Bayi Baru Lahir Dapat Terserang Sindrom Horner, Benarkah?

Ditinjau oleh  Redaksi Halodoc   29 November 2018
Bayi Baru Lahir Dapat Terserang Sindrom Horner, Benarkah?Bayi Baru Lahir Dapat Terserang Sindrom Horner, Benarkah?

Halodoc, Jakarta – Sindrom horner adalah satu kondisi langka yang terjadi sebagai gabungan dari gejala-gejala yang disebabkan kerusakan jalur jaringan saraf dari otak menuju ke wajah.  Kerusakan yang terjadi pada bagian saraf ini kemudian berdampak pada kelainan yang menyerang salah satu bagian mata.

Kondisi ini bisa terjadi kepada siapa saja, tapi paling sering menyerang orang yang sebelumnya mengidap penyakit tertentu, seperti stroke, cedera saraf tulang belakang, ataupun tumor. Namun ternyata, penyakit ini juga bisa menyerang sejak bayi baru dilahirkan. Apa alasannya?

Pada dasarnya, sindrom horner terjadi karena adanya kerusakan pada beberapa jalur sistem saraf simpatik yang berada di antara otak sampai ke wajah. Pada anak-anak, penyakit ini umumnya bisa terjadi karena adanya cedera pada leher dan bahu saat baru dilahirkan, aorta saat lahir, ataupun tumor yang terjadi pada sistem saraf dan hormon. Dengan kata lain, penyebab dari gangguan ini bisa saja sudah ada dan mulai berkembang sejak seseorang baru dilahirkan.

Gejala awal dari sindrom horner yang sering muncul adalah mengecilnya pupil mata, tapi hanya terjadi pada salah satu mata. Selain itu, gejala lain mungkin juga dirasakan, seperti keluar keringat lebih sedikit dari biasanya serta kelopak mata yang tampak merosot di salah satu sisi wajah. Pasalnya, gejala sindrom ini memang hanya akan memengaruhi satu sisi wajah pengidapnya saja.

Sindrom horner pada seseorang bisa menyebabkan ukuran kedua pupil terlihat berbeda, dengan sangat jelas, yaitu salah satunya sangat kecil sampai hanya, seperti sebuah titik. Kondisi ini pun menyebabkan salah satu kelopak mata bagian bawah menjadi lebih naik, sebagian wajah menjadi sedikit atau tidak bisa mengeluarkan keringat sama sekali, dan mata terlihat sayu dan memerah.

Sebenarnya, gejala sindrom horner pada anak dan dewasa tidak berbeda jauh. Namun, sindrom horner pada orang dewasa biasanya disertai dengan gejala berupa rasa sakit atau nyeri yang tak tertahankan pada kepala. Sementara pada anak-anak, biasanya ada beberapa gejala tambahan, berupa warna iris yang lebih pucat pada mata, kondisi ini biasanya terjadi pada anak yang masih berusia di bawah satu tahun. Selain itu, anak-anak yang mengalami gangguan ini juga cenderung mengalami gejala di mana bagian wajah tidak berubah dan tidak tampak kemerahan bila terkena sinar matahari, melakukan latihan fisik, ataupun perubahan emosional.

Diagnosis dan Pengobatan Sindrom Horner

Untuk mendiagnosis penyakit ini, dibutuhkan pemeriksaan yang tergolong cukup rumit. Pasalnya, gejala-gejala yang muncul bisa saja menyerupai gejala dari gangguan kesehatan lain. Maka dari itu, dibutuhkan pemeriksaan fisik untuk memperkuat dugaan seseorang mungkin mengalami sindrom horner.

Dalam pemeriksaan fisik, dokter biasanya akan melakukan pengecekan terhadap gejala yang muncul, seperti pupil yang mengecil pada salah satu bola mata, kelopak mata yang tidak memiliki posisi sama, dan tubuh yang sulit, bahkan tidak bisa mengeluarkan keringat. Pemeriksaan lanjutan mungkin akan dilakukan, seperti pemeriksaan mata dan tes pencitraan untuk memastikan kemungkinan seseorang mengidap sindrom horner.

Punya masalah kesehatan dan butuh saran dokter? Pakai aplikasi Halodoc saja! Lebih mudah menghubungi dokter melalui Video/Voice Call dan Chat. Dapatkan tips menjaga kesehatan dan rekomendasi beli obat dari dokter terpercaya. Yuk, download Halodoc sekarang di App Store dan Google Play!

Baca juga:

 

Mulai Rp25 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Dokter seputar Kesehatan