Jonathan Sudharta, Menerjang Kuadran Baru Demi Halodoc

Ditinjau oleh  Redaksi Halodoc   25 Januari 2017
Jonathan Sudharta, Menerjang Kuadran Baru Demi HalodocJonathan Sudharta, Menerjang Kuadran Baru Demi Halodoc

Ide bisnis umumnya lahir dari kejelian melihat peluang dalam sebuah masalah. Demikian halnya yang dilakukan Jonathan Sudharta saat menemukan ide aplikasi Halodoc. Bermula dari kepekaannya melihat adanya kesenjangan akses layanan dokter dan apotik di Indonesia, khususnya bagi mereka yang tinggal di daerah karena jumlah dokter dibanding jumlah penduduk masih jauh dari seimbang.

Tak hanya itu, masyarakat yang tinggal di tengah kota besar pun masih menemui masalah saat harus pergi ke rumah sakit atau dokter. Sebab, butuh waktu yang panjang karena kemacetan di jalan, antrian panjang di meja administrasi rumah sakit belum lagi menunggu giliran masuk ruang dokter dan antri di apotik. “Semua itu adalah bentuk tidak efisien dan efektifnya akses layanan kesehatan, maka saya berpikir mestinya ada solusi di era teknologi saat ini,” ujar Jonathan.

Maka pada April 2016, lahirlah aplikasi Halodoc sebagai solusinya. Dalam aplikasi ini terdapat fitur layanan kesehatan, seperti konsultasi media menggunakan fitur video call (teleconsultation), pembelian obat melalui ApotikAntar, pemeriksaan laboratorium secara on-demand, dan informasi direktori yang memuat daftar alamat dokter dan pusat layanan kesehatan di Indonesia. Pertama kali diluncurkan jumlah dokter yang bergabung baru 8.000 dokter saat sudah ada 19.000 dokter yang bergabung yang tersebasr di seluruh Indonesia.

Pengguna aplikasi ini sendiri baru 100 ribu, tetapi menurut Jonathan, Halodoc juga punya potensial pengguna yang lebih besar karena telah bekerjasama dengan aplikasi Go-Med milik Go-Jek. Dari 2,6 juta pengguna aplikasi Go-Jek, diperkirakan Halodoc lewat Go-Med punya potensi sekitar 10% atau sekitar 260 ribu pengguna.

Tantangan Pindah Kuadran

Jonathan sebelumnya adalah seorang profesional (direksi) di Grup Mensa yang tak lain adalah perusahaan milik ayahnya. Sebelum menempati posisi tersebut, lulusan ekonomi spesifikasi e-commerce dari Curtin University – Australia ini lebih dahulu digembleng , ditempatkan mulai dari posisi paling bawah hingga akhirnya dinyatakan ‘lulus’ oleh mentor-mentornya. Latar belakang pendidikan dan pengalaman selama digembleng itu kemudian membuat Jonathan lantas membuat beberapa terobosan bagi bisnis Grup Mensa. Diantaranya membuat media sosial khusus bagi para dokter, linkdokter.com, sebagai wadah para dokter saling berbagi informasi seputar dunia kesehatan. Kedua, ia juga membangun Apotikantar.com di bawah bendera Mensa Investama.

Setelah kedua terobosannya itu berjalan, CEO Mhealth Tech ini kemudian berpikir untuk menggabungkan keduanya sebagai solusi bagi kemudahan akses layanan kesehatan di Indonesia, sehinga terciptalah Halodoc.

Meski kini Halodoc nampak mulai tumbuh, pria penyuka olahraga ice hockey ini mengaku masih banyak tantangan yang harus dihadapi. Pertama, sebelumnya sebagai profesional di perusahaan yang sudah mapan seperti Grup Mensa, segala hal bisa diukur, diprediksi strateginya untuk capai target-targetnya. Organisasinya pun sudah solid dan matang sehingga jalur komando pun sudah diatur dengan jelas. Berbeda jauh dengan dunia startup. Halodoc adalah sebuah startup, dan lasimnya startup bersifat sangat likuid dan unpredictable. “Kami tidak tahu apa yang akan terjadi besok, kami harus bisa menciptakan tim, menciptakan posisi dan menciptakan pasar,” ungkap Jonathan. “Inilah tantangannya pindah kuadran dari profesional menjadi wirausaha,”lanjutnya.

Pria kelahiran Jakarta, 21 November 1981 ini, mengungkapkan, tengah giat membangun tim kerja yang solid. Baginya mereka yang bergabung dengan Halodoc haruslah orang-orang yang pantang mengeluh. “Kalau mengeluh maka setiap hari isinya keluhan sebab setiap hari ada tantangan baru, karena sebagai usaha yang baru dirintis ibarat menerabas hutan belantara membuka jalan baru,” jelasnya.

Ke depan tantangan Haldoc adalah bagaimana mengedukasi masyarakat untuk menggunakan aplikasi ini saat membutuhkan layanan kesehatan. “Sekarang memang belum begitu besar kesadaran masyarakat untuk menggunakannya, tetapi saya sangat optimis pada Halodoc karena industri kesehatan adalah industri tetap dibutuhkan dalam kehidupan manusia,” ungkapnya.

Pada September 2016 lalu, startup ini mendapat suntikan investasi sebesar US$ 13 juta (pendanaan series A) dari grup investor yang terdiri dari Clermont Group, Go-Jek, Blibli dan NSI Ventures. Menurut Jonathan selain investasi tersebut, para investor juga mendukung dalam hal teknologi dan sumber daya manusia. “Oleh karena itu saya yakin kedepan aplikasi ini sudah sangat siap untuk bergerak dan tumbuh dengan kecepatan tinggi,”jelasnya.

Kini, Jonathan sudah mencurahkan 80% perhatiannya untuk Halodoc, mungkinkah ini artinya ia akan 100% pindah kuadran?. Ia hanya tersenyum saat ditanyakan hal ini. “Keduanya adalah hal menantang dan menarik buat saya,” ujarnya.

Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan