Benarkah Korban Bullying Berisiko Terkena Body Dysmorphic Disorder?

Ditinjau oleh  dr. Fadhli Rizal Makarim   14 Agustus 2019
Benarkah Korban Bullying Berisiko Terkena Body Dysmorphic Disorder?Benarkah Korban Bullying Berisiko Terkena Body Dysmorphic Disorder?

Halodoc, Jakarta - Tidak ada manusia yang sempurna, hanya saja setiap manusia berbeda terutama dalam hal penampilan fisik. Mungkin saja kamu berhidung pesek, berambut keriting, bermata sipit, berkulit hitam, atau bertubuh pendek. Tidak apa jika kamu mengeluhkannya sesekali, lantas mensyukuri semua yang diberikan Tuhan karena kamu telah terlahir tanpa kekurangan.

Namun, berbeda cerita jika semua kekurangan kecil itu menjadi masalah yang besar dan membuat kamu menjadi terobsesi dengannya, sehingga kamu melakukan berbagai cara supaya tubuh kamu ideal dan ‘sempurna’. Tujuannya tidak lain agar kamu ‘terlihat’ dan diakui teman-teman dan orang lain di sekitar. Hati-hati, kamu telah mengidap body dysmorphic disorder atau BDD.

Benarkah Korban Bullying Memilki Risiko Tinggi Alami BDD?

Sayangnya, sebagian besar gangguan kejiwaan tidak diketahui penyebab pastinya, termasuk pada kondisi BDD. Namun, beberapa faktor seperti biologis dan kondisi lingkungan tertentu dapat memainkan peran penting terhadap seseorang yang memiliki obsesi terhadap kekurangan fisiknya. 

Baca juga: Supaya Anak Tidak Jadi Pembully, Begini Cara Mendidiknya

Faktor genetik, hormonal seperti masalah pada fungsi serotonin pada otak, karakter, hingga sosial media dan pengaruh dari keluarga dan teman menjadi pemicu terjadinya kelainan jiwa ini, termasuk pula korban bullying. Semua korban bullying memiliki pengalaman yang tidak menyenangkan dan cenderung traumatis. Kondisi ini membuat mereka terkadang kehilangan kepercayaan diri. Sayangnya, risiko body dysmorphic disorder juga meningkat jika seseorang mulai kehilangan kepercayaan dirinya. 

Jadi, jangan pernah anggap remeh kelainan kejiwaan, apa pun itu, tidak terkecuali BDD. Pasalnya, kelainan jiwa yang tidak mendapatkan penanganan bisa berujung pada depresi yang tidak tertolong. Jika kamu mendapati atau mengalami sendiri, jangan takut untuk berbagi. Kalau bercerita pada teman dan keluarga membuat kamu malu, cerita pada dokter tidak ada salahnya, lebih mudah lagi kalau kamu pakai aplikasi Halodoc

Baca juga: 5 Tips Bagi Orangtua saat Anak Jadi Korban Bullying

Bagian Tubuh yang Menjadi Obsesi Pengidap BDD

Orang-orang dengan kondisi BDD biasanya terobsesi pada bagian tubuh tertentu yang dirasa kurang dan belum sesuai dengan standar tubuh ideal atau pendapat orang lain. Anggota tubuh yang sering kali mendapatkan perhatian lebih seperti:

  • Rambut, tidak hanya di kepala, tetapi juga pada bagian tubuh lainnya. Kecenderungan untuk memiliki rambut yang indah atau keinginan untuk tidak memiliki rambut pada bagian tubuh tertentu. 

  • Berat badan, dan kondisi ini menjadi masalah yang cukup sering terjadi. Pengidap BDD ingin memiliki berat badan yang ideal. Jika laki-laki, memiliki otot kekar menjadi keinginan tambahan. 

  • Kulit, termasuk memiliki kulit putih bersinar, bebas jerawat, dan tentu saja bebas keriput. Perawatan apa pun akan dilakukan demi mendapatkannya. 

  • Bagian wajah tertentu seperti hidung yang mancung, dagu yang lancip, pipi tirus, dan bibir tebal. 

Gejala dari body dysmorphic disorder muncul ketika seseorang sering membandingkan kondisi fisik tubuhnya dengan orang lain, terutama pada beberapa bagian tubuh tertentu. Terlebih ketika mereka selalu menanyakan pendapat orang lain tentang fisik. Sayangnya, pengidap sering kali tidak menyadari tindakan tersebut. Biasanya, dokter menyarankan untuk melakukan terapi perilaku kognitif untuk tindakan pengobatannya. 

Baca juga: Anak Susah Tidur, Mungkinkah Pertanda Korban Bully?

Referensi: 
Mayo Clinic. (Diakses pada 2019). Body Dysmorphic Disorder.
Web MD. (Diakses pada 2019). Body Dysmorphic Disorder.
Cleveland Clinic. (Diakses pada 2019). Body Dysmorphic Disorder.

Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan