Benarkah Alami Pelecehan Seksual saat Kecil Picu Pedofil?

Ditinjau oleh  dr. Fadhli Rizal Makarim   22 Agustus 2022
Benarkah Alami Pelecehan Seksual saat Kecil Picu Pedofil?Benarkah Alami Pelecehan Seksual saat Kecil Picu Pedofil?

"Pelecehan seksual pada masa kecil adalah hal yang traumatis. Meski penyebabnya kompleks, masih dicari tahu apakah pelecehan seksual ini dapat memicu seseorang untuk menjadi pedofil di kemudian hari."

Halodoc, Jakarta - Pada awal 2018, muncul pernyataan mengejutkan dari Interpol dan FBI (Federal Bureau of Investigation). Keduanya menyatakan kasus pedofilia di Indonesia merupakan tertinggi di Asia. Hmm, cukup mengkhawatirkan, bukan? 

Namun, pernyataan tersebut dibantah oleh ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) kala itu. Katanya, belum ada data yang menunjukkan Indonesia sebagai negara dengan kasus pedofilia yang paling tinggi. Meski begitu, KPAI membenarkan ada banyak kasus kejahatan seksual terhadap anak.

Lantas, apa yang sebenarnya bisa memicu seseorang menjadi seorang pedofil? Benarkah pelecehan seksual saat kecil bisa memicu pedofilia? Ini ulasannya. 

Masih Misteri, Melihat dari Latar Belakang

Berbicara penyebab pedofilia sebenarnya terbilang kompleks. Pasalnya, sampai kini para ahli tak mengetahui secara persis kondisi atau hal yang bisa menyebabkan pedofilia. Saat ini yang ada hanya sebuah kemungkinan-kemungkinan.

Beberapa ahli berpendapat, pedofilia ini bersifat genetik atau ‘warisan’ keluarga. Meski begitu, ada pula yang berpendapat pedofilia merupakan perilaku yang dipelajari. 

Model pembelajaran perilaku menunjukkan bahwa seorang anak yang menjadi korban atau pengamat perilaku seksual yang tidak pantas, dapat meniru perilaku yang sama tersebut. Mereka yang kehilangan kontak sosial dan aktivitas seksual normal, dapat mencari kepuasan melalui cara yang kurang dapat diterima secara sosial.

Selain dua hal di atas, penyebab pedofilia kerap dikaitkan dengan riwayat pelecehan seksual pada masa kanak-kanak. Meski belum terbukti, pelecehan seksual diduga menjadi faktor potensial lain dalam perkembangan pedofilia pada diri seseorang.

Ada studi yang bisa simak terkait pelecehan seksual saat kecil yang diduga bisa memicu pedofilia. Jurnalnya tersebut berjudul “The Neurobiology and Psychology of Pedophilia: Recent Advances and Challenges”, dan “ Women don't do such things! Characteristics of female sex offenders and offender types”.

Dalam jurnal di atas, para peneliti mempelajari karakteristik 111 pelaku (seluruhnya wanita dewasa) kekerasan seksual di Belanda antara tahun 1994 hingga 2005. Sebanyak 77 persen kasus pelecehan seksual pada anak-anak, sering kali pelecehan terhadap seorang anak dilakukan dengan bekerjasama bersama pasangan laki-laki. Di sini, korban dipandang sebagai pengganti untuk menggantikan hubungan yang kurang diinginkan. 

Lalu, bagaimana dengan latar belakang atau riwayat kehidupan para pelaku di atas? Nah, para pelaku kekerasan seksual ini (termasuk pelecehan seksual pada anak-anak) rata-rata pernah mengalami penelantaran dan pelecehan seksual (31 persen), dan mengidap gangguan psikiatri atau kepribadian (59 persen). 

Kekerasan Seksual pada Anak, Belum Tentu Pedofilia 

Pelaku kejahatan seksual pada anak sering dituding sebagai pedofilia. Padahal, hanya psikiater yang bisa menentukan seseorang pedofil atau tidak. Di sini, dokter ahli kejiwaan ini melakukan beragam pemeriksaan dan serangkaian tes untuk menegakkan diagnosis. 

Lalu, seperti apa sih kriteria yang umumnya ditunjukkan oleh pengidap pedofilia? Berikut ini penjelasannya menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, Fifth Edition (DSM-5). 

  • Munculnya fantasi, dorongan, atau perilaku seksual berulang dan intens, yang melibatkan aktivitas seksual dengan anak praremaja (umumnya berusia 13 tahun atau lebih muda) untuk jangka waktu minimal 6 bulan.
  • Dorongan seksual ini memicu atau menyebabkan tekanan atau gangguan yang signifikan dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau area penting lainnya.
  • Pengidapnya setidaknya berusia 16 tahun, dan setidaknya 5 tahun lebih tua dari anak (korban) di kategori pertama. 

Mau tahu lebih jauh mengenai masalah di atas? Atau memiliki keluhan kesehatan lainnya? Kamu bisa download Halodoc untuk bertanya pada psikolog dengan mudah. Tidak perlu keluar rumah, kamu bisa menghubungi dokter ahli kapan saja dan di mana saja. Praktis, kan? 

Referensi:
US National Library of Medicine National Institutes of Health. Diakses pada 2020. The Neurobiology and Psychology of Pedophilia: Recent Advances and Challenges
National Institutes of Health - PubMed. Diakses pada 2020. Women don't do such things! Characteristics of female sex offenders and offender types
Psychology Today. Diakses pada 2020. Pedophilia.
Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI). Diakses pada 2020. FBI Sebut Angka Pedofilia Indonesia Tertinggi di Asia, KPAI Protes

Mulai Rp25 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Dokter seputar Kesehatan