Benarkah Anak yang Sering Sakit Kepala Bisa Terkena Migrain?

Ditinjau oleh  dr. Rizal Fadli   24 Februari 2020
Benarkah Anak yang Sering Sakit Kepala Bisa Terkena Migrain?Benarkah Anak yang Sering Sakit Kepala Bisa Terkena Migrain?

Halodoc, Jakarta – Sakit kepala sangat jarang dialami oleh anak di bawah usia 5 tahun atau balita. Namun, tahukah kamu, antara usia 3–7 tahun, ada sekitar 5–50 persen anak-anak yang mengalami beberapa jenis sakit kepala. Di usia sekitar 7–15 tahun, prevalensi sakit kepala tersebut memuncak hingga 75 persen. Sebagian besar sakit kepala yang dialami anak adalah jenis sakit kepala tegang yang tidak membutuhkan perawatan khusus. Namun, anak yang sering sakit kepala diketahui berisiko mengalami migrain. Simak penjelasannya lebih lanjut di bawah ini.

Mengenal Migrain

Migrain adalah jenis sakit kepala parah yang paling umum terjadi. Jenis sakit kepala ini terjadi ketika jaringan saraf sensorik dan pengatur jauh di dalam otak tidak teratur. Rincian bagaimana migrain dapat terjadi belum diketahui secara pasti, tetapi penelitian tentang migrain sudah mengalami perkembangan pesat, terutama dalam beberapa dekade terakhir.

Ternyata diketahui bahwa banyak orang dewasa yang menghadapi masalah seumur hidup dengan migrain, pertama kali mengalaminya di masa kanak-kanak atau remaja. 15–18 persen anak-anak mengalami sakit kepala migrain dan prevalensinya memuncak pada usia sekitar 11 sampai 13 tahun. Prevalensi orang dewasa yang mengidap migrain pun sama. Bahkan, 10 persen pengidap dewasa mengalami migrain yang sangat parah dan kehilangan 85 persen dari keseluruhan waktunya karena sakit kepala tersebut.

Faktor yang paling berperan dalam menentukan risiko migrain adalah faktor genetik. Karena itu, tidak heran bila dua pertiga anak-anak yang mengidap migrain memiliki riwayat keluarga pengidap migrain juga.

Baca juga: 4 Jenis Migrain yang Perlu Diketahui

Apa Penyebab Migrain pada Anak?

Ada beberapa perbedaan signifikan antara migrain yang terjadi pada anak-anak dengan migrain pada orang dewasa. Kesulitan yang dialami pada masa kecil diduga berpengaruh terhadap risiko terjadinya migrain. Meski demikian, pengaruhnya cenderung kompleks dan belum dipahami dengan jelas sampai saat ini. Mungkin saja pemaparan yang berkepanjangan dari otak yang sedang berkembang terhadap stres yang berlebihan menyebabkan perubahan neuroplastik atau perubahan biokimia yang membuat otak rentan mengalami migrain permanen.

Gejala awal migrain yang menunjukkan seorang anak berisiko lebih tinggi dari sejumlah kondisi lain, ditandai dengan episode gejala parah yang terjadi secara beruntun, seperti sakit perut, vertigo, dan tortikolis (yaitu posisi kepala atau leher tidak normal, atau asimetris). “Sindrom episodik” ini sangat mengganggu dan melumpuhkan pengidapnya. Gejala-gejala tersebut mungkin juga mencerminkan gangguan umum dari proses rasa sakit dan dianggap sebagai varian migrain.

Ada hubungan antara migrain awal dengan gangguan emosional dan perilaku. Memahami hubungan-hubungan ini dengan lebih baik dapat bermanfaat untuk menentukan strategi pencegahan dan juga pengobatan baru.

Pemicu migrain pada anak juga mirip dengan orang dewasa, antara lain stres, kurang tidur, melewatkan makan, menstruasi, dan cuaca.

Fluktuasi hormon selama periode menstruasi adalah salah satu faktor pemicu paling melumpuhkan dan paling konsisten. Banyak pengidap wanita mungkin sampai memerlukan kontrasepsi oral untuk mengatur kadar hormon. 

Baca juga: Migrain saat Menstruasi? Begini Cara Mengatasinya

Cara Mengatasi Migrain pada Anak

Bila anak sering mengalami sakit kepala yang parah, sebaiknya segera periksakan ke dokter, mengingat kualitas hidup anak akan terganggu karena kondisi tersebut dan risiko terjadinya dampak jangka panjang juga tinggi. 

Untungnya, obat penghilang rasa sakit sederhana seperti anti-inflamasi non-steroid (NSAID), seperti aspirin dan ibuprofen efektif untuk mengatasi migrain pada anak-anak. Mengizinkan anak untuk tidur juga sangat membantu meredakan gejala migrain yang dialaminya. Sedangkan cara untuk mencegah serangan migrain yang sering dan melumpuhkan mungkin harus dibicarakan dengan dokter spesialis anak dan ahli saraf pediatrik.

Baca juga: Tak Perlu Obat, Ini Cara Sederhana Mengobati Migrain

Nah, untuk membeli obat-obatan yang diperlukan, gunakan saja aplikasi Halodoc. Caranya sangat mudah, tinggal order saja lewat fitur Buy medicine dan pesananmu akan tiba dalam waktu satu jam. Ayo, download Halodoc sekarang juga di App Store dan Google Play.

Referensi:
Livestrong. Diakses pada 2020. Childhood Migraines: When Are They More Than Just Headaches?

Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan