Bagaimana Cara Menghadapi Pasangan Pengidap Paranoid?

Ditinjau oleh  dr. Fadhli Rizal Makarim   11 September 2020
Bagaimana Cara Menghadapi Pasangan Pengidap Paranoid?Bagaimana Cara Menghadapi Pasangan Pengidap Paranoid?

Halodoc, Jakarta - Pernah melihat seseorang yang sulit menaruh rasa percaya pada orang lain, selalu merasa dibuntuti, atau sering berpikir bahwa orang lain memiliki niat jahat terhadap dirinya? Meski gejalanya amat beragam, tapi bisa jadi ketiga kondisi ini menandai adanya gangguan kepribadian paranoid dalam diri mereka. 

Gangguan kepribadian paranoid atau paranoia ini membuat pengidapnya sulit memahami dan berhubungan dengan orang lain. Alasannya paranoia ini memengaruhi pola pikir, fungsi, dan perilaku pengidapnya. Singkat cerita, pengidap paranoia ini selalu memiliki rasa curiga dan tidak percaya berlebihan pada orang lain.

Lalu, bagaimana cara mengatasi pasangan yang mengidap gangguan kepribadian paranoid?

Baca juga: Ini Bedanya Gangguan Kepribadian Paranoid dan OCD

Dari Pengobatan sampai Sifat Positif

Hidup dengan seseorang atau pasangan yang mengidap gangguan paranoid memang tak mudah. Coba bayangkan, apa rasanya bila pasanganmu selalu merasa curiga, hipersensitif, atau sering membuat tuduhan palsu yang merugikan? Kalau begini jadinya, kisah asmara bisa menjadi runyam. 

Berikut ini tips yang bisa dilakukan untuk menghadapi pasangan yang mengidap gangguan paranoid:

  • Ajak dirinya untuk menemui psikiater atau psikolog untuk menjalani pengobatan. Meski biasanya sulit, cobalah dorong mereka untuk mengikuti program-program perawatan bagi pengidap paranoid.
  • Ingatlah, hiburan dan sanggahan kemungkinan besar tidak akan mengubah keyakinan atau delusi paranoid yang diidap pasangan.
  • Jangan membantah delusi yang dialami pasangan, tetapi berempatilah. Delusi akan terasa sangat nyata bagi orang yang memilikinya. Cobalah untuk mengikuti emosi yang dirasakan pasangan. Jangan mengonfrontasi pasangan tentang keyakinannya, tapi pantulan dirinya untuk menguji realitas atau fakta-fakta yang ada. 
  • Sampaikan bahawa dirimu menghormati keyakinannya dengan sungguh-sungguh. Namun, jujur pada pasangan mengenai persepsimu sendiri. 
  • Bicara padanya dengan kalimat sederhana, jelas, dan tidak ambigu. Hal ini bisa mengurangi kemungkinan salah tafsir oleh pasangan.
  • Bantu dirinya untuk mengatasi kecurigaan dan ketidakpercayaannya. Mintalah mereka untuk bercerita mengenai kondisi yang sedang dirasakan. Lalu, jelaskan tindakanmu dengan cara yang netral dan tidak defensif. 
  • Bantu pasangan untuk melihat pribadinya secara utuh. Meski memiliki kemampuan interpersonal yang kurang baik, tapi umumnya pengidap paranoid merupakan pribadi yang cerdas. Pengidap paranoia juga bisa berkontribusi pada keluarga atau pekerjaan dengan cara yang positif. Jadi, fokuslah pada sifat dan perilaku positifnya

Baca juga: Benarkah Pria Lebih Rentan Terkena Gangguan Paranoid?

Rasa Curiga hingga Stereotip Negatif

Pengidap paranoid sulit hidup secara tenang, sebab pikiran mereka selalu dipenuhi rasa curiga dan tidak percaya secara berlebihan pada orang lain. Di samping itu, pengidap paranoia juga enggan bercerita pada orang lain, menyimpan dendam, dan meyakini bahwa semua orang atau peristiwa selalu “mengancam” dirinya. 

Nah, berikut ini gejala paranoid lainnya menurut ahli di Cleveland Clinic. 

  • Meragukan komitmen, loyalitas, atau kepercayaan orang lain.
  • Percaya orang lain akan mengeksploitasi atau menipu mereka.
  • Enggan untuk mencurahkan isi hati pada orang lain, atau enggan mengungkapkan informasi pribadi karena mereka takut informasi tersebut akan digunakan untuk melawan mereka.
  • Sangat sensitif dan menerima kritik dengan cara yang buruk.
  • Bereaksi dengan amarah dan cepat membalas.
  • Memiliki kecurigaan yang terus-menerus dan tanpa alasan, bahwa pasangan atau kekasih mereka tidak setia.
  • Mengisolasi diri. 
  • Tidak dapat melihat peran atau posisi mereka dalam masalah atau konflik, percaya bahwa mereka selalu benar.
  • Kesulitan bersantai atau hidup secara tenang.
  • Bersikap bermusuhan, keras kepala, dan argumentatif.
  • Cenderung mengembangkan stereotip negatif terhadap orang lain, terutama yang berasal dari kelompok budaya yang berbeda.

Baca juga: Trauma Masa Kecil Sebabkan Gangguan Kepribadian Paranoid

Nah, bila pasanganmu atau orang-orang terdekat lainnya mengalami gejala-gejala di atas, segera temui psikolog atau psikiater untuk mendapatkan diagnosis dan penanganan yang tepat. Sebelum pergi ke rumah sakit pilihan, kamu bisa membuat janji dengan dokter melalui aplikasi Halodoc. Jangan sampai membiarkan gejala paranoia berkembang, karena kondisi ini bisa mengganggu aktivitas sehari-hari. Ingat, gangguan kepribadian paranoid tak bisa dianggap remeh.

Referensi:
National Institutes of Health - MedlinePlus. Diakses pada 2020. Paranoid personality disorder
Cleveland Clinic. Diakses pada 2020. Paranoid Personality Disorder 
Everyday Health. Diakses pada 2020. Coping With Paranoia In A Loved One
Psychology Today. Diakses pada 2020. 7 Tips for Coping with a Paranoid Partner


Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan