Bagaimana Cara Menyiapkan Pengidap Sindrom Peter Pan Menghadapi Kenyataan?

Ditinjau oleh  Redaksi Halodoc   20 Maret 2019
Bagaimana Cara Menyiapkan Pengidap Sindrom Peter Pan Menghadapi Kenyataan?Bagaimana Cara Menyiapkan Pengidap Sindrom Peter Pan Menghadapi Kenyataan?

Halodoc, Jakarta – Kamu mungkin sudah tidak asing lagi dengan dongeng Peter Pan. Dalam dongeng tersebut, dikisahkan tentang seorang seorang anak laki-laki yang tidak bisa bertumbuh dewasa. Ternyata, Peter Pan tidak hanya ada di dalam dongeng, namun juga bisa ditemukan di dunia nyata, lho.

Seseorang bisa dikatakan mengidap sindrom Peter Pan jika ia sudah dewasa, namun masih memiliki sifat kekanak-kanakan dan tidak bisa hidup secara mandiri. Sindrom ini kebanyakan dialami oleh pria. Lantas, bagaimana caranya menyiapkan pengidap sindrom Peter Pan untuk memasuki dunia orang dewasa dan menghadapi kenyataan? Cari tahu jawabannya di sini.

Pria dan wanita yang sudah dewasa seharusnya sudah bisa hidup mandiri, tidak bergantung pada orang lain lagi, serta memiliki pola pikir yang dewasa. Tapi, tidak demikian halnya dengan pengidap sindrom Peter Pan yang menolak untuk menjadi dewasa. Ini karena ia memiliki pola pikir bahwa tumbuh dewasa berarti harus menghadapi tantangan sulit dan siap mengambil komitmen serta tanggung jawab.

Itulah mengapa meskipun secara fisik orang dengan sindrom Peter Pan sudah memiliki postur tubuh orang dewasa, namun secara pikiran dan tingkah laku mereka cenderung tidak mandiri dan sangat kekanak-kanakan.

Baca juga: Hati-Hati Pola Asuh Seperti Ini Bisa Picu Peter Pan Syndrome

Jangan bayangkan pengidap sindrom Peter Pan adalah orang dewasa yang masih suka memainkan mainan anak-anak. Nyatanya, pengidap sindrom ini masih bisa beraktivitas dan berperilaku seperti orang normal pada umumnya. Tapi, ada beberapa ciri khas yang bisa menandakan bahwa seseorang mengidap sindrom Peter Pan.

Misalnya, pengidap sindrom ini biasanya sulit dimintai tolong mengerjakan hal-hal sederhana sehari-hari, seperti mencuci piring, menyapu, dan tugas rumah tangga lainnya. Ia juga cenderung tidak termotivasi untuk mendapatkan pekerjaan.

Ketika memiliki pekerjaan, pengidap akan cepat merasa bosan, memiliki kinerja yang buruk, dan tidak berusaha untuk memajukan karirnya. Dalam hubungan asmara pun, pengidap sindrom Peter Pan sering bergonta ganti pasangan karena cepat merasa bosan serta takut untuk membuat komitmen ke jenjang yang lebih serius.

Baca juga: Gejala Pengidap Sindrom Peter Pan yang Sering Tidak Disadari

Sindrom Peter Pan bisa membuat pengidapnya mengalami berbagai kesulitan, baik di dunia kerja, relasi dengan orang lain, maupun di dalam keluarga. Karena itu, sindrom ini perlu diubah dengan cara memperbaiki pola pikir pengidap. Ini tentu saja tidak mudah.

Itulah mengapa dukungan dari orang-orang terdekat sangat penting agar pengidap sindrom Peter Pan bisa bisa memiliki sikap yang dewasa. Berikut tiga cara menyiapkan pengidap sindrom Peter Pan untuk menghadapi kenyataan:

1. Mengubah Konsep Kedewasaan

Pengidap sindrom Peter Pan mau tidak mau perlu menghadapi rasa takutnya dan berubah menjadi dewasa. Untuk itu, pola pikir pengidap yang salah tentang kedewasaan perlu diubah.

Kedewasaan bukanlah sesuatu hal yang menakutkan dan sulit, melainkan sebuah tantangan baru dengan level yang lebih tinggi. Tantangan baru tersebut mungkin lebih sulit, namun ia bisa mendapatkan sebuah pencapaian yang lebih membahagiakan dan bernilai.

2. Jangan Selalu Membantunya

Pengidap sindrom Peter Pan juga cenderung meminta pertolongan dari orang lain jika mengalami masalah atau kesulitan. Jika keluarga dan sahabat selalu siap menolong kapanpun pengidap membutuhkan, maka ia tidak akan pernah menjadi dewasa.

Jadi, cara yang paling efektif menyiapkan pengidap sindrom Peter Pan menghadapi kenyataan adalah dengan berhenti menolongnya. Cara ini mengajarkan pada pengidap bahwa ia perlu menghadapi segala sesuatu secara mandiri untuk menjadi dewasa.

3. Singkirkan Hal yang Bisa Mengganggu Fokusnya

Jauhkan pengidap sindrom Peter Pan dari hal-hal yang bisa mengganggu fokus hidup mereka. Misalnya, jangan biarkan hal seperti media sosial atau hobi mengambil alih waktu pengidap sebelum ia benar-benar menjadi dewasa dan mampu bertanggung jawab pada kehidupannya.

Itulah cara-cara yang bisa dilakukan untuk membantu pengidap sindrom Peter Pan menghadapi kenyataan. Jika pengidap masih tetap mempertahankan perilaku kekanak-kanakannya tersebut, bahkan perilakunya lebih parah segera mintalah pertolongan dari psikolog. Psikolog mampu membantu mengurangi sindrom dengan cara memberikan terapi psikologis.

Baca juga: Dukungan Orang Terdekat Pengaruhi Pengobatan Sindrom Peter Pan

Kamu juga bisa menghubungi psikolog Halodoc untuk membicarakan sindrom tertentu yang dialami oleh orang terdekatmu. Melalui Video/Voice Call dan Chat, kamu bisa menghubungi dokter untuk meminta saran kesehatan kapan saja dan di mana saja. Yuk, download Halodoc sekarang juga di App Store dan Google Play.

Mulai Rp25 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Dokter seputar Kesehatan