Berbagai Kondisi yang Berisiko Sebabkan Astigmatisme

Ditinjau oleh  dr. Rizal Fadli   15 Oktober 2020
Berbagai Kondisi yang Berisiko Sebabkan AstigmatismeBerbagai Kondisi yang Berisiko Sebabkan Astigmatisme

Halodoc, Jakarta - Selain rabun jauh, mata silinder menjadi jenis kelainan mata yang sering terjadi pada remaja dan orang dewasa. Astigmatisme, begitu kondisi medis dari mata silinder disebut, terjadi ketika ada kesalahan pada bentuk kornea. Lensa mata memiliki lekukan yang tidak beraturan, yang bisa mengubah cara cahaya masuk ke retina.

Sangat umum bagi kondisi astigmatisme yang terjadi bersamaan dengan rabun jauh atau miopi dan rabun dekat atau hiperopia. Ketiga kondisi ini disebut dengan kelainan refraksi karena melibatkan cara mata membelokkan atau membiaskan cahaya. 

Berbagai Kondisi yang Meningkatkan Risiko Astigmatisme

Ketika mengalami mata silinder, gejala utama yang sangat mudah dikenali adalah penglihatan yang menjadi buram dan terlihat berbayang atau berganda. Kondisi ini biasanya disertai dengan munculnya sakit kepala, mata yang menjadi lebih tegang, hingga kesulitan untuk melihat pada malam hari.

Baca juga: Bukan karena Nonton Terlalu, Dekat, Inilah Penyebab Mata Silinder

Inilah mengapa orang-orang dengan gangguan mata astigmatisme tidak disarankan untuk mengemudi pada malam hari. Kondisi mata yang tanpa bantuan seperti kacamata bisa mengakibatkan hal yang serius, seperti meningkatkan risiko kecelakaan pada pengendara dan pengguna jalan lainnya.

Kamu harus segera mendapatkan penanganan ketika mendapati adanya gejala yang berkaitan dengan rabun jauh, dekat, atau mata silinder. Kamu bisa tanyakan apa yang kamu alami pada dokter mata melalui aplikasi Halodoc. Nantinya, jika kamu diharuskan untuk melakukan pemeriksaan di rumah sakit terdekat, kamu bisa membuat janji dulu lewat aplikasi Halodoc.

Baca juga: Peduli Mata Sehat, Ini Bedanya Mata Minus dengan Mata Silinder

Mata silinder lebih sering terjadi pada remaja dan orang dewasa, tetapi tidak menutup kemungkinan terjadi pula pada anak-anak. Risiko bisa lebih tinggi jika kamu memiliki salah satu dari beberapa kondisi berikut ini:

  • Adanya riwayat keluarga dengan kondisi astigmatisme atau gangguan mata lainnya, termasuk keratokonus atau degenerasi kornea.
  • Adanya jaringan parut atau penipisan pada kornea mata.
  • Rabun jauh atau rabun dekat yang berlebihan.
  • Pernah menjalani operasi mata tertentu, seperti operasi katarak.

Sementara itu, banyak bayi lahir dengan kondisi astigmatisme, tetapi biasanya akan menghilang dengan sendirinya sebelum usia satu tahun. Oleh karena anak-anak tidak bisa mengetahui jika ada masalah dengan mata mereka, ibu bisa melakukan pemeriksaan mata secara teratur mulai usia 6 bulan. 

Penanganan Astigmatisme

Kacamata atau lensa kontak bisa membantu meringankan kondisi astigmatisme, sehingga pengidap bisa melihat dengan normal pun bisa kembali mengemudi di malam hari. Umumnya, ada dua jenis perawatan yang umum dilakukan untuk mengobati mata silinder yang parah, yaitu:

  • Lensa korektif. Dokter biasanya akan meresepkan penggunaan lensa kontak khusus yang disebut dengan lensa toric. Lensa ini bisa membantu membelokkan cahaya lebih banyak ke satu arah dibandingkan ke arah lainnya. Apabila mata silinder lebih parah, kamu mungkin akan menjalani prosedur ortokeratologi.
  • Operasi refraktif. Operasi laser juga bisa membantu mengubah bentuk kornea. Namun, kamu harus memiliki mata yang sehat tanpa adanya masalah pada bagian retina atau bekas luka pada kornea.

Baca juga: Si Kecil Mengidap Astigmatisme, Ibu Harus Apa?

Itu tadi beberapa kondisi yang meningkatkan risiko terjadinya mata silinder yang bisa kamu kenali. Jangan tunda untuk melakukan penanganan, karena astigmatisme yang tidak segera diobati bisa berujung pada terjadinya mata malas.



Referensi: 
Healthline. Diakses pada 2020. Astigmatism.
WebMD. Diakses pada 2020. Astigmatism.

Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan