Benarkah Buka Puasa dengan yang Manis Timbulkan Kantuk?

Ditinjau oleh  dr. Verury Verona Handayani   01 April 2020
Benarkah Buka Puasa dengan yang Manis Timbulkan Kantuk?Benarkah Buka Puasa dengan yang Manis Timbulkan Kantuk?

Halodoc, Jakarta - Momen yang paling ditunggu-tunggu setelah seharian menahan lapar dan haus saat puasa adalah berbuka. Saat jam sudah menunjukkan boleh untuk makan dan minum, banyak orang yang kalap, sehingga mengonsumsi semua yang ada. Mulai dari yang rasanya manis, asin, hingga hambar, serta yang panas dan juga dingin untuk mengisi kekosongan perut.

Namun, banyak orang yang menyarankan agar berbuka puasa dengan yang manis agar dapat mengembalikan kekuatan tubuh dengan cepat. Namun, beberapa sumber mengatakan jika terlalu banyak mengonsumsi yang manis saat berbuka puasa dapat menimbulkan kantuk setelahnya. Untuk mengetahui hal tersebut benar atau tidak, kamu dapat membaca ulasannya di bawah ini!

Baca juga: Porsi yang Tepat Saat Berbuka Puasa

Rasa Kantuk Setelah Berbuka Puasa Pasca Konsumsi Makan Manis

Tidak sedikit orang yang merasakan kantuk setelah berbuka puasa. Hal tersebut dapat disebabkan oleh konsumsi makanan yang manis secara berlebihan. Sehingga, sulit untuk berkonsentrasi saat melakukan ibadah setelahnya. Selain itu, hal ini juga dapat berbahaya jika kamu berbuka di kantor dan harus mengendarai agar sampai ke rumah, padahal merasakan kantuk yang tidak tertahankan.

Lalu, apa yang menyebabkan seseorang merasakan kantuk setelah mengonsumsi makanan yang manis saat berbuka puasa? Padahal, banyak orang yang menyarankan hal tersebut dilakukan saat berbuka. Nah, untuk mengetahui lebih jelasnya, berikut adalah beberapa hal yang dapat menimbulkan rasa kantuk setelah berbuka puasa:

  1. Kadar Gula Tubuh Naik

Salah satu hal yang dapat menjadi penyebab timbulnya rasa kantuk setelah berbuka puasa adalah kadar gula tubuh yang tiba-tiba naik. Seseorang yang mengonsumsi banyak makanan, terutama manis, akan meningkatkan kadar gula secara drastis, sehingga tubuh harus memproduksi insulin yang berguna untuk mengolah zat tersebut.

Setelah itu, insulin akan memberi sinyal pada otak untuk menghasilkan serotonin yang disebut juga dengan hormon tidur. Hal tersebut menyebabkan rasa kantuk akan timbul dan mungkin saja tidak tertahankan. Rasa kantuk dapat sangat terasa jika seseorang mengonsumsi makanan yang kaya akan karbohidrat dan kadar gula, yang mampu mendorong rasa kantuk.

Baca juga: 4 Inspirasi Menu Berbuka Puasa yang Sehat

  1. Aliran Darah ke Usus

Selain otak, usus juga membutuhkan banyak darah untuk membantu tubuh mencerna makanan. Setelah seseorang berpuasa seharian, lonjakan makanan akan terjadi, sehingga sistem pencernaan menjadi berusaha lebih keras untuk melakukan fungsinya. Hal tersebut membuat sebagian besar darah akan berada di usus karena harus melakukan tugasnya.

Dengan lebih banyaknya darah yang dipindahkan ke usus, pasokan darah yang ada di otak menjadi berkurang. Hal tersebut menyebabkan seseorang merasakan kantuk yang sulit ditahan. Peristiwa ini umumnya terjadi ketika seseorang mengonsumsi makanan dalam jumlah yang banyak, terutama jika memiliki rasa yang manis.

Maka dari itu, penting untuk membatasi konsumsi makanan sesaat setelah berbuka puasa. Hal yang harus kamu lakukan adalah mengonsumsi makanan secukupnya dan awali dengan air putih atau teh manis hangat. Setelah itu, kamu dapat mengonsumsi makanan dengan porsi yang sesuai dan kurangi karbohidrat yang dapat menimbulkan rasa kantuk setelah berbuka puasa.

Baca juga: Konsumsi 3 Makanan Sehat Ini Saat Sahur & Buka Puasa

Selain itu, jika kamu masih mempunyai pertanyaan terkait timbulnya rasa kantuk sesaat setelah berbuka puasa, dokter dari Halodoc dapat membantu menjawabnya. Caranya mudah sekali, kamu hanya perlu download aplikasi Halodoc di smartphone yang digunakan setiap hari.

Referensi:
Almadina Institute. Diakses pada 2020. The Effect of Fasting on Sleeping: Tips on Sleeping Well for a Better Ramadan.
Very Well Health. Diakses pada 2020. Sleepiness After Eating Lunch.

Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan