Benarkah Lupus saat Hamil Berisiko Alami Keguguran yang Berulang?

Ditinjau oleh  dr. Verury Verona Handayani   05 Oktober 2020
Benarkah Lupus saat Hamil Berisiko Alami Keguguran yang Berulang? Benarkah Lupus saat Hamil Berisiko Alami Keguguran yang Berulang?

Halodoc, Jakarta - Lupus adalah penyakit yang menyerang wanita muda di usia reproduktif. Oleh karena itu, kehamilan saat mengidap lupus merupakan isu praktis dan penelitian yang terus dikembangkan. Bagi kebanyakan wanita pengidap lupus, kehamilan adalah hal yang sangat mungkin. Padahal pada 1970-an, wanita yang mengidap lupus kebanyakan diminta untuk tidak merencanakan kehamilan. Untungnya dengan kemajuan teknologi, beberapa risiko bisa dikelola. 

Risiko kehamilan pada pasien lupus adalah hal yang nyata dan ini melibatkan ibu dan janin. Mengutip Johns Hopkins Lupus Center, sekitar sepuluh persen kehamilan pada pasien lupus saat ini berakhir dengan keguguran. Selain itu, semua wanita dengan lupus yang hamil harus dianggap memiliki "kehamilan berisiko tinggi". Ini berarti masalah selama kehamilan lebih mungkin terjadi pada wanita dengan lupus, tetapi bukan berarti pasti akan ada masalah.

Baca juga: 10 Fakta Tentang Lupus yang Perlu Diketahui

Bisakah Hamil saat Mengidap Lupus? 

Wanita dengan lupus bisa hamil dengan aman dan melahirkan bayi yang sehat jika penyakit terkendali dan kehamilan tidak mungkin menyebabkan flare (kondisi memburuk dan pengidapnya akan merasakan gejala khas lupus). Namun, wanita pengidap lupus harus mulai merencanakan kehamilan dengan baik sebelum hamil.

Penyakit harus terkendali atau remisi selama enam bulan sebelum hamil. Pasalnya, hamil saat lupus aktif dapat menyebabkan keguguran, lahir mati, atau masalah kesehatan serius lainnya untuk ibu atau bayi.

Kehamilan sangat berisiko bagi kelompok wanita tertentu dengan lupus. Ini termasuk wanita dengan tekanan darah tinggi, penyakit paru-paru, gagal jantung, gagal ginjal kronis, penyakit ginjal, atau riwayat preeklamsia. Ini juga mungkin termasuk wanita yang mengalami stroke atau lupus flare dalam enam bulan terakhir.

Kamu perlu mencari dokter kandungan yang menangani kehamilan berisiko tinggi dan dapat bekerja sama dengan dokter pribadimu. Kamu juga bisa menemukan dokter kandungan di aplikasi Halodoc untuk mendiskusikan hal ini. Kamu pun bisa berkonsultasi langsung menggunakan smartphone, kapan saja dan di mana saja.

Baca juga: Ibu Hamil, Wajib Tahu Penyebab dan Tanda Keguguran

Bagaimana Kehamilan Memengaruhi Lupus?

Wanita hamil dengan lupus memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami komplikasi kehamilan tertentu dibandingkan wanita yang tidak menderita lupus. Ia mungkin juga mengalami masalah lain yang terjadi selama kehamilan.

Wanita pengidap lupus mungkin mengalami flare selama kehamilan. Flare paling sering terjadi pada trimester pertama atau kedua. Kebanyakan flare bisa ringan, tetapi beberapa flare memerlukan pengobatan segera atau mungkin dan bisa menyebabkan persalinan lebih awal. Oleh karena itu, penting untuk selalu menghubungi dokter segera jika merasakan tanda-tanda peringatan flare lupus.

Sekitar 2 dari 10 wanita hamil dengan lupus mengalami preeklamsia, 2 kondisi serius yang harus segera ditangani. Risiko preeklamsia lebih tinggi pada wanita pengidap lupus yang memiliki riwayat penyakit ginjal. Jika ia mengalami preeklamsia, ia mungkin melihat kenaikan berat badan secara tiba-tiba, pembengkakan pada tangan dan wajah, penglihatan kabur, pusing, atau sakit perut. Kondisi ini pun memaksanya untuk melahirkan bayi lebih awal.

Kehamilan juga dapat meningkatkan risiko masalah lain, terutama jika tengah mengonsumsi kortikosteroid. Masalah ini termasuk tekanan darah tinggi, diabetes, dan masalah ginjal. Nutrisi yang baik selama kehamilan dapat membantu mencegah masalah tersebut selama kehamilan. Kunjungan dokter secara teratur juga dapat membantu menemukan masalah seperti ini sejak dini sehingga dapat ditangani untuk menjaga ibu dan bayi sehat. 

Baca juga: Apakah Bumil Pengidap Lupus Bisa Menular ke Janinnya?

Apakah Bayi yang Dikandung Pengidap Lupus Bisa Terlahir Sehat? 

Kemungkinan besar, bayi yang dilahirkan dari ibu yang mengidap lupus bisa lahir sehat. Cukup jarang bayi dilahirkan dengan kondisi yang disebut lupus neonatal. Antibodi tertentu yang ditemukan pada ibu dapat menyebabkan lupus neonatal. Saat lahir, bayi dengan lupus neonatal mungkin mengalami ruam kulit, masalah hati, atau kadar sel darah rendah.

Bayi dengan lupus neonatal dapat mengembangkan kelainan jantung yang serius yang disebut blok jantung bawaan. Namun, pada kebanyakan bayi, lupus neonatal hilang setelah tiga sampai enam bulan dan tidak kambuh lagi. Dokter juga akan menguji lupus neonatal selama kehamilan. Perawatan juga bisa dimulai pada atau sebelum kelahiran bayi.

Referensi:
Centers for Disease Control and Prevention. Diakses pada 2020. Having a Healthy Pregnancy with Lupus.
Johns Hopkins Lupus Center. Diakses pada 2020. Lupus and Pregnancy.
Lupus Foundation of America. Diakses pada 2020. Planning a Pregnancy When You Have Lupus.

Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan