Bayi Tanpa ASI Berpotensi Terkena Bronkiolitis

Ditinjau oleh  Redaksi Halodoc   05 Oktober 2018
Bayi Tanpa ASI Berpotensi Terkena BronkiolitisBayi Tanpa ASI Berpotensi Terkena Bronkiolitis

Halodoc, Jakarta - Tahukah kamu bahwa bayi tanpa ASI berpotensi terkena bronkiolitis? Bronkiolitis merupakan infeksi saluran pernapasan yang menyebabkan terjadinya radang dan penyumbatan di dalam bronkiolus atau saluran pernapasan kecil di dalam paru-paru.

Penyakit ini biasa dialami oleh anak pada usia di bawah 2 tahun, dan yang paling banyak adalah pada usia 3-6 bulan. Penyebab bronkitis adalah virus yang diawali dengan gejala yang menyerupai pilek. Kemudian meningkat menjadi batuk, napas berbunyi, dan kadang kesulitan bernapas. Namun, jenis virus yang paling sering menyebabkan kondisi ini (terutama pada anak-anak yang masih berusia kurang dari dua tahun) adalah respiratory syncytial virus (RSV).

Anak-anak biasanya tertular virus ketika berada di dekat pengidap dan terpapar oleh percikan liur dari batuk atau bersin dari pengidap. Selain itu, penularan juga bisa terjadi lewat perantara, misalnya mainan. Ketika barang-barang yang sudah terkontaminasi virus dipegang anak-anak dan tangan mereka menyentuh mulut atau hidung, maka kemungkinan besar akan terjadi penularan.

Gejala penularan bronkiolitis ini dapat berlangsung selama beberapa hari hingga beberapa minggu, bahkan hingga sebulan. Beberapa kondisi berikut juga bisa meningkatkan risiko seorang anak terkena bronkiolitis, antara lain:

  1. Tidak pernah mendapatkan ASI. Anak yang mendapatkan ASI memiliki imunitas tubuh yang lebih baik dibanding yang tidak.
  2. Tinggal di lingkungan yang padat penduduk. Pasalnya, virus batuk dan pilek penyebab awal dari bronkiolitis dapat menyebar dengan cepat lewat udara.
  3. Kelahiran prematur.
  4. Memiliki kekebalan tubuh yang rendah.
  5. Berusia kurang dari tiga bulan.
  6. Sering terpapar langsung dengan asap rokok.
  7. Memiliki riwayat penyakit paru-paru atau jantung dari orangtua.

Umumnya bronkiolitis bisa terdeteksi oleh dokter melalui konfirmasi gejala yang dialami. Selain itu, akan dilakukan pemeriksaan fisik dengan melihat kondisi pernapasan anak yang bisa didengar oleh dokter dengan menggunakan stetoskop.

Jika dokter tidak yakin dengan penyebab gejala yang terjadi (kondisi asma dan cystic fibrosis juga bisa menyebabkan gejala yang serupa dengan bronkiolitis), maka pemeriksaan lebih lanjut bisa dilakukan. Contoh-contoh pemeriksaan lanjutan tersebut adalah pemeriksaan virus melalui sampel lendir, pemeriksaan kadar oksigen dalam darah menggunakan oksimeter, tes darah, dan tes urine.

Bagaimana Pencegahan Bronkiolitis pada Anak?

Untuk meminimalisir risiko anak terkena bronkiolitis, jauhkan anak dari orang-orang yang menunjukkan gejala penyakit tersebut atau penyakit saluran napas lainnya. Cucilah tangan secara teratur untuk menghindari penularan virus ketika kamu menyentuh Si Kecil atau melalui benda-benda perantara. Jika ada teman atau keluarga yang ingin menggendong Si Kecil, minta mereka untuk mencuci tangan terlebih dahulu. Selain itu, jauhkan anak kamu dari paparan asap rokok.

Jika anak kamu sedang mengidap bronkiolitis, liburkan terlebih dahulu segala aktivitas yang biasa mereka lakukan di luar. Hal tersebut dilakukan untuk menghindari penularan penyakit ini terhadap orang lain. Rawat anak kamu di rumah sampai sembuh. Pencegahan lain dapat dilakukan dengan cara:

  1. Memberikan banyak cairan pada anak untuk pencegahan terjadinya dehidrasi.
  2. Mensterilkan ruangan kamar anak dari polusi udara.
  3. Berikan obat pereda panas sesuai dosis jika Si Kecil mengidap demam.
  4. Memberikan obat tetes saline (larutan yang mengandung garam) untuk meredakan hidung tersumbat.

Kondisi ini sangat umum terjadi. Biasanya menyerang anak-anak kecil dan bayi. Bronkiolitis dapat ditangani dengan mengurangi faktor-faktor risiko. Diskusikan dengan dokter jika Si Kecil mengalami gejala-gejala seperti diatas. Dengan aplikasi Halodoc kamu bisa berdiskusi langsung melalui Chat atau Voice/Video Call di mana pun dan kapan pun. Kamu tidak hanya dapat berdiskusi langsung, kamu juga dapat membeli obat dengan layanan Apotek Antar dari Halodoc. Yuk, download aplikasinya segera di App Store atau Google play!

Baca juga:



Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan