Ini Beda Polio dan Acute Flaccid Myelitis, Sama-Sama Bisa Melumpuhkan Si Kecil

Ditinjau oleh  Redaksi Halodoc   16 Maret 2019
Ini Beda Polio dan Acute Flaccid Myelitis, Sama-Sama Bisa Melumpuhkan Si KecilIni Beda Polio dan Acute Flaccid Myelitis, Sama-Sama Bisa Melumpuhkan Si Kecil

Halodoc, Jakarta – Acute flaccid myelitis (AFM) dan polio adalah dua gangguan kesehatan yang bisa menyebabkan orang yang diserang mengalami kelumpuhan, termasuk pada anak-anak. Meski memiliki komplikasi yang sama, namun kedua penyakit ini ternyata sangat berbeda satu sama lain. Apa saja perbedaan antara penyakit AFM dan polio?

Acute Flaccid Myelitis (AFM)

Penyakit acute flaccid myelitis merupakan kondisi yang langka terjadi, namun sama sekali tidak boleh dianggap sepele. Sebab, penyakit ini bisa menyebabkan kondisi serius dan membahayakan. AFM adalah penyakit yang menyerang sistem saraf, terutama di daerah sumsum tulang belakang. Kondisi ini menyebabkan otot dan refleks dalam tubuh menjadi lemah.

Kondisi ini sebenarnya bisa terjadi pada siapa saja, namun paling sering ditemukan pada anak-anak. Secara perlahan, kondisi ini akan menyebabkan bagian tangan dan kaki menjadi lemah dan semakin lama akan kehilangan kemampuan dan refleks. Selain itu, kondisi ini juga bisa menyebabkan kelemahan pada area wajah, kepala dan leher, kemampuan menggerakkan bola mata, hingga menurunnya kemampuan berbicara.

Penyebab pasti dari kondisi ini masih belum diketahui. Tapi, pada beberapa kasus AFM diduga terjadi karena infeksi virus, termasuk virus penyebab polio. Karena bersifat jarang dan membutuhkan pemantauan khusus, pastikan untuk selalu berdiskusi dengan dokter seputar gejala yang muncul karena penyakit ini.

Baca juga: Kenali Lebih Dekat Penyakit Polio pada Anak

Polio

Polio alias poliomyelitis merupakan kondisi penyakit yang terjadi karena serangan virus. Kabar buruknya, penyakit ini sangat mudah menular dan menyerang sistem saraf, terutama pada balita. Polio adalah jenis penyakit yang sama sekali tidak boleh dianggap remeh, sebab bisa menyebabkan pengidapnya mengalami kesulitan bernapas, kelumpuhan, bahkan kematian.

Salah satu cara terbaik untuk menghindari serangan penyakit ini adalah dengan melakukan vaksinasi polio. Virus penyebab polio biasanya masuk melalui makanan atau minuman yang sudah terkontaminasi dan kemudian masuk ke dalam tubuh. Virus polio hanya bisa menjangkiti manusia yang menyebar melalui tetesan cairan yang keluar saat pengidapnya batuk atau bersin.

Melakukan imunisasi atau pemberian vaksin polio bisa membantu mengurangi risiko terjangkit virus penyebab polio. Penyakit ini lebih mudah menyerang orang-orang yang memiliki sistem kekebalan tubuh rendah, seperti anak-anak, wanita hamil, dan orang yang memang memiliki imunitas rendah. Faktor lingkungan juga bisa menjadi pemicu polio, karena penyakit ini lebih mudah menyerang orang yang tinggal di tempat tanpa sanitasi yang bersih dan baik.

Baca juga: Penyebab dan Gejala Penyakit Polio

Risiko terserang virus penyebab polio menjadi lebih tinggi pada orang yang belum mendapatkan vaksin, terutama yang tinggal satu rumah dengan pengidap penyakit ini, sistem kekebalan tubuh yang mulai menurun, melakukan perjalanan ke daerah yang tinggi kasus polio, dan orang yang sudah melakukan operasi pengangkatan amandel.

Sayangnya, kebanyakan pengidap polio awalnya tidak menyadari sudah terinfeksi virus polio. Sebab, virus ini pada awalnya hanya menimbulkan sedikit gejala, bahkan tanpa gejala sama sekali. Polio biasanya baru terdeteksi setelah semakin parah, bahkan hingga menyebabkan komplikasi berupa kelumpuhan.

Baca juga: Kenali 4 Cara Penularan Polio

Masih penasaran apa saja perbedaan antara AFM dan polio, serta apa saja gejalanya? Tanya dokter di aplikasi Halodoc saja. Ibu bisa menghubungi dokter melalui Video/Voice Call dan Chat. Dapatkan informasi seputar kesehatan dan tips hidup sehat dari dokter terpercaya. Yuk, download aplikasi Halodoc sekarang di App Store dan Google Play.  

Mulai Rp25 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Dokter seputar Kesehatan