Bisakah Sindrom Brugada Dicegah?

Ditinjau oleh  Redaksi Halodoc   20 Juli 2019
Bisakah Sindrom Brugada Dicegah?Bisakah Sindrom Brugada Dicegah?

Halodoc, Jakarta – Irama jantung yang mendadak lebih cepat atau lebih lambat dapat membuat bikin panik. Salah satu gangguan irama jantung yang perlu diwaspadai adalah sindrom brugada. Jika dibiarkan tanpa penanganan, sindrom brugada bisa menyebabkan henti jantung mendadak yang berujung pada kematian. Lantas, bisakah sindrom brugada dicegah? Ketahui faktanya di sini.

Baca Juga: Ketahui Fakta Lengkap tentang Sindrom Brugada

Sindrom Brugada Tidak Bisa Dicegah

Sindrom brugada tidak bisa dicegah, karena dipicu oleh perubahan gen yang berperan penting dalam menjaga irama jantung tetap normal. Adanya mutasi genetik ini dipengaruhi oleh faktor genetik. Artinya, seseorang berisiko tinggi mengalami sindrom brugada jika ada riwayat keluarga dengan kondisi serupa.

Faktor lain yang meningkatkan risiko terjadinya sindrom brugada, antara lain gangguan elektrolit, efek samping konsumsi obat (seperti obat antiaritmia, hipertensi, antidepresan), penyalahgunaan kokain, dan demam berulang.

Baca Juga: Jangan Sepelekan, Ini Hal Penyebab Sindrom Brugada

Kenali Gejala Sindrom Brugada

Sindrom brugada ditandai dengan pusing, nyeri dada, jantung berdebar, sesak napas, kelelahan, gelisah, hingga kejang. Gejala bisa muncul pada usia berapa pun, tapi lebih sering terjadi pada usia 30-40 tahun. Biasanya, gejala muncul ketika pengidap sindrom brugada mengalami demam, dehidrasi, dan minum alkohol berlebihan.

Selain sindrom brugada, gangguan irama jantung bisa disebabkan karena kondisi berikut:

  • Fibrilasi atrium, yaitu kondisi ketika serambi jantung berdenyut secara tidak beraturan. Kondisi ini meningkatkan risiko terjadinya penggumpalan darah, stroke, hingga gagal jantung.

  • Bradikardia, ditandai dengan denyut jantung yang lemah (kurang dari 60 kali per menit). 

  • Fibrilasi ventrikel, yaitu kondisi ketika jantung berdetak lebih cepat dengan aktivitas listrik yang tidak menentu. Kondisi ini lebih berbahaya dibanding fibrilasi atrium, karena meningkatkan risiko terjadinya serangan jantung hingga henti jantung mendadak.

  • Takikardia ventrikel, yaitu jenis aritmia yang membuat jantung berdenyut lebih cepat hingga 200 kali per menit. Saking cepatnya, kondisi ini menyebabkan pusing, sesak napas, hingga pingsan.

Kamu dianjurkan segera ke dokter jika mengalami jantung berdebar atau kejang, serta memiliki riwayat keluarga dengan sindrom brugada. Tanpa harus antre, kamu bisa membuat janji dengan dokter secara online di rumah sakit pilihan di sini. Kamu juga bisa tanya jawab sama dokter terkait keluhan gangguan irama jantung via fitur Tanya Dokter dengan download aplikasi Halodoc.

Baca Juga: Sindrom Brugada Berpotensi Sebabkan Kematian

Diagnosis dan Pengobatan Sindrom Brugada

Diagnosis sindrom brugada dilakukan dengan menanyakan gejala yang muncul dan riwayat keluarga dengan kondisi serupa. Pemeriksaan fisik dilakukan untuk memastikan diagnosis, berupa rekam jantung, elektrokardiogram (EKG), kateterisasi jantung, atau pemeriksaan gen. Setelah diagnosis ditetapkan, sindrom brugada umumnya diatasi dengan pemasangan implan alat kejut jantung otomatis (ICD) di bawah tulang selangka.

ICD dihubungkan ke jantung melalui pembuluh darah untuk memantau detak jantung. Jika detak jantung abnormal, ICD mengirim sinyal kejut agar denyut jantung menjadi normal. Hal yang perlu diketahui adalah, ICD bertugas mengirimkan sinyal kejut meski detak jantung dalam keadaan normal. Risiko ini dikurangi dengan melakukan pemeriksaan ke dokter secara rutin. Selain ICD, dokter dapat memberikan obat antiaritmia untuk membuat denyut jantung kembali normal. Segera tangani gangguan kesehatan yang menyerang jantung agar tidak menimbulkan komplikasi.

Mulai Rp25 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Dokter seputar Kesehatan