Benjolan di Area Bukaan Miss V, Gejala Terkena Kista Bartholin?

Ditinjau oleh  Redaksi Halodoc   19 Februari 2019
Benjolan di Area Bukaan Miss V, Gejala Terkena Kista Bartholin?Benjolan di Area Bukaan Miss V, Gejala Terkena Kista Bartholin?

Halodoc, Jakarta - Kista yang tumbuh di area Miss V selalu membuat kaum hawa merasa waswas. Salah satunya contohnya, kista bartholin. Kista ini terbentuk ketika adanya penyumbatan pada saluran kelenjar bartholin. Kista ini bisa berukuran kecil dan tak menimbulkan rasa sakit, namun bisa juga sebaliknya.

Bartholin sendiri merupakan kelenjar yang letaknya berada di kedua sisi bibir Miss V. Kelenjar ini mengeluarkan cairan yang perannya sebagai pelumas saat berhubungan intim. Kelenjar ini sulit untuk terdeteksi oleh tangan maupun mata karena ukurannya yang amat kecil.

Baca juga: Jangan Samakan dengan Tumor, Ini yang Dimaksud Kista

Yang perlu dipahami, semua wanita di segala usia memiliki risiko untuk mengidap kista bartholin. Tapi, biasanya wanita di usia 20–29 tahun memiliki risiko yang lebih tinggi.

Lalu, seperti apa sih gejala dari kondisi ini? Benarkah jenis kista ini bisa menimbulkan benjolan pada Miss V?

Kenali Gejala-gejalanya

Jenis kista yang satu ini bisa menimbulkan gejala yang berbeda pada setiap wanita. Tapi, setidaknya ada beberapa gejala yang umumnya terjadi, seperti:

  • Kista bartholin yang tak terinfeksi berbentuk benjolan tanpa rasa sakit dan teraba lunak. Kista ini biasanya ditemukan tanpa sengaja, contohnya saat pemeriksaan rutin pada daerah panggul.

  • Ukuran kisa ini bisa membesar dalam kurun waktu beberapa jam atau hari, bila terinfeksi. Selain menyebabkan pembengkakan, infeksi ini bisa memunculkan nanah (abses) dan terasa sakit.

  • Gejalanya juga bisa disertai dengan demam.

Baca juga: Lebih Bahaya Mana, Miom atau Kista?

Gegara Saluran yang Tersumbat

Pada dasarnya, cairan yang dikeluarkan oleh kelenjar bartholin ini mengalir melewati saluran langsung menuju Miss V. Nah, andaikan saluran tersebut, ceritanya akan lain lagi. Saluran yang tersumbat akan menampung kelebihan cairan, kemudian berkembang menjadi kista.

Bagi kamu yang hendak melakukan hubungan intim ketika kondisi di atas terjadi, rasanya perlu berhati-hati. Sebab, kista ini bisa semakin membesar setelah berhubungan intim, karena penambahan cairan yang diproduksi kelenjar bartholin saat berhubungan intim.

Tersumbatnya kelenjar ini bisa disebabkan berbagai faktor. Misalnya, infeksi bakteri, peradangan, ataupun iritasi jangka panjang. Di samping itu, infeksi kista jenis ini juga bisa dikarenakan bakteri penyebab infeksi menular seksual (IMS). Contohnya, bakteri Neisseria gonorrhoeae yang menyebabkan penyakit Chlamydia.

Selain itu, kehamilan, diabetes, dan mengidap IMS merupakan faktor-faktor yang dapat meningkatkan seseorang terserang kista ini.

Baca juga: Yang Perlu Diperhatikan Jika Mengatasi Kista dengan Laparoskopi

Cara Penanganannya

Umumnya, kista ini tak memerlukan penanganan khusus, terutama bila tak menimbulkan gejala. Tapi, bila kista ini amat mengganggu, maka terdapat beberapa pilihan tatalaksana yang dapat dilakukan:

  • Berendam dalam Air Hangat

Berendam dalam air hangat beberapa kali dalam sehari selama 3—4 hari dapat membantu kista yang kecil untuk pecah dan terdrainase dengan sendirinya.

  • Drainase Surgical

Jika kista terinfeksi atau sangat besar maka dapat dilakukan drainase surgikal. Drainase ini dapat dilakukan dengan bius lokal atau sedasi. Pada prosedur ini, dokter membuat insisi kecil, sehingga cairan bisa keluar. Dokter lalu menaruh kateter kecil pada insisi tersebut dan membiarkannya disana sampai kurang lebih 6 minggu agar drainase dapat dilakukan secara tuntas.

  • Antibiotik

Pada kista yang terinfeksi, antibiotik diperlukan untuk membunuh bakteri, terutama jika kista terbukti terinfeksi oleh patogen yang merupakan penyebab penyakit menular seksual. Tapi, jika abses sudah terdrainase secara tuntas, maka dokter seringkali tidak perlu meresepkan antibiotik

  • Marsupialisasi

Jika kista terjadi berulang dan sangat mengganggu, maka dapat dilakukan marsupialisasi, di mana dokter menaruh jahitan pada setiap sisi insisi untuk membuat jalan keluar permanen yang berukuran kurang dari 6 milimeter. Kateter kecil dapat ditaruh untuk membantu drainase sampai beberapa hari setelah prosedur. Prosedur ini dapat membantu menurunkan rekurensi kista bartholin.

Mau tahu lebih jauh mengenai penyakit di atas? Kamu bisa kok bertanya langsung kepada dokter ahli melalui aplikasi Halodoc. Lewat fitur Chat dan Voice/Video Call, kamu bisa mengobrol dengan dokter ahli tanpa perlu ke luar rumah. Yuk, download aplikasi Halodoc sekarang juga di App Store dan Google Play!




Mulai Rp25 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Dokter seputar Kesehatan