Berganti-Ganti Pasangan Seksual di Masa Pandemi, Bahayakah?

Ditinjau oleh  dr. Verury Verona Handayani   30 Oktober 2020
Berganti-Ganti Pasangan Seksual di Masa Pandemi, Bahayakah?Berganti-Ganti Pasangan Seksual di Masa Pandemi, Bahayakah?

Halodoc, Jakarta – Bukan lagi rahasia bahwa kebiasaan berganti-ganti pasangan seksual adalah hal yang tidak disarankan. Pasalnya, kebiasaanl ini bisa meningkatkan risiko terjadinya penyakit menular seksual (PMS). Salah satu dampak yang bisa muncul akibat kebiasaan berganti-ganti pasangan adalah infeksi Human papillomavirus atau HPV. Apa itu? 

HPV adalah jenis virus yang bisa menyerang dan menyebabkan infeksi di permukaan kulit. Kabar buruknya, infeksi virus ini berpotensi menyebabkan kanker serviks. Salah satu gejala dari infeksi virus ini adalah tumbuhnya kutil pada kulit. Kutil bisa tumbuh di beberapa area tubuh, seperti lengan, tungkai, mulut, hingga area kelamin. 

Baca juga: Ini Penyakit-Penyakit yang Disebabkan Virus HPV

Mengenal HPV dan Bahayanya 

Berganti-ganti pasangan bisa menjadi salah satu faktor pemicu terjadinya infeksi HPV. Infeksi virus ini bisa menular melalui aktivitas seksual yang dilakukan dengan orang yang sudah terinfeksi sebelumnya. Selain itu, kontak langsung dengan kulit pengidap juga bisa menyebabkan penularan HPV. Sebagian besar infeksi virus ini tidak berbahaya dan tidak menimbulkan gejala. 

Namun, HPV juga bisa menjadi pemicu kondisi yang lebih buruk, yaitu kanker serviks. Sebagian besar kasus kanker serviks disebut terjadi karena infeksi virus ini. Pencegahan penyakit ini bisa dilakukan dengan cara menghindari perilaku seksual yang berisiko, seperti berganti-ganti pasangan. Selain itu, mencegah infeksi HPV juga bisa dilakukan dengan vaksinasi HPV. 

Pada awalnya, infeksi HPV bisa tidak menimbulkan gejala. Namun, virus ini bisa saja bertahan dalam waktu lama dan memicu gejala berupa tumbuh kutil di permukaan kulit. Ada beberapa bagian tubuh yang bisa menjadi tempat kutil tumbuh, di antaranya lengan, tungkai, wajah, hingga area kelamin. Kutil juga bisa tumbuh di bahu, lengan, dan jari-jari tangan.  

Kutil yang tumbuh akibat penyakit ini umumnya berbentuk benjolan dan terasa kasar. Kutil bisa memicu rasa sakit bahkan menyebabkan perdarahan. Selain itu, tumbuhnya kutil akibat virus ini bisa membuat tidak nyaman, sebab bentuk benjolan keras dan terasa kasar. Kutil juga bisa muncul di area kelamin (kutil kelamin). Kutil bisa tumbuh di area kelamin hingga dubur dan menimbulkan rasa gatal. 

Baca juga: Kenali Vaksin HPV untuk Mencegah Kanker Serviks

Setelah menginfeksi, virus HPV hidup dalam sel permukaan kulit. Virus bisa masuk melalui luka di kulit, kontak langsung dengan kulit pengidap, hingga melakukan hubungan seksual dengan orang yang sebelumnya sudah terinfeksi. Ibu hamil juga disebut bisa menularkan virus ini pada bayi melalui proses persalinan.

Selain kebiasaan berganti pasangan, ada beberapa faktor yang bisa meningkatkan risiko infeksi HPV, di antaranya memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah, memiliki luka terbuka di permukaan kulit, memiliki riwayat penyakit menular seksual seperti gonore, serta melakukan hubungan seksual melalui anal. 

Infeksi virus ini memang seringnya bersifat ringan, tapi sama sekali tidak boleh dianggap sepele. Salah satu komplikasi yang bisa muncul akibat infeksi HPV adalah kanker. Ada beberapa jenis kanker yang bisa terjadi, seperti kanker serviks, kanker anus, serta kanker pada saluran pernapasan atas. Segera lakukan pemeriksaan jika memiliki gejala menyerupai penyakit ini, terlebih jika ada riwayat perilaku seksual yang berisiko. 

Baca juga: Bisa Menyebar Lewat Hubungan Intim, Kenali 6 Penyebab HPV

Kamu juga bisa menanyakan seputar infeksi HPV dan apa saja risiko berganti-ganti pasangan dengan bertanya pada dokter di aplikasi Halodoc. Dokter bisa dengan mudah dihubungi melalui Video/Voice Call atau Chat. Ayo, download aplikasi Halodoc sekarang di App Store dan Google Play!

Referensi:
CDC. Diakses pada 2020. What is HPV?
WHO. Diakses pada 2020. Human papillomavirus (HPV).
Mayo Clinic. Diakses pada 2020. HPV infection.


Mulai Rp25 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Dokter seputar Kesehatan