Benarkah Trauma pada Masa Lalu Dapat Sebabkan OCD?

Ditinjau oleh  Redaksi Halodoc   02 Februari 2019
Benarkah Trauma pada Masa Lalu Dapat Sebabkan OCD?Benarkah Trauma pada Masa Lalu Dapat Sebabkan OCD?

Halodoc, Jakarta – Obsessive compulsive disorder (OCD) merupakan kelainan yang menyerang psikologis seseorang. Gangguan obsesif kompulsif ini bisa menyebabkan seseorang memiliki pikiran obsesif serta perilaku yang bersifat kompulsif. Gangguan ini bersifat jangka panjang, alias penyakit yang menetap lama pada seseorang.

Sayangnya, hingga kini masih belum diketahui secara pasti apa yang menjadi penyebab seseorang bisa mengalami gangguan ini. Tapi, OCD disebut-sebut berkaitan dengan kejadian traumatis yang terjadi pada masa lalu, benarkah?

Gangguan OCD disebut lebih rentan menyerang orang yang memiliki “latar belakang” serupa. Pasalnya, penyakit ini dikaitkan dengan faktor keturunan. OCD disebut lebih sering menyerang orang yang memiliki orangtua atau saudara yang mengidap penyakit yang sama. Gangguan ini diduga disebabkan oleh gen keturunan tertentu yang memengaruhi perkembangan otak.

Baca juga: 4 Gangguan Mental yang Terjadi Tanpa Disadari

Selain faktor keturunan, OCD ternyata juga berkaitan dengan masa lalu atau kejadian yang pernah dialami seseorang. Kejadian yang menyedihkan dan menyebabkan trauma bisa memicu OCD pada seseorang yang sebelumnya sudah memiliki risiko terserang penyakit ini. Kejadian traumatis yang bisa menyebabkan gangguan ini muncul, di antaranya kehilangan orang terdekat, pernah mengalami perundungan alias bullying, dan lainnya.

Selain kedua faktor tersebut, OCD ternyata juga bisa disebabkan faktor yang ada dalam diri sendiri. Sederhananya, risiko OCD sangat dipengaruhi oleh kepribadian seseorang. Sebab, ada orang-orang yang memang memiliki kepribadian rapi, teliti, disiplin, serta perfeksionis. Hal-hal tersebut diyakini bisa meningkatkan risiko dan berkembang menjadi OCD.

Gejala Obsessive Compulsive Disorder yang Perlu Diketahui

Gangguan ini sering muncul dan ditandai dengan pikiran serta ketakutan pada satu hal. Biasanya, ketakutan bersifat tidak masuk akal (obsesi), sehingga menyebabkan seseorang melakukan perilaku repetitif (kompulsi). Contoh sederhananya, seseorang yang bisa berulang kali mencuci tangan atau harus memeriksa pintu dan jendela hingga tiga kali sebelum keluar dari rumah.

Baca juga: 3 Ciri Obsessive Compulsive Disorder, Jadi Salah Satunya?

Tapi biasanya, dampak dan gejala kondisi ini bisa berbeda-beda antara satu orang dengan yang lainnya. Meski begitu, umumnya OCD menyebabkan seseorang memiliki perilaku dan pola pikir tertentu, yaitu obsesi, kompulsi, hingga kecemasan.

Pada dasarnya, semua orang pasti pernah memiliki pikiran negatif dan kecemasan. Tapi, pada pengidap OCD hal itu bisa terjadi secara tidak terkendali, sehingga menyebabkan pengidapnya tidak dapat melanjutkan hidup secara normal. Ini karena pengidap kondisi ini biasanya tidak bisa mengendalikan pikiran dan membendung kekhawatiran yang datang.

Jenis OCD yang umum terjadi, di antaranya:

  • Takut Kotor

Salah satu jenis OCD yang umum terjadi menyebabkan pengidapnya merasa takut terkontaminasi atau takut kotor. Hal itu membuat seorang OCD enggan menyentuh objek yang sudah disentuh orang lain. Bahkan, pengidap gangguan ini mungkin memiliki keengganan untuk bersalaman.

Baca juga: 5 Tanda Gangguan Kepribadian, Hati-Hati Terkena Salah Satunya

  • Cinta Kerapian

Ada juga jenis OCD yang menyebabkan pengidapnya sangat mencintai kerapian. Hal itu membuat seseorang selalu ingin membuat semua hal menjadi teratur dan simetris. Misalnya, menyusun pakaian sesuai warna di lemari atau menyimpan gelas dan piring sesuai bentuknya.

Cari tahu lebih lanjut seputar OCD dan tanda apakah seseorang mengidap penyakit tersebut atau tidak dengan bertanya kepada dokter di aplikasi Halodoc. Kamu bisa menghubungi dokter melalui Video/Voice Call dan Chat. Dapatkan informasi lengkap seputar kesehatan dan tips hidup sehat dari dokter terpercaya. Yuk, download Halodoc sekarang di App Store dan Google Play!

Mulai Rp25 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Dokter seputar Kesehatan