Begini Diagnosis untuk Deteksi Hiperemesis Gravidarum

Ditinjau oleh  dr. Gabriella Florencia   22 Mei 2019
Begini Diagnosis untuk Deteksi Hiperemesis GravidarumBegini Diagnosis untuk Deteksi Hiperemesis Gravidarum

Halodoc, Jakarta - Selama trimester pertama kehamilan, sebagian besar ibu hamil pasti mengalami serangan mual dan muntah, yang dikenal dengan morning sickness. Mual dan muntah ini bisa terjadi kapan saja, pagi, siang, sore, hingga malam hari. Biasanya dimulai sekitar minggu ke-6 kehamilan, dengan puncaknya pada minggu ke-9, dan mulai mereda pada minggu ke-16 hingga 18 kehamilan.

Meski tidak menyenangkan, mual ini dianggap sebagai hal yang normal dan mengindikasikan kehamilan yang sehat. Namun, kondisi ini berubah menjadi mengkhawatirkan ketika mual terjadi terlalu sering, membuat ibu hingga kehilangan berat badan, dan mengalami dehidrasi. Kondisi ini dikenal dengan istilah hiperemesis gravidarum.

Gangguan kehamilan ini tidak jauh berbeda dengan mual dan muntah yang ibu alami selama hamil. Hanya saja, kondisi ini membuat ibu muntah lebih awal, kira-kira pada minggu ke-4 dan ke-5 kehamilan dan berlangsung lebih lama, dan dalam frekuensi yang lebih sering dibandingkan dengan mual dan muntah yang normal.

Baca juga: Hiperemesis Gravidarum Bukan Morning Sickness, Ini Perbedaannya

Seiring waktu, hiperemesis gravidarum terjadi selama kehamilan pertama ibu, alias anak pertama. Jika ibu mengalaminya pada kehamilan pertama ini, risiko akan sama besarnya untuk kehamilan berikutnya. Penyebabnya belum diketahui dengan pasti, tetapi perubahan hormon disinyalir berperan penting dalam terjadinya gangguan ini.

Diagnosis Hiperemesis Gravidarum

Diagnosis untuk mendeteksi adanya hiperemesis gravidarum pada ibu biasanya dilakukan dengan metode berikut:

  • Evaluasi klinis, termasuk pengukuran berat badan.

  • Keton urine.

  • Serum elektrolit dan tes fungsi ginjal.

Dokter melakukan deteksi berdasarkan gejala yang ibu alami, seperti durasinya, onsetnya, dan frekuensi muntah yang terjadi. Jika diperlukan, dokter melakukan tes USG untuk menghindari kemungkinan adanya komplikasi lain.

Baca juga: 9 Komplikasi Hiperemesis Gravidarum pada Ibu Hamil

Gangguan lainnya yang turut menyebabkan muntah harus menjadi pengecualian. Ini termasuk hepatitis, gastroenteritis, radang usus buntu, gangguan saluran empedu lainnya, obstruksi usus, kolesistitis, dan sakit kepala migrain serta penyebab lainnya. Kondisi ini bukan merujuk pada hiperemesis gravidarum yang membuat ibu mengalami mual dan muntah parah ketika sedang hamil, tetapi tetap meningkatkan faktor risiko.

Mual dan muntah berlebihan ketika ibu sedang hamil memiliki efek berbahaya pada ibu maupun janin. Ketidakmampuan ibu untuk menjaga asupan dan pola makan membuat nutrisi yang seharusnya dibutuhkan tubuh menjadi berkurang. Akibatnya, ibu akan mengalami penurunan berat badan ekstrem dan kehilangan banyak cairan yang dikombinasikan dengan hilangnya asam lambung dan menyebabkan ketidakseimbangan elektrolit.

Baca juga: Waspada, Hamil Anggur Berisiko Alami Hiperemesis Gravidarum

Jika ibu tidak segera mendapatkan penanganan, akan banyak komplikasi yang mungkin terjadi, termasuk di antaranya kegagalan organ dan bayi yang lahir secara prematur. Oleh karena itu, ibu perlu mengetahui gejala dari hiperemesis gravidarum supaya bisa terdiagnosis lebih dini dan penanganan bisa didapatkan lebih cepat.

Ibu bisa bertanya kepada dokter ahli kandungan, karena kondisi ini memang perlu perhatian khusus. Download aplikasi Halodoc supaya ibu bisa bertanya kapan saja pada dokter tanpa perlu mendaftar di rumah sakit atau klinik. Layanan tanya dokter Halodoc bisa membuat ibu lebih mudah dalam mengetahui kondisi kesehatan ibu setiap saat.

Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan