Bukan Hanya Hipertensi, Kenali 3 Penyebab Perdarahan Subarachnoid

Ditinjau oleh  dr. Fadhli Rizal Makarim   29 Juli 2021
Bukan Hanya Hipertensi, Kenali 3 Penyebab Perdarahan SubarachnoidBukan Hanya Hipertensi, Kenali 3 Penyebab Perdarahan Subarachnoid

“Perdarahan subarachnoid adalah kondisi yang tidak bisa disepelekan karena bisa berisiko mengancam nyawa. Faktanya, hipertensi bukan penyebab satu-satunya perdarahan subarachnoid. Masih ada aneurisma hingga trauma pukulan sebagai penyebab yang perlu diwaspadai.”

 

Halodoc, Jakarta - Perdarahan subarachnoid (SAH) terjadi pada area yang terletak di antara otak dan lapisan pembungkus otak, yang disebut ruang subarachnoid. Di ruang ini, terdapat cairan serebrospinal atau cerebrospinal fluid (CSF) yang melindungi otak dari cedera. Hal yang perlu diwaspadai dari kondisi perdarahan subarachnoid ini adalah dapat mengakibatkan koma, kelumpuhan atau paralisis, bahkan kematian. Perdarahan ini biasanya terjadi dengan cepat dan sering kali disebabkan oleh trauma kepala.

 

Penyebab terjadinya perdarah subarachnoid dibagi menjadi dua, yaitu traumatik dan non-traumatik. Perdarahan subarachnoid traumatik terjadi akibat cedera kepala berat, misalnya karena kecelakaan lalu lintas, terjatuh, atau tertimpa benda pada kepala. Cedera berat ini dapat mengakibatkan pembuluh darah selaput meningen pecah dan menyebabkan perdarahan subarachnoid. Perdarahan subarachnoid non-traumatik dapat terjadi tanpa didahului oleh cedera dan muncul secara tiba-tiba. 

Baca juga: Ketahui Komplikasi Perdarahan Subarachnoid yang Telah Diobati

 

Penyebab Terjadinya Perdarahan Subarachnoid

 

Perdarahan subarachnoid bisa terjadi sebagai komplikasi dari jenis stroke yang disebut stroke hemoragik, atau perdarahan di dalam otak. Hal ini berbeda dengan stroke iskemik, yang disebabkan oleh bekuan darah. 

Perdarahan ini terkadang bisa menembus jaringan otak dan bocor ke area di luar otak (ruang subarachnoid), dan kondisi ini bisa mengancam jiwa. Darah dari perdarahan bisa menekan atau menggantikan jaringan otak yang vital. Perdarahan parah dapat menyebabkan koma, atau membuat seseorang lumpuh.

Seseorang dapat lebih mudah mengalami perdarahan subarachnoid apabila memiliki faktor penyebab, seperti:

 

1. Aneurisma

Selain trauma fisik parah pada kepala, penyebab paling umum dari perdarahan subarachnoid adalah aneurisma yang pecah. Aneurisma adalah pembengkakan pembuluh darah yang disebabkan dinding pembuluh yang melemah. Semakin besar bengkaknya, semakin tinggi risiko aneurisma dapat pecah.

 

2. Tekanan Darah Tinggi (Hipertensi)

Memiliki tekanan darah tinggi (hipertensi) memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami aneurisme yang berisiko pecah. Selain itu, cacat bawaan pada beberapa orang juga dapat menyebabkan pembuluh darah melemah dan menipis, sehingga meningkatkan risiko aneurisma.

Baca juga: Tanpa Gejala, Perdarahan Subarachnoid Bisa Sebabkan Stroke

 

3. Malformasi Arteri

Kondisi lainnya yang dapat menyebabkan perdarahan subarachnoid adalah malformasi arteri yang biasa disingkat AVM. Kondisi AVM merupakan sekelompok pembuluh darah (pembuluh arteri dan vena) yang berkembang secara tidak normal, sehingga saling berhubungan satu sama lain. Kedua pembuluh darah ini terhubung oleh fistula, sehingga terkadang juga disebut dengan fistula arteriovenosa.

AVM juga merupakan perdarahan subarachnoid yang sering ditemukan. AVM dapat terjadi pada pembuluh darah di sumsum tulang belakang, batang otak, atau otak. Pembuluh darah yang mengalami malformasi dapat membentuk aneurisma.

 

4.Trauma

Setiap pukulan keras di kepala bisa menyebabkan pecahnya pembuluh darah di dalam otak.

Selain penyebab di atas, penyebab lainnya adalah:

  • Kebiasaan merokok.
  • Kecanduan alkohol.
  • Riwayat perdarahan subarachnoid di dalam keluarga.
  • Penyakit ginjal polikistik.
  • Penyakit liver.
  • Tumor otak, baik ganas maupun jinak, yang berdampak pada pembuluh darah.
  • Infeksi pada otak (ensefalitis).
  • Fibromuscular dysplasia, yaitu kondisi langka yang menyebabkan penyempitan pembuluh darah.
  • Penyakit Moyamoya, yaitu kondisi langka yang menyebabkan penyumbatan pada pembuluh darah di otak.
  • Peradangan pada pembuluh darah (vaskulitis).

Untuk menangani perdarahan subarachnoid, penanganan yang tepat dan cepat sangat diperlukan untuk menyelamatkan nyawa pengidapnya dan mencegah kerusakan otak. Perdarahan akan terakumulasi, sehingga tekanan pada otak meningkat, yang kemudian dapat menyebabkan koma dan kerusakan otak yang lebih parah. Tekanan tersebut harus diatasi dengan obat-obatan atau dengan cara mengeluarkan Cerebrospinal fluid (CSF).

 

Apabila perdarahan subarachnoid tidak menyebabkan penurunan kesadaran, pengidap harus istirahat total. Melakukan aktivitas seperti membungkuk dapat meningkatkan tekanan pada otak. Obat-obatan juga perlu diberikan, misalnya obat tekanan darah, obat pencegah spasme pembuluh darah seperti nimodipin, dan obat anti nyeri untuk nyeri kepala.

 

Baca juga: Mitos atau Fakta, Perdarahan Subarachnoid Bisa Disembuhkan

 

Potensi Komplikasi Jika Perdarahan Subarachnoid Tidak Segera Ditangani

 

Komplikasi sebenarnya bisa terjadi sebelum atau setelah perawatan medis. Komplikasi yang mungkin terjadi yaitu:

 

  • Perdarahan Ulang. Sampai kondisi sebelumnya diperbaiki, ada risiko perdarahan ulan. Biasanya terjadi 24-48 jam setelah perdarahan pertama. Dan jika tidak diobati, bisa meningkatkan risiko komplikasi lebih lanjut, termasuk kematian. 
  • Communicating Hydrocephalus. Ini adalah kondisi pembesaran abnormal rongga otak (ventrikel) yang disebabkan oleh penumpukan cairan serebrospinal (CSF). Jika reabsorpsi CSF terhambat, hidrosefalus komunikans akan terjadi.
  • Edema Serebral. Efek samping yang umum dari peristiwa traumatis yang melibatkan jaringan otak adalah edema serebral, atau pembengkakan otak. Hal ini disebabkan oleh kurangnya oksigen ke jaringan otak. 
  • Kejang. Hal ini terjadi ketika sinyal abnormal dikirim dari sel-sel otak yang rusak. Sinyal abnormal memicu perubahan sementara dalam sensasi, perilaku, gerakan, dan kesadaran. Hal ini dianggap sebagai epilepsi jika pengidap mengalami tiga atau lebih kejang. 
  • Vasospasme Serebral. Zat tak dikenal yang dilepaskan setelah perdarahan subarachnoid bisa menyebabkan pembuluh darah otak menjadi kejang. Ini mengubah struktur dinding pembuluh darah dan akhirnya menurunkan suplai darah ke bagian otak.

 

Satu-satunya cara untuk mencegah perdarahan subarachnoid adalah dengan mencari kemungkinan masalah pada otak, seperti aneurisma.Deteksi dini aneurisma dengan mengkomunikasikan gejala yang kamu alami pada dokter melalui aplikasi Halodoc.

Jika telanjur mengalami kondisi kesehatan yang parah, segera buat jadwal kunjungan dokter di rumah sakit melalui aplikasi Halodoc. Yuk, download aplikasi Halodoc sekarang juga!

Referensi:
Johns Hopkins. Diakses pada 2021. Subarachnoid Hemorrhage
Better Health. Diakses pada 2021. Subarachnoid haemorrhage
Medical News Today. Diakses pada 2021. What to know about subarachnoid hemorrhage



Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan