari namanya, kamu mungkin sudah dapat mengira-ngira seperti apa sindrom tersebut. Ya, sindrom Peter Pan adalah istilah psikologi yang merujuk pada orang dewasa, biasanya pria, yang tidak ingin menjadi dewasa dan mengambil tanggung jawab sebagai orang dewasa. 

Pria dewasa seharusnya sudah dapat hidup mandiri dan tidak bergantung pada orang lain. Namun, tidak demikian halnya dengan pria yang mengidap sindrom Peter Pan. Mereka tidak bersikap sesuai usianya, yaitu cenderung tidak mandiri, tidak mau mengambil tanggung jawab dan kekanak-kanakan. Sama seperti tokoh Peter Pan yang ada dalam dongeng. Lantas, bagaimana cara menghadapi orang dengan sindrom Peter Pan?

Baca juga: 5 Gangguan Mental yang Terinspirasi Tokoh Disney

Kenali Dulu Ciri-Ciri Pria dengan Sindrom Peter Pan

Bukan hanya karena seorang pria cenderung kekanak-kanakan, seperti sering bercanda dan jarang bersikap serius atau masih suka bermain games, bukan berarti ia pasti mengidap sindrom Peter Pan. Berikut ini ciri-ciri orang dengan sindrom Peter Pan, yaitu:

  • Tidak Mau Bekerja

Kebanyakan pekerjaan memang melelahkan dan tidak menyenangkan. Tuntutan untuk masuk kantor setiap hari, tinggal di kantor hingga berjam-jam bahkan sampai lembur, belum lagi bila tidak ditunjang dengan gaji yang sesuai. Tidak heran bila beberapa orang malas untuk bekerja. Namun, bagaimanapun juga, bekerja adalah kewajiban orang dewasa untuk memenuhi kebutuhan hidup. 

Nah, orang dengan sindrom Peter Pan mungkin tidak termotivasi untuk bekerja. Ketika mereka memiliki pekerjaan, mereka cenderung malas-malasan dan tidak berusaha untuk meningkatkan karier atau terus-menerus dipecat dari pekerjaan. 

  • Tidak Mampu Menangani Masalah

Sebagai orang dewasa, kita pasti akan menjumpai masalah dalam hidup, dan kita harus belajar bagaimana mengatasinya. Dari berargumen, mencari jalan keluar, hingga terkadang mengalami stres, semua itu adalah cara orang dewasa berusaha untuk mengatasi masalah. Namun, pengidap sindrom Peter Pan mungkin tidak dapat menangani masalah dengan baik. Sebaliknya, mereka dapat menjerit dan melempar tantrum seperti anak kecil, atau mereka mungkin akan meneriaki orang lain alih-alih melakukan percakapan untuk menyelesaikan masalah.

  • Sulit Berkomitmen

Orang dengan sindrom Peter Pan mungkin tertarik untuk menjalin hubungan atau berhubungan intim dengan orang lain. Namun, biasanya hubungan ini tidak bertahan lama. Awalnya, mereka mungkin berjanji akan berkomitmen, tapi kemudian putus dengan pasangannya dalam waktu singkat.

Beberapa orang memang memiliki kesulitan untuk berkomitmen, karena mereka ingin bebas di masa mudanya dan kemudian berkeluarga di kemudian hari. Namun, bila seseorang tidak ingin memiliki hubungan jangka panjang sepanjang hidupnya, ia mungkin mengidap sindrom Peter Pan.

  • Penyalahgunaan Narkoba dan Alkohol

Orang dewasa yang mengidap sindrom Peter Pan tidak jarang melarikan diri dengan cara mengonsumsi alkohol dan menyalahgunakan narkoba. Berpesta, banyak minum alkohol dan bereksperimen dengan narkoba adalah hal-hal yang umum yang dilakukan oleh beberapa orang pada masa remaja dan awal masa dewasa. Namun, bila kebiasaan tersebut masih berlanjut hingga dewasa, orang tersebut kemungkinan memiliki kecanduan atau tidak ingin mengambil tanggung jawab sebagai orang dewasa.

  • Tidak Bisa Diandalkan

Setiap orang pasti pernah gagal melakukan sesuatu sekali dalam hidupnya, namun orang dengan sindrom Peter Pan selalu tidak bisa diandalkan. Mereka berjanji untuk melakukan sesuatu, namun ketika saatnya tiba, mereka menghilang. Mereka juga sering membuat alasan yang tidak masuk akal saat diminta pertanggung jawaban.

Baca juga: Pola Asuh yang Bisa Mencegah Sindrom Peter Pan

Cara Menghadapi Orang dengan Sindrom Peter Pan

Lantas, bagaimana bila seseorang yang kamu kenal atau mungkin pasangan mengidap sindrom Peter Pan? Berikut ini cara untuk menghadapi orang dengan sindrom Peter Pan dan membantunya untuk tumbuh dewasa:

  • Berhenti Memanjakan Orang Tersebut

Pengidap sindrom Peter Pan cenderung meminta pertolongan dari orang lain bila mengalami masalah atau kesulitan. Selalu menolong dan memenuhi kebutuhannya, hanya akan membuat ia terus bergantung dan tidak pernah menjadi dewasa. Jadi, berhenti menolong atau memberi dukungan pada orang dengan sindrom Peter Pan. Cara ini mengajarkan pada pengidap bahwa ia perlu menghadapi segala sesuatu secara mandiri untuk menjadi dewasa.

  • Perkenalkan Konsep Dewasa Secara Bertahap

Cara untuk membantu orang dengan sindrom Peter Pan bertumbuh menjadi dewasa, pola pikir pengidap yang salah tentang kedewasaan perlu diubah. Berilah pengertian padanya bahwa kedewasaan bukanlah sesuatu hal yang sulit dan menakutkan, melainkan tantangan baru dengan level yang lebih tinggi. Salah satu cara yang bisa dilakukan untuk memperkenalkan konsep dewasa pada pengidap adalah meminta mereka melamar pekerjaan yang mudah, lalu dorong mereka untuk meningkatkan kariernya.

  • Singkirkan Hal yang Mengganggu Fokusnya

Jauhkan pengidap sindrom Peter Pan dari hal yang mengganggu fokus hidupnya. Misalnya, jangan biarkan pengidap sindrom Peter Pan terus menerus menghabiskan waktunya dengan bermain media sosial atau video game alih-alih belajar menjadi dewasa dan mengambil tanggung jawab.

Baca juga: Dukungan Orang Terdekat Pengaruhi Pengobatan Sindrom Peter Pan

Itulah cara yang bisa dilakukan untuk menghadapi orang dengan sindrom Peter Pan. Kamu juga bisa membicarakan gangguan psikologis tertentu yang dialami oleh orang terdekatmu pada psikolog dengan menggunakan aplikasi Halodoc.

Melalui Video/Voice Call dan Chat, kamu bisa menghubungi psikolog untuk menanyakan solusi terbaik yang bisa kamu lakukan untuknya. Yuk, download Halodoc sekarang juga di App Store dan Google Play.

Referensi:
Better Help. Diakses pada 2020. Peter Pan Syndrome: The Science Behind It, What It Is & How To Treat It


Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan