Benturan Keras Dapat Sebabkan Patellofemoral Pain Syndrome

Ditinjau oleh  Redaksi Halodoc   25 Juli 2019
Benturan Keras Dapat Sebabkan Patellofemoral Pain SyndromeBenturan Keras Dapat Sebabkan Patellofemoral Pain Syndrome

Halodoc, Jakarta – Pernahkah kamu mendengar penyakit bernama patellofemoral pain syndrome? Kalau belum, kamu perlu waspada terhadap penyakit ini. Sebab, benturan keras yang bisa terjadi saat olahraga, kecelakaan, atau operasi bisa sebabkan PFPS. Dinamakan sindrom patellofemoral karena ketika ini terjadi rasa sakitnya muncul di bagian depan lutut dan sekitar tempurung lutut (patella). 

Baca Juga: Pentingnya Pemanasan sebelum Olahraga untuk Cegah PFPS

PFPS juga sering disebut lutut peloncat atau lutut pelari, karena banyak dari pengidapnya adalah atlet loncat atau pelari. Lantas, mengapa para atlet rentan mengalami kondisi ini ya? Yuk, simak penjelasan berikut.

Penyebab Terjadinya Patellofemoral Pain Syndrome

Alasan kenapa peloncat dan pelari rentan alami PFPS, para atlet tersebut cenderung sering menyebabkan lutut atau tempurung lutut menegang saat mendarat setelah melompat. Pada kasus pelari, lutut mereka juga sering mendapat tekanan selama berlari. Ketika lutut dan tempurung lutut terus-menerus mengalami tekanan, bagian ini berisiko menyebabkan iritasi yang kemudian kondisinya dinamakan sebagai  patellofemoral pain syndrome

Ada beberapa penyebab lain yang bisa memicu terjadinya sindrom patellofemoral. Penyebabnya meliputi :

  • Ketidakseimbangan atau kelemahan otot. Sindrom patellofemoral dapat terjadi ketika otot-otot di sekitar pinggul dan lutut tidak dapat menjaga posisi tempurung lutut dengan benar. 

  • Cedera. Trauma pada tempurung lutut, seperti dislokasi atau fraktur sering menyebabkan sindrom nyeri patellofemoral.

  • Operasi. Pembedahan lutut, terutama perbaikan ligamentum cruciatum anterior menggunakan tendon patella sendiri sebagai graft, dapat meningkatkan risiko nyeri patellofemoral.

Baca Juga: Ini Komplikasi Akibat Patellofemoral Pain Syndrome

Ketika sindrom patellofemoral terjadi, ini dapat menimbulkan berbagai gejala yang menyakitkan di area lutut maupun tempurung lutut. Baca terus untuk mengetahui gejalanya.

Gejala Patellofemoral Pain Syndrome

Rasa sakit dapat terjadi pada satu atau kedua lutut. Rasa sakit biasanya akan muncul saat pengidapnya melakukan berbagai aktivitas, seperti berolahraga, rasa sakit saat menekuk lutut, saat menaiki tangga, melompat, atau jongkok. Rasa sakit setelah duduk untuk waktu yang lama dengan lutut ditekuk juga termasuk gejala PFPS.

Meski sindrom patellofemoral dapat menyebabkan gejala mulai dari tidak nyaman hingga sangat menyakitkan, tetapi kondisi ini masih bisa diobati dengan perawatan rumahan. 

Perawatan Rumahan untuk Atasi Patellofemoral Pain Syndrome

Sindrom patellofemoral sering terjadi akibat aktivitas berlebihan, maka mengistirahatkan sendi yang terkena adalah fokus utama perawatannya. Opsi perawatan rumahan yang bisa dilakukan, yakni :

  • Sembari mengistirahatkan lutut, kamu bisa mengkompresnya untuk mengurangi peradangan. Bungkus lutut dengan perban elastis atau gunakan perban di bagian  tempurung lutut. Perban dapat dibeli di toko obat dan dapat membantu menstabilkan dan mendukung sendi.

  • Minumlah obat antiinflamasi nonsteroid, seperti ibuprofen atau naproxen.

  • Kenakan sisipan sepatu khusus, yang dikenal sebagai orthotic untuk mendukung dan menstabilkan kaki dan pergelangan kaki. Sisipan dapat dibeli di toko obat atau dibuat khusus dengan resep dokter.

  • Lakukan pijatan olahraga untuk mengurangi timbulnya otot yang terlalu kencang yang menyebabkan rasa sakit.

Kalau sakit yang kamu alami tidak kunjung membaik, coba tanya dokter Halodoc tentang opsi perawatan lain yang bisa dilakukan. Yuk, download dulu aplikasinya. Selama masa perawatan, sebaiknya hindari melakukan aktivitas-aktivitas berat guna mencegah timbulnya episode sakit.

Baca Juga: Pernah Idap Patellofemoral Pain Syndrome, Dapatkah Berolahraga?

Kalau kamu punya keinginan melakukan aktivitas berintensitas tinggi, seperti berlari atau berolahraga, coba lakukan ganti dengan aktivitas berintensitas rendah pada hari berikutnya, contohnya berenang atau mengendarai sepeda. Mengenakan alas kaki yang mendukung dan melakukan peregangan sebelum dan sesudah berolahraga juga dapat membantu mengurangi risiko.

Mulai Rp25 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Dokter seputar Kesehatan